Source : https://metro.co.uk/2016/03/17/st-patricks-day-2016-the-difference-between-a-shamrock-and-a-four-leaf-clover-5758043/
Semanggi Berdaun Empat
Sebuah Prosa Kemanusiaan
Aku pernah
mendengar cerita kalau kamu menemukan semanggi berdaun empat, maka
keberuntungan akan menyertaimu. Sederhananya, pada momen itu kamu adalah
manusia paling beruntung! Luar biasa bukan? Maka pada zaman dahulu pasangan kekasih
berlomba menemukannya bersama pasangannya. Jika mereka berhasil menemukan
semanggi berdaun empat tersebut, bersama mereka akan simpan rapih pada buku
kesukaan masing-masing, dengan harapan keberuntungan akan menyertai hubungan
asmara mereka.
Sungguh
kepercayaan romantic, namun tetap saja tidak berdasar. Aku sendiri tidak tahu
kebenaran rumor itu, namun aku tahu jika daun semanggi yang tumbuh liar di
lantai-lantai hutan adalah sumber cadangan air yang bagus dalam kondisi
survival. Aku juga tahu rasa dedaunan itu asam-asam-segar, dimana beberapa
daerah menjadikan nya sebagai sayur mayur dan lalapan. Jika diriku sedang dalam
kondisi frustasi, menyengaja aku mencari-cari di taman kampus untuk melepaskan
penat dan lelahku, enak! Jika aku harus memilih, ganja ataupun opium tidak bisa
mengalahkan sensasi rasa dari daun semanggi.
Namun hari
itu, hari dimana asap membumbung diseluruh penjuru negeri aku pertama kali
menemukannya, semanggi berdaun empat! Sebuah kebetulan di hari berbau mesiu
ini. Apakah hari ini akan menjadi keberuntunganku? Apakah aku akan bertemu
kekasih hatiku? Akankah turun hujan emas dari langit? Inikan mitos yang orang
orang itu bilang!
Bah!
Apalah! Sejak kapan aku percaya dengan hal seperti ini? Aku tidak peduli, toh
semanggi ini, mereka memiliki cerita bagaimana mereka tumbuh, bagaimana mereka
menjadi satu dalam rangkaian utuh 4 kelopak daun, dan akhirnya berakhir menjadi
makanan manusia, ternak atau pupuk hijau. Hari ini semanggi ini adalah
rejekiku, adalah obat yang pas untuk membawaku lari dari dunia yang bergolak
ini. Tuhan terimakasih! Atas berkat luar biasa ini.
Karena ini
momen istimewa, dan daun semanggi ini juga istimewa, maka aku akan memakan
mereka satu persatu, sembari memerhatikan lekat-lekat sosok mereka.
Semanggi
pertama berwujud paling besar, tapi paling lusuh. Aku melihat ada sedikit
lubang disana, mungkin karena dia tumbuh tidak sempurna, atau mungkin karena
ulat. Sosok terlihat seperti ingin dipetik terlebih dahulu, karena dia berdiri
didepan teman-teman nya, dan seingatku diantara gerombolan semanggi di taman
tadi, dialah yang paling mencolok yang akhirnya membuatku mengambil dia dan
ketiga temannya. Sungguh semanggi yang menarik dalam ketidaksempurnaan nya,
sedikit aku buang bagian yang rusak, bagaimanapun aku tidak mau sakit karena
memakan bekas makanan hewan. Lalu pada saat yang tepat, dan setelah dia bersih
dan aku puas merobek-robek nya, aku masukkan dia ke mulutku. Sudah kuduga,
rasanya agak aneh, tapi asam-manis nya masih terasa nikmat.
Daun kedua
adalah daun paling mulus, berwarna hijau muda tanpa ada cacat sedikitpun.
Sunggu daun yang menawan, aku hampir sayang memakannya. Namun apa boleh buat
kan? Dia ditakdirkan tuhan untuk aku makan. Dia berada di posisi paling bawah,
seingatku, paling dekat dengan semanggi berdaun 3 yang lain, yang masih kecil,
paling terlihat menjaga! Seperti sosok kakak tampan. Aku bersihkan dia sedikit,
memastikan tidak ada sisa tanah, lalu hap! Berakhir sudah menjadi hidangan
bagiku, sudah kuduga, rasa daun muda nan bersih ini lebih nikmat dibanding daun
pertama tadi.
Lalu daun
ketiga, dia sedikit aneh karena secara bentuk ada sebuah bagian daun yang
bopeng, tapi aku tahu itu bukan karena serangga atau apa, mungkin faktor
genetik. Karena aku tahu daun itu tidak ada berbeda dengan yang lain, mereka
sama-sama berdiri paling depan dibanding yang lain. Tentu saja jika aku tidak
menemukan semanggi berdaun empat ini, mungkin aku sudah memilih daun yang lebih
muda, meskipun mereka daun semanggi biasa. Bodo amat lah, aku makan saja, untuk
melengkapi kenikmatan dari kelopak daun pertama dan kedua tadi. Rasa pahlawan!
Apalah.
Lalu daun
terakhir adalah daun paling kecil. Memang lebih kecil bahkan dari yang kedua,
tapi dialah yang melengkapi kelopak daun semanggi ini menjadi semanggi berdaun
empat. Mungkin dia yang terlambat tumbuh? Atau seharusnya dia tidak berada
bersama ketiga kelopak daun sebelumnya? Bagaimanapun dia adalah rezeki
terakhirku, dan bagian dari semanggi berdaun empat keberuntungan ini.
Terimakasih tuhan, telah memberiku pengalaman makan luar biasa ini, akan aku
nikmati potongan terakhir ini sepenuh hati, dengan memejamkan mata.
Dor. Dor.
Dor. Dor.
Selamat
tinggal para pahlawan, symbol keberuntungan dan perbaikan bagi negara dan
bangsa ini.
Untuk para pemenang dalam Reformasi Mei 1998
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini
kunjungi juga profil selasar saya di : https://www.selasar.com/author/abdullah/
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment