Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Wednesday, March 19, 2014

Eastern Island

"ketika manusia menginginkan ketenangan, hadapkanlah dia kepada keluarganya, ketika manusia ingin kekuatan, hadapkanlah pada rintangan terberatnya, ketika manusia ingin lari dari kenyataan, selalu ada Tuhan untuk kembali"

anonim


Assalamualaikum gan.. 
menanti giliran ujian interview gan, daripada boring, gunakanlah WiFi kampus. haha. ohaiyoo minna, lama banget ane ngga nge post di blog, haha. udah sekian lama karena kegalauan yang penuh dengan neraca sald, komunikasi bisnis dan yang lain sebagainya. heuheu.

kata kata diatas ane ambil dari ekstraksi berbagai macam pendapat dari temen-temen ane, murni temen-temen ane, yang mereka memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lain, yang memiliki muatan masalah yang berbeda bobot dan bibitnya, beda juga penyikapan masalah dalam berbagai masalah yang mungkin memiliki substansi yang sama.

yang ane maksudkan, kenapa judul post, gambar, dan prolog sama sekali ngga ada korelasinya? sebenarnya ane ingin menyampaikan suatu pesan sederhana, yang disampaikan easter island dengan patungnya kepada kita. terutama dalam menyikapi kekejaman kehidupan (bagi yang memandang seperti itu) atau menyikapai tantangan yang ditawarkan kehidupan (bagi yang menyikapi seperti itu)

easter island atau pulau paskah, atau biasa dikenal dengan pulau yang berada di dunia paling timur, merupakan pulau yang pernah ditinggali suku Moai yang disinyalir merupakan pencalan dari suku-suku polinesia yang berasal dari indonesia, adalah pulau yang sangta terpencil, yang nyaris tidak ditemukan sebatang pohon besar selain perdu rendah dan semak belukar. yang bisa kita temukan, sekiranya mencari benda berukuran sebesar pohon, hanya dapat kita lihat hutan-hutan bebatuan berbentuk kepala orang. baik itu mengahadap ke arah samudera, memenuhi sebelah timur dan barat pegunungan, atau terpencar di padang sabana. seolah menceritakan bahwa "dulu kami pernah hidup dan menjadi penjaga pulau ini, dulu kami pernah menjadi bangsa besar yang mampu memahat dan memindahkan bebatuan raksasa" seolah ada teriakan bersahutan yang menceritakan kepada generasi kita, bahwa leluhur kita adalah bangsa yang kuat.

bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah, ya itu benar. tetapi bangsa yang besar adalah bangsa yang memikirkan nasib dirinya sendiri, juga nasib anak-anak dan cucu-cucunya. bangsa Moai menciptakan kebudayaannya dengan mengorbankan dan memusnahkan alam sekitar, demi sebuah penunjukkan eksistensi diri sendiri. membabat alam dan sebagainya, sehingga melupakan sesuatu, bahwa mereka masih memiliki keluarga, anak cucu, bahkan diri mereka sendiri. 

yang saya maksudkan adalah, dengan mengejar kesibukan, dengan mengejar karir, dengan mengejar aktualisasi dan menunjukkan eksistensi diri, manusia, kita seringkali melupakan bahwa ada "tempat-tempat kembali" yang memerlukan perhatian dan kasih sayang kita. Keluarga, alam sekitar, Tuhan, semuanya merupakan tempat kita kembali dan memperoleh kekutan, serta menjadi contoh nyata bahwa kita ada, dan mampu bangkit dan tetap berdiri tegak di dunia ini, dan seringkali, bahkan tempat kita kembali itu menjadi sesuatu yang kita lupakan dan mendapatkan prioritas paling rendah, padahal tanpa mereka, we're nothing.

inilah yang ane maksud, kita hidup jangan melupakan lingkungan dan apapun yang membuat kita ada. prioritas tertinggi kita dalam kehidupan tetap lah diutamakan bagi mereka. karena sekali lagi, tanpa mereka kita ada. seperti hilangnya suku Moai setelah mereka melupakan hutan-hutan mereka.

Wallahu a'lam
Muhammad Abdullah 'Azzam
Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta

No comments:

Post a Comment