Terimakasih
sebuah prosa kemanusiaan
Tidak
mungkin aku bisa melupakan momen-momen itu, kamu selalu disisiku kan? Tidak
peduli apakah ada hujan, angin kencang atau apapun, kamu selalu disisiku. Aku
selalu ingat tanganku selalu kamu genggam, seolah kamu tidak mau pergi
meninggalkanku. Aku hanya ingat kamu meninggalkanku sehari 5 kali, karena aku
tidak bisa merasakan hangatnya tanganmu. Aku tahu alasan dibalik kamu pergi,
kamu harus bertemu dengan-Nya kan? Karena kamu juga sering bercerita apa yang
kalian bicarakan.
Kamu pernah
bercerita bahwa disana, Dia sudah menyiapkan hal-hal terbaik. Konon ada sungai
dari anggur yang tidak memabukkan, ada sungai madu, ada sungai susu. Aku merasa
seperti diceritakan negeri dongeng, Cuman kamu sangat yakin dengan ceritamu,
dan setiap kali kamu berkata seperti itu kamu menggenggam erat tanganku. Aku
tahu kamu serius, dan aku berterimakasih, setidaknya Dia adalah sang penguasa
keajaiban.
Aku juga
pernah mendengarmu bercerita bahwa Dia pernah mengirimkan sosok manusia. Konon
manusia ini, adalah manusia sempurna. Tidak pernah sekalipun berdusta, berbuat
hal-hal nista. Tidak peduli dia dihantam dan dihina seperti apapun dia tetap
menyayangi orang-orang disekitarnya, bahkan kamu juga bercerita di saat
terakhirnya dia mengkhawatirkan semua individu yang bahkan tidak akan pernah
dia temui. Aku sedikit tidak mengerti seperti apa sebenarnya sosok Dia, mungkin
aku pernah tahu tapi aku melupakannya? Tetapi dengan dia mampu mengirimkan
seseorang, bukankah Dia sosok yang sangat berkuasa? Tapi setia kali kamu
bercerita tentang utusannya, aku merasakan getaran-getaran yang penuh
kerinduan, bahkan dalam beberapa kesempatan aku mereasa tanganku sedikit basah,
apakah kamu menangis?
Dilain
waktu kamu juga bercerita tentang bagaimana Dia menyayangi kita. Aku tidak
mengerti kita yang kamu maksud siapa, karena selama ini aku hanya bisa
menebak-nebak, dalam kegelapan aku hanya bisa merasa kehadiran, cerita dan rasa
sayang yang kamu curahkan. Tapi kamu selalu bercerita tentang bagaimana Dia
membuatmu nyaman, membuatmu merasa memiliki pelindung. Aku sedikit cemburu,
apakah kamu menduakanku? Dengan Dia? Dan katamu Dia melindungi aku dan kamu?
Apakah artinya Dia juga bersama kita berdua di ruangan ini? Aku cemburu! Ketika
perasaan itu makin dalam, kurasa tanganmu memegang erat tanganku, dan dalam
kesempatan lain aku juga merasakan ada tangan lain yang turut menggemgamku.
Maaf, mungkin aku berlaku seperti anak kecil ya?
Aku sedikit
banyak mulai berpikir dengan sosok Dia, tetapi ada satu hal lain yang membuatku
penasaran. Sosok kamu itu seperti apa? Dan kenapa kamu senantiasa berada di
sisiku? Aku tidak mengerti. Tapi perasaan khawatir, perasaan sayang, dan kenapa
kamu selalu menceritakan pertemuan mu dengan Dia dan apa yang Dia lakukan?
Bukankah itu bermakna sesuatu? Siapakah dirimu? Entah kenapa aku merasakan
genggaman tanganmu padaku semakin erat, apakah terjadi sesuatu?
Aku
merasakan sekitarku mulai penuh dengan genggaman tangan-tangan lain. Aku
merasakan kamu memanggil-manggil sesuatu, apakah itu nama Dia? Aku tidak tahu
tapi, tapi ini pertama kalinya aku merasakan dingin. Dingin yang mengerikan
merayapi kaki ku, merambat hingga ke perut dan badanku. Apa yang terjadi
padaku?
Aku merasa
kamu memanggil nama-nama itu semakin keras dan menggenggam tanganku erat-erat.
Aku merasa itu Nama Dia, tetapi kenapa ada nama lain disitu, itukah namaku?
Genggaman tanganmu semakin erat dan aku tahu tapi rasa dingin ini mulai
merambati lengan dan telapak tanganku. Aku tidak bisa merasakan apa-apa selain
rasa dingin ini. Kamu, aku tidak lagi merasakan genggaman tanganmu lagi! Apakah
kamu meninggalkanku?
Rasa dingin
ini semakin mengerikan karena aku merasa dia mulai mencekik leherku. Aku masih
belum bisa memutuskan karena suaramu semakin samar kudengar, tetapi aku ingin
mengucapkan sesuatu kepadamu, tapi apa yang harus aku ucapkan? Rasa dingin ini
mulai membuat lidahku kelu, dan aku masih belum bisa menemukan apa-apa,
ditengah kekhawatiranku aku merasa mataku terbuka dan menghangat. Pada momen
itu, aku hanya bergegas menutupnya lagi, karena aku tahu itulah kesempatan
terakhir untuk ku mengucapkan sesuatu kepadamu.
Aku telah
memutuskan.
Aku buka
lagi mataku, cahaya itu semakin terang.
Terima
kasih.
No comments:
Post a Comment