Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Friday, July 10, 2020

Terimakasih!




Terimakasih
sebuah prosa kemanusiaan

Tidak mungkin aku bisa melupakan momen-momen itu, kamu selalu disisiku kan? Tidak peduli apakah ada hujan, angin kencang atau apapun, kamu selalu disisiku. Aku selalu ingat tanganku selalu kamu genggam, seolah kamu tidak mau pergi meninggalkanku. Aku hanya ingat kamu meninggalkanku sehari 5 kali, karena aku tidak bisa merasakan hangatnya tanganmu. Aku tahu alasan dibalik kamu pergi, kamu harus bertemu dengan-Nya kan? Karena kamu juga sering bercerita apa yang kalian bicarakan.

Kamu pernah bercerita bahwa disana, Dia sudah menyiapkan hal-hal terbaik. Konon ada sungai dari anggur yang tidak memabukkan, ada sungai madu, ada sungai susu. Aku merasa seperti diceritakan negeri dongeng, Cuman kamu sangat yakin dengan ceritamu, dan setiap kali kamu berkata seperti itu kamu menggenggam erat tanganku. Aku tahu kamu serius, dan aku berterimakasih, setidaknya Dia adalah sang penguasa keajaiban.

Aku juga pernah mendengarmu bercerita bahwa Dia pernah mengirimkan sosok manusia. Konon manusia ini, adalah manusia sempurna. Tidak pernah sekalipun berdusta, berbuat hal-hal nista. Tidak peduli dia dihantam dan dihina seperti apapun dia tetap menyayangi orang-orang disekitarnya, bahkan kamu juga bercerita di saat terakhirnya dia mengkhawatirkan semua individu yang bahkan tidak akan pernah dia temui. Aku sedikit tidak mengerti seperti apa sebenarnya sosok Dia, mungkin aku pernah tahu tapi aku melupakannya? Tetapi dengan dia mampu mengirimkan seseorang, bukankah Dia sosok yang sangat berkuasa? Tapi setia kali kamu bercerita tentang utusannya, aku merasakan getaran-getaran yang penuh kerinduan, bahkan dalam beberapa kesempatan aku mereasa tanganku sedikit basah, apakah kamu menangis?

Dilain waktu kamu juga bercerita tentang bagaimana Dia menyayangi kita. Aku tidak mengerti kita yang kamu maksud siapa, karena selama ini aku hanya bisa menebak-nebak, dalam kegelapan aku hanya bisa merasa kehadiran, cerita dan rasa sayang yang kamu curahkan. Tapi kamu selalu bercerita tentang bagaimana Dia membuatmu nyaman, membuatmu merasa memiliki pelindung. Aku sedikit cemburu, apakah kamu menduakanku? Dengan Dia? Dan katamu Dia melindungi aku dan kamu? Apakah artinya Dia juga bersama kita berdua di ruangan ini? Aku cemburu! Ketika perasaan itu makin dalam, kurasa tanganmu memegang erat tanganku, dan dalam kesempatan lain aku juga merasakan ada tangan lain yang turut menggemgamku. Maaf, mungkin aku berlaku seperti anak kecil ya?

Aku sedikit banyak mulai berpikir dengan sosok Dia, tetapi ada satu hal lain yang membuatku penasaran. Sosok kamu itu seperti apa? Dan kenapa kamu senantiasa berada di sisiku? Aku tidak mengerti. Tapi perasaan khawatir, perasaan sayang, dan kenapa kamu selalu menceritakan pertemuan mu dengan Dia dan apa yang Dia lakukan? Bukankah itu bermakna sesuatu? Siapakah dirimu? Entah kenapa aku merasakan genggaman tanganmu padaku semakin erat, apakah terjadi sesuatu?

Aku merasakan sekitarku mulai penuh dengan genggaman tangan-tangan lain. Aku merasakan kamu memanggil-manggil sesuatu, apakah itu nama Dia? Aku tidak tahu tapi, tapi ini pertama kalinya aku merasakan dingin. Dingin yang mengerikan merayapi kaki ku, merambat hingga ke perut dan badanku. Apa yang terjadi padaku?

Aku merasa kamu memanggil nama-nama itu semakin keras dan menggenggam tanganku erat-erat. Aku merasa itu Nama Dia, tetapi kenapa ada nama lain disitu, itukah namaku? Genggaman tanganmu semakin erat dan aku tahu tapi rasa dingin ini mulai merambati lengan dan telapak tanganku. Aku tidak bisa merasakan apa-apa selain rasa dingin ini. Kamu, aku tidak lagi merasakan genggaman tanganmu lagi! Apakah kamu meninggalkanku?

Rasa dingin ini semakin mengerikan karena aku merasa dia mulai mencekik leherku. Aku masih belum bisa memutuskan karena suaramu semakin samar kudengar, tetapi aku ingin mengucapkan sesuatu kepadamu, tapi apa yang harus aku ucapkan? Rasa dingin ini mulai membuat lidahku kelu, dan aku masih belum bisa menemukan apa-apa, ditengah kekhawatiranku aku merasa mataku terbuka dan menghangat. Pada momen itu, aku hanya bergegas menutupnya lagi, karena aku tahu itulah kesempatan terakhir untuk ku mengucapkan sesuatu kepadamu.

Aku telah memutuskan.
Aku buka lagi mataku, cahaya itu semakin terang.
Terima kasih.

No comments:

Post a Comment