Sumber : Koleksi Pribadi Penulis
Film The Message
Pesan
perdamaian yang tidak pernah usang
Salah satu hikmah dari wabah Covid-19 adalah nikmat waktu luang luar
biasa. Nikmat ini memberikan kepada kita kesempatan untuk mencoba berbagai hal
baru, menambah wawasan, hobi baru, hingga mungkin aktifitas produktif baru
selain rutinitas kita. Lihat saja, sekarang umum kita saksikan muda-mudi hingga
dewasa bersepada baik itu di pagi, sore bahkan malam hari, sederhana, guna
menjaga kebugaran tubuh. Maka memang, wabah ini luar biasa dampaknya baik secara
sosial, kesehatan dan ekonomi, namun memang tidak ada salahnya coba untuk
mengambil hikmah, dan mensyukuri, wujud kasih sayang Allah SWT di masa pandemic
ini.
Bagi saya, mahasiswa semester akhir di program pascasarjana, dan masih
ditambah sebagai jajaran manajer di sebuah perusahaan kelas menengah, banyak
hal sangat dipengaruhi oleh pandemic ini, mulai dari kehidupan studi hingga
pekerjaan. Bagaimana studi ditempuh menggunakan video conference, bahkan muncul
opsi konferensi ilmiah via online, kantor dengan segala protokolnya, hingga
penyiapan strategi bisnis di masa pandemic. Semua ini sangat luar biasa,
menyita pikiran dan tenaga. Namun berbeda dengan kerja fisik, dengan sedikit manajemen waktu dan karena
semua dilakukan di rumah, jadi ada banyak waktu bisa digunakan untuk melakukan
hal lain, salah satunya menonton film.
Sebelum saya melanjutkan, semacam disclaimer, betul tidak ada individu
dengan tantangan sama saat pandemic ini, maka setiap orang penulis anjurkan
untuk tetap saling bantu sesame, saling bantu antar tetangga. Karena inilah
salah satu cara bagi kita untuk melalui masa pandemic dengan nilai kebaikan
sempurna.
Oke, kembali ke nonton film tadi, disebabkan minimnya hiburan, karena di
rumah internet pun susah, koleksi film lawas menjadi pilihan. Bahkan VCD player
di rumah pun harus bekerja lagi, karena dia menjadi salah satu solusi untuk
mengalihkan diri ini dari acara tidak jelas di televisi. Akhrinya film kartun
lawas, seperti petualangan Asterix dan Obelix. Film box office dari tahun 2000
an, mulai dari Braveheart, The Patriot, hingga The Kingdom of Heaven. Atau film
fantasi legendaris, mulai dari The Lord of The Ring hingga seri Harry Potter,
menjadi pengisi waktu luang selama studi dan kerja masih dilakukan rumah.
Diantara film-film tadi, ada satu buah film, umur film itu lebih tua
dari umur biologis penulis sampai detik ini, dan bisa dikatakan inilah film
paling bermutu jika dibandingkan dengan film-film sebelumnya. Tentu
membandingkan sebuah film non-holywood dengan film holywood lalu mengklaim film
asing itu lebih baik adalah kegilaan tersendiri. Namun, jika film tersebut
mampu menyajikan gambaran ringkas kehidupan manusia paling mulia, bahkan
disebut Michael Heart sebagai manusia paling berpengaruh di dunia, apakah bisa
dibandingkan dengan cerita soal penyihir dan orcs? Tentu tidak. Film inilah
film Ar-Risalah, atau The Message dalam bahasa inggris. Memiliki durasi sekitar
3 jam, meringkas kisah panjang sejarah hidup dan dakwah Rasulullah SAW, dalam
perspektif adil dan berimbang.
Tentu, menonton film ini bukan kali pertama bagi penulis. Saat keluarga
penulis membeli perangkat computer di 2004, inilah film pertama di computer
tersebut, saat sedang malam bina iman dan taqwa baik di TPA ataupun sekolah
dasar, film ini menjadi suplemen utama, dan lain sebagainya. Maka hakikatnya,
adegan, kisah dan akhir film ini, sudah sangat akrab dengan kehidupan penulis,
apalagi ketika di pondok pesantren, saat penulis memiliki kesempatan
menyelesaikan berbagai varian buku sirah nabawiyyah. Namun, ada satu hal,
sangat berbeda jika membandingkan film di masa kecil itu, dengan pengalaman
menonton ulang film ini, dulu penulis fokus membaca subtitle, namun saat ini
penulis bisa menikmati betul naskah dan dialog si aktor dalam bahasa aslinya.
Film ini memiliki 2 versi, versi bahasa arab dan bahasa inggris. Dan
karena penulis hanya memiliki sertifikat IELTS 7.0, akhirnya penulis hanya
mampu menikmati film the Message dalam versi bahasa inggris saja. Namun amat
benar sekali, bahkan dari versi bahasa inggris saja, banyak hal, jauh berbeda
dengan apa yang mampu diterjemahkan oleh si pembuat subtitle, dan film ini jauh
dari sekedar adegan Perang Badar, Perang Uhud dan terbunuhnya paman nabi Hamzah
bin Abdul Muthalib. Sangat banyak adegan yang berhasil menggambarkan bagaimana
islam, baik melalui masalah klasik, hingga masalah kontemporer saat ini.
Jika penulis ingin mengambil contoh. Islam dewasa ini dipandang sebagai
agama orang gila perang. Seluruh isu terorisme, konflik berdarah, selalu
dinisbatkan kepada ummat islam. Sangat menyedihkan memang, tetapi inilah
kenyataannya. Namun dalam film ini, saat adegan build-up menuju adegan favorit,
perang badar, digambarkan kondisi saat itu dan mengapa ummat islam dibawah
pimpinan Rasulullah SAW harus mengangkat senjata.
Setelah Rasulullah berhasil menyelesaikan fondasi kehidupan bernegara di
Madinah, orang Mekkah sangat geram dengan hal tersebut, dan dibawah pimpinan
Abu Jahal dan Kroninya, mereka memutuskan untuk melakukan sesuatu. Seluruh
harta benda, yang masih merupakan hak dan milik para Muhajirin, dirampas,
termasuk didalamnya rumah milik Abu Bakar RA, dan Rasulullah SAW, semuanya
dibawa kepada caravan-karavan menuju Syam. Berita ini, dalam adegan di Film
dibawa oleh Salhur, seorang munafik, dengan tujuan memprovokasi ummat islam.
Apakah ummat islam marah? JELAS, tidak ada manusia dengan fungsi akal dan hati
yang sehat, tidak tersakiti saat harta, benda dan keluarganya disakiti
sedemikian rupa. 13 tahun di Mekkah mereka menahan siksaan dan kebencian, dan
saat akhirnya mereka memperoleh kedamaian, harta keluarga mereka dirampas dan
diperdagangkan? Inilah yang penulis sebut “dzalim”.
Maka beramai-ramai ummat bertemu Rasulullah SAW, meminta solusi, meminta
jalan keluar. Namun apa kata Rasulullah SAW? Damai, damai dan damai. Bahkan ada
adegan percakapan panjang antara Hamzah RA paman nabi dengan Rasulullah SAW,
yang berakhir dengan perginya Hamzah RA dengan kecewa, karena Rasulullah SAW
tidak kunjung memberikan perintah berperang, dan terus menyuruh untuk damai dan
bersabar, karena meminjam istilah di film, Rasulullah SAW sangat membenci
pedang.
Pada akhirnya memang terjadi Perang Badar, adegan favorit penulis dalam
film, dan titik balik dari perjuangan dakwah islam. Tapi dari build-up
terjadinya pertempuran ini yang digambarkan dengan apik di dalam film, ditambah
dengan fakta historis yang sejarawan baik barat atau timur bersepakat, semua
ini disebabkan karena tindakan opresif dan provokatif yang dilakukan musyrikin
Mekkah, kalau dalam bahasa anak-anaknya, mereka yang mulai duluan. Perampasan
harta, tidak provokasi, belum termasuk penyiksaan dan penindasan yang terjadi
selama 13 tahun saat dakwah islam masih tertatih-tatih di Mekkah, dan inilah
wujud pembelaan diri kaum muslimin pada waktu itu.
Ini jugalah yang menjadi alasan kenapa negara bernama Amerika Serikat
bisa muncul bukan? Tidan penjajahan dan pajak semena-mena dari inggris, mulai
dari pajak jendela, teh, hingga stempel. Ini cukup untuk membuat rakyat koloni
Inggris di Amerika Utara mengangkat senjata dan melawan. Ini juga alasan kenapa
terjadi Serangan Umum 1 Maret dan Perang Gerilya Jenderal Sudirman, bahkan
peringatan Hari Pahlawan 10 November. Karena rakyat Indonesia yang baru merdeka
tidak mau tanah airnya diinjak-injak sekali lagi oleh Belanda dan Sekutu.
Artinya sejarah banyak dibangun oleh perlawanan manusia atas penindasan yang
dialaminya, dan inilah hak manusia untuk melawan. Apakah dengan dirampasnya
harta dan dilecehkannya harga diri, dan kamu bisa melawan lalu kamu tidak
melawan membuat kamu lebih keren? Tidak, inilah titik awal menuju kebinasaan.
Dan meskipun ummat islam berperang, aturan kedisiplinannya sangat luar
biasa ketat. Larangan untuk merusak pepohonan, tempat ibadah dan binatang
ternak. Larangan untuk membunuh wanita, anak-anak dan orang tua renta, dan perangilah
mereka yang memerangi dirimu saja, larangan membunuh mereka yang bekerja di
ladang, mereka yang berada di tempat-tempat ibadah. Bahkan ketika mendapatkan
tawanan, mereka dilarang mengikat tawanan, tawanan diminta berjalan bersisian
dengan mereka, dan diberi makan, menu dan porsi yang sama. Inilah aturan perang
kaum muslimin dan ini ditampilkan dengan sangat apik di film tadi, namun tentu
subtitle tidak mampu menerjemahkan semuanya dengan apik, serius, syariat yang
orang awam sulit memahaminya, ditampilkan dengan sangat mudah dan elegan, serta
menyentuh dasar-dasar peperangan dalam islam dengan sangat apik, asal, kita
mampu memahami bahasa inggris atau bahasa arab saja.
Seringkali islam juga dipandang sebagai agama, dimana kedudukan
perempuan dipandang rendah, bahkan cenderung diasingkan dari hak-hak bersosial.
Namun jika dibandingkan dengan masa jahiliyyah, sebelum datangnya islam di
Jazirah Arab, dimana mengubur hidup-hidup anak perempuan adalah sebuah budaya,
perempuan tidak berhak memperoleh warisan, bahkan seringkali seorang istri
dianggap sebagai benda warisan dari suaminya, ini adalah fakta sejarah dan
benar-benar terjadi. Fakta yang menunjukkan sebelum datangnya islam, tatanan
sosial masyarakat jahiliyyah benar-benar memposisikan perempuan sebagai benda,
sebuah barang.
Maka dalam sebuah adegan ketika Salhur, si munafik membawa berita dari
Madinah, bagaimana Rasulullah menetapkan bahwa perempuan memperoleh hak waris,
ini membuat gentar masyarakat jahiliyyah. Mengapa? Kebudayaan mereka, dimana hal
tersebut sangat terbelakang dan merugikan kaum perempuan dicerabut sampai
akar-akarnya, dan bahkan karena anjuran inilah Musyirikin Mekkah menyebut
Rasulullah SAW gila, dan kemudian menjadi bahan tertawaan mereka.
Lalu isu kesetaraan antar manusia tanpa memandang warna kulit, dimana
hal ini menjadi perbincangan belakangan setelah munculnya protes atas
kebrutalan polisi dan rasisme sistematis di Amerika Serikat. Amerika Serikat,
konon katanya negara penuh kebebasan, belum bisa menghilangkan rasisme sepenuhnya
dari kehidupan mereka, dan ini sudah memasuki pertengahan tahun 2020! 14 tahun
lalu melalui Al-Quran, Allah SWT menyampaikan bagaimana saat kembali ke
hadapan-Nya, tidak ada istilah perbedaan warna kulit. Iman dan amal sholih lah,
penentu siapa memperoleh nikmat, siapa memperoleh siksa. Hal ini pun tergambar
pada bagaimana ummat islam saat ini beribadah. Saksikan saja setiap musim haji,
semua ummat muslim, tidak melihat warna kulit ataupun status sosial, semua
tunduk khusyuk di Arafah, sama-sama memakai kain ihram, sama-sama memohon
ampunan dan berdoa kepada Allah SWT. Luar biasa bukan?
Dan sekali lagi, film The Message menggambarkan hal ini dengan sangat
luar biasa. Bagaimana episode setelah Masjid Nabawi selesai dibangun, dan
Rasulullah SAW mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar, Salhur kebagian
bersaudara, memeluk dan mencium Bilal, seorang mantan budak berkulit hitam. Apa
yangdia katakana pada adegan setelahnya saat dia membawa kabar dari Madinah?
“Aku tidak bisa menerima kebijakan memeluk dan berciuman dengan budak!”
Pada kisah ini, Bilal sudah menjadi manusia merdeka, setelah dibebaskan
oleh Abu Bakar, namun tetap saja Salhur dan kaum musyrikin memanggil dia dengan
sebutan sama, budak berkulit hitam. Ditambah lagi dalam kebijakan Rasulullah SAW
beliau menekankan tentang aspek kesetaraan yang dimiliki oleh manusia, tidak
peduli apapun latar belakangnya. Dalam satu adegan saat Salhur membawa berita
dari Madinah, seluruh pandangan miring tentang islam dibantah seluruhnya dan
inilah syariat islam sesungguhnya. Kesetaraan rasial, hak-hak perempuan,
kewajiban menghormati agama dan keyakinan orang lain, kewajiban memenuhi
perjajian-perjanjian, hingga hak atas hewan tunggangan, semua dibahas pada satu
adegan dan semua memberikan gambaran ringkas tentang bagaimana islam dan
Rasul-Nya membawa perubahan, revolusi budaya secara fundamental bagi masyarakat
arab. Dan tentu, ini semua untuk tujuan yang lebih baik lagi.
Tidak terhitung betapa banyaknya adegan-adegan luar biasa, episode
kehiudpan Rasulullah SAW yang digambarkan dengan apik pada film ini, mulai dari
bagaimana kaum muslimin move on dari Perang Uhud, bagaimana menghadapi
Perjanjian Hudaibiyyah, hingga fathu Mekkah, semua digambar dengan apik, luar
biasa, dan menunjukkan alasan mengapa Rasulullah SAW benar membawa sebuah
kebenaran hakiki.
Namun sayangnya, sebagaimana kata para ulama, “islam itu dihijabi
(ditutupi) oleh orang muslim”, dimana kemuliaan islam seringkali dikaburkan
oleh kelakuan ummat-nya. Bagaimana Rasulullah SAW mengangkat harkat dan martabat
perempuan, ditutupi dengan pandangan sebagian kecil orang muslim sendiri
tentang larangan mereka untuk memperoleh hak atas ilmu pengetahuan. Kesetaraan
rasial dihadapan Allah SWT, ruh bersosial dalam kehidupan bermasyarakat kabur
oleh tindakan-tindakan kaum muslimin sendiri saat mereka melancarkan genosida,
atau mungkin kejahatan berdasarkan warna kulit. Bagaimana islam sangat
menghargai dan mengehendaki perdamaian dirusak dengan sebagian kecil elit
politik, yang mengaku muslim tapi senantiasanya membuat sabotase, memprovokasi
rakyatnya sendiri, dan menyanjung pecah-belahnya ummat. Padahal di
negeri-negeri yang jauh, banyak saudara kita sesame muslim, hidup dibawah
tindakan opresif dan represif, hanya karena mereka memilih untuk menjadi
muslim, namun seringkali pemimpin-pemimpin itu lebih suka melihat rakyatnya
saling bantai dan benci, daripada menolong sesame muslim.
Menjadi hal penting kiranya, kita lebih dalam mempelajari dan mengenal
sosok mulia yang namanya selalu kita sebut dalam sholat. Kajian langsung,
online dan buku-buku sirah nabawiyyah jelas menjadi sumber-sumber primer,
sebisa mungkin kita selesaikan barang 1 buku yang kredibel, atau rutin kajian
sirah mulai dari lahir hingga meninggalnya Rasulullah SAW. Namun jika sifat
kemanusiaan kita masih mengalahkan kita, tidak ada salahnya kemampuan bahasa
inggris kita dipergunakan, untuk menyelesaikan film ini sesuai dengan naskah
bahasa inggrisnya, syukur-syukur kalau bisa mendengarkan dan menyelesaikan
naskah berbahasa arab. Karena jelas, subtitle tidak bisa menggambarkan
keseluruhan kisahnya.
Terkahir, karena penulis termasuk manusia, dan Alhamdulillah masih
beragama islam, jika ada salah kata atau hal yang menyinggung, maaf sekali.
Karena bisa jadi, penulis juga termasuk, mereka-mereka yang mengaburkan
kemuliaan islam. Karena islam terlalu mulia jika hanya dibicarakan oleh manusia
yang selama hidupnya tidak mendalami agama itu sendiri. Namun setidaknya,
dengan tulisan ini bisa menumbuhkan semangat untuk semakin mecintai Rasulullah
SAW melalui sumber daya yang kita miliki, dan ya, bahwa ulama-ulama kita,
memberikan banyak sarana yang memudahkan kita untuk menunjukkan cinta kita
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Wallahu ‘Alam.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini
kunjungi juga profil selasar saya di : https://www.selasar.com/author/abdullah/
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment