Menghubungkan
Pasar Tradisional dengan Pemuda melalui Metode Group Mentoring
Muhammad
Abdullah ‘Azzam
An
Initial Solution
Kompleks
dan penting, permasalahan ekonomi senantiasa mencakup kedua aspek tersebut,
dimana hajat hidup orang banyak dipertaruhkan. Harga sembila bahan pokok, harga
bahan bakar minyak, tarif dasar listrik, isu perbankan, isu pertanian dan
pertambangan, serta hal-hal lain adalah isu ekonomi, dimana banyak kepentingan
terlibat. Bisa dikatakan, sepanjang umur peradaban manusia permasalahan dan
urusan ekonomi akan terus mengikuti, baik datang berupa ancaman, atau kabar
baik. Tidak mungkin kita tidak menganggap isu ekonomi adalah isu seksi, karena
memetakan dan menembak solusi dari permasalahan atau membaca permasalahan bisa
dari beragam sudut pandang berbeda, seolah dua sisi mata uang, dimana satu
orang melihat kepala, yang lain melihat ekor.
Indonesia,
negara kepualauan terbesar didunia dengan ribuan pulau memiliki keunikan
tersendiri untuk urusan ekonomi, masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan
sendiri, memiliki instrumen ekonomi sendiri. Beberapa masih bertahan, beberapa
masih menjadi fondasi perekonomian utama masyarakat lokal. Salah satunya, tidak
tergantikan, merupakan pasar tradisional. Tersebar di seluruh Indonesia,
keberadaan pasar-pasar ini menjadi penyambung urat nadi perekonomian masyarakat
disekitarnya, beberapa digambarkan sebagai simbol kalangan bawah-tertindas,
beberapa melihat potensi tanah, bukan pasarnya. Begitulah sekelumit cerita
tentang pasar tradisional, beberapa dibakar dengan sengaja, beberapa digusur,
beberapa berargumen sudah tidak sesuai dengan zaman, beberapa menjerit dan
menangis melihat penghidupannya dirampas. Namun, sangat disayangkan, sebagian
besar orang memilih tidak peduli dengan keberadaannya.
Penulis
adalah salah satu dari generasi, dimana pasar tradisional bukan menjadi tempat
berakrab-akrab, terhitung semenjak penulis dewasa minimarket moderen jauh lebih
menarik hati. Tidak cukup tangan dan kaki untuk menghitung kunjungan penulis ke
pasar moderen baik berupa minimarket, supermarket, hypermarket, mall dan
sejenisnya, namun taruhlah belum ada 20
kali penulis menelisik jauh ke pasar tradisional. Maka, pengetahuan
penulis akan pasar amat sangat minim, sebagaimana pengetahuan penulis akan kalkulus
dan instrumen matematika lanjutan. Jujur, ketidaktahuan ini membuat penulis
seringkali tidak ambil pusing ketika ada berita penggusuran pasar, dipikiran
penulis adalah, pemerintah jahat, cukup.
Namun
semua berubah ketika penulis mengenal dunia perkuliahan, dimana penulis dipaksa
untuk mengenal instrumen ekonomi rakyat bernama pasar tradisional. Penulis
pernah berprovesi sebagai pedagang buku-buku perkuliahan murah dan
sepatu-sepatu impor, serta berbagai macam alat-alat olahraga. Tidak mungkin
kita menemukan buku murah di toko buku ternama, atau sepatu impor di sport
station, semuanya tersedia di pasar tradisional, apalagi pasar besar
seperti Pasar Johar Semarang. Tentu saja, penawaran harga terdengar lebih seksi
dibanding diskon 70+25% di mall atau sport station, karena kita bisa menawar
hingga memperoleh margin harga yang diinginkan, baik untuk keuntungan penjual
maupun pembeli. Maka, ketika tahun 2015 Pasar Johar dibakar orang tidak
bertanggungjawab, atau terbakar karena konsleting listrik sebagaimana rilis
resmi media, penulis merasa terpukul. Hingga 3 bulan setelah kejadian, penulis
dan keluarga belum pernah sekalipun menengok kondisi pasar tersebut, mengapa?
Banyak sekali pedagang yang menjadi kawan dan kenalan penulis dan keluarga.
Hingga
pada 15 Maret 2016, penulis bertanya pada seorang aktifis penggerak Pasar
Panggungrejo, dibelakang kampus tercinta Universitas Sebelas Maret. Rekan
penulis dan teman-teman berhasil merevitalisasi pasar itu dengan perjuangan
panjang untuk memperoleh ijin turut mengelola pasar, hingga sampai pada tahap
siap diisi pedagang binaan. Namun, timbul masalah, karena partispasi pedagang
dari mahasiswa bisa dikatakan minim, atau mungkin mahasiswa sekarang seperti
penulis dimasa lalu, tidak peduli dengan nasib instrumen ekonomi satu ini,
hingga timbul pertanyaan, bagaimana membawa para pemuda, khususnya di wilayah
Jebres atau minimal kampus UNS untuk mau menengok pasarnya? Mau turut ambil
bagian dan bersinergi dalam satu hati dan tujuan untuk mengembangkan pasar
disekitar mereka? Timbul sebuah solusi awal, mendekati mereka dengan mentoring,
dan menjual pasar dengan mentoring juga.
Tujuan
dasar dari mentoring menurut Clutterbuck dalam Deans et.al (2006) adalah To help
and support people to manage their own learning in order to maximise their potential, develop their
skills, improve their performance and
become the person they want to be. Sedangkan ecara khusus dalam
penjelasan teknik group mentoring kami ambilkan dari Carvin (2011)
group mentoring is a methodology for individual development that utilizes
multiple experts (mentors) and multiple learners (mentees) in a group setting.
Although structured as a group, learning is individual and each mente works on
his or her own unique learning needs and development goals. Jadi, metode
mentoring masih memiliki beberapa cabang metode salah satunya adalah group
mentoring dengan sistem melibatkan interaksi intensif seorang mentor dengan
beberapa orang mentee untuk memaksimalkan potensi atau tujuan dari sang
mentee. Namun, mari kita cermati tabel buatan Clutterbuck dalam Deans et.al
(2006), tentang perbedaan mentoring dengan metode yang lain.
Dalam
tabel disajikan bahwa metode mentoring memiliki beberapa titik tekan, dimana
proses pembentukan mentee bisa dilakukan. Maksudnya, tujuan dari metode
mentoring bisa sangat fleksibel tergantung lebutuhannya. Dalam hal ini, penulis
akan memanfaatkan titik-titik poin dalam metode mentoring, untuk menghubungkan,
mengenalkan, dan mencetak generasi yang peduli dengan pasar, dalam hal ini
pasar tradisional.
tabel 1 2 Perbedaan Mentoring dan Coaching, Clutterbuck dalam Deans et.al (2006)
Penulis
mengininkan sebuah kondisi dimana ada pemerhati, lebih banyak lagi kader-kader
pemerhati pasar. Jangan sampai terulang cerita penulis, ketika kesadaran untuk
menjaga dan mengembangkan pasar tradisional tumbuh setelah kejatuhan pasar
terbesar di Jawa Tengah (Pasar Johar).
Penulis ingin membentuk individu yang dengan sadar menghidupkan dan
memperhatikan pasar tradisional, menghidupkan pasar tradisional yang gagal di
wilayah Jebres, dan membantu promosi pasar yang sudah ada, serta mengedukasi
pasar di kalangan pemuda lain sepantaran atau lebih muda. Tujuan dari solusi
ini adalah sebuah gerakan membangun kesadaran dan kebutuhan akan pasar
tradisional dari sumber daya manusia. Disimpulkan, solusi ini merupakan bagian
dari pengembangan sumber daya manusia dengan sasaran para pemuda, untuk
membangun dan memperhatikan pasar tradisional.
Proses
pembentukan ini ditempu dengan metode mentoring, dalam hal ini group mentoring
dimana pembinaan tidak hanya berpusat pada pengetahuan tentang pasar saja,
namun dbarengi dengan pembinaan individu. Penulis akan menawarkan beberapa
paket solusi awal yang disadur dari karya ilmiah milik penulis untuk seleksi
mahasiswa berprestasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, dengan sedikit
perubahan. Beberapa paket materi tersebut adalah :
1.
Kategori
dasar-dasar ekonomi : berisi materi tentang potensi kota surakarta, ilmu
ekonomi dasar, dasar-dasar kewirausahaan, dan panduan praktis pengembangan
bisnis.
2.
Kategori
Pasar, sejarah dan urgensi pasar tradisional, paket pengenalan dengan suasana pasar
tradisional, membidik dan memetakan masalah ekonomi pasar tradisional
3.
Kategori
pengembangan diri : berisi paket wawasan daerah, wawasan nasional, wawasan
global, pelatihan pembuatan program, pelatihan penggalian dana, dan pelatihan
manajerial sederhana
4.
Kategori
pengembangan rohani : paket pendidikan keagamaan kontemporer, pengkajian
perspektif keagamaan masyarakat, pengkajian budaya dan agama, serta forum
konsultasi masalah
5.
Kategori
motivasi dan kepribadian : berisi paket suplemen kepemimpinan dan keprajuritan,
suplemen kerja sama tim, dan suplemen komitmen dan pengorbanan
6.
Kategori
bimbingan intensif : bukan berupa materi, namun pendampingan intensif ketika
para siswa mentee, sudah memulai
usahanya atau mulai melaksanakan idenya. Pada tahap bimbingan, beberapa mentee
akan diarahkan untuk memulai atau terlibat kegiatan bisnis dipasar, diutamakan
sebagai pedagang baik itu pedagang online maupun offline.
Keenam
program diatas merupakan landasan untuk pembuatan kurikulum mentoring yang akan
penulis susun berikutnya. Dikarenakan essay ini adalah tahap awal dalam
pengembangan metode group mentoring untuk pemanfaatan multi-purpose,
penjabaran paket program dirasa cukup untuk melengkapi essay ini.
Cukup
jelas dalam rangkaian ide penulis, adalah pemanfaatan para pemuda melalui
metode group mentoring untuk menjadi kader-kader pengembang pasar. Baik
terlibat langsung dalam intraksi ekonomi di pasar tradisional maupun pada
posisi lain dengan tujuan jelas, menjaga, membangun, dan melestarikan pasar
tradisional. Pada tahap lebih jauh, penulis bersama mereka akan mencoba membuat
sebuah pembangkitan kesadaran secara umum tentang fakta-fakta pasar
tradisional, baik potensi maupun masalahnya. Penyebaran kesadaran akan
dilakukan dengan menggunakan berbagai media yang memungkinkan, selain itu,
dengan tergabungnya penulis dalam komunitas ACBI (aku cinta budaya indonesia)
dan diterimanya penulis sebagai penerima manfaat beasiswa aktifis nusantara
Dompet Dhuafa akan membuat ide ini menjadi lebih mungkin.
Cita-cita
terbentuknya generasi manusia yang peduli dengan pasar, cita-cita terwujudnya
perekonomian masyarakat yang berdikari bisa dilakukan salah satunya dengan
melestarikan dan mengembangkan instrumennya. Tentu, pihak yang bertanggungjawab
mengembangkannya adalah manusia. Diperlukan sumber daya manusia yang sadar
betul akan pentingnya urusan ini, dan mereka turut menjadi inisiator dan aktor
dalam pengembangnnya. Cukuplah seorang Muhammad Abdullah ‘Azzam yang melakukan
kesalahan dengan terlambat menyadari urgensi pasar, jangan ciptakan generasi
sebagaimana seorang ‘Azzam dahulu. Sebelum seluruh pasar berubah menjadi
tumpukan debu, dan harapan rakyat kecil tergerus oleh zaman, mari, kita
bangunkan mereka, para pemuda dari Jebres!.
Referensi
1.
Azzam,
Muhammad.A; 2016. “Metode Group Mentoring Untuk
Mengembangkan Kemampuan Berwirausaha Siswa Sekolah Menengah Atas (Sma) Guna
Menyongsong Restorasi Ekonomi Di Kota Surakarta” FEB
UNS
2.
Carvin,
Beth.N;. 2011. “The Hows and Whys of Group Mentoring” Industrial and
Commercial Training.
3. Deans , Fran; Oakley , Louise; James , Rick; Wrigley ,
Rebecca. 2006. “Coaching and Mentoring for Leadership in Civil Society”,
Praxis Paper, 14. 1-38.
No comments:
Post a Comment