Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Tuesday, March 22, 2016

pemuda mentoring, dan pasar tradisional







Menghubungkan Pasar Tradisional dengan Pemuda melalui Metode Group Mentoring
Muhammad Abdullah ‘Azzam
An Initial Solution

Kompleks dan penting, permasalahan ekonomi senantiasa mencakup kedua aspek tersebut, dimana hajat hidup orang banyak dipertaruhkan. Harga sembila bahan pokok, harga bahan bakar minyak, tarif dasar listrik, isu perbankan, isu pertanian dan pertambangan, serta hal-hal lain adalah isu ekonomi, dimana banyak kepentingan terlibat. Bisa dikatakan, sepanjang umur peradaban manusia permasalahan dan urusan ekonomi akan terus mengikuti, baik datang berupa ancaman, atau kabar baik. Tidak mungkin kita tidak menganggap isu ekonomi adalah isu seksi, karena memetakan dan menembak solusi dari permasalahan atau membaca permasalahan bisa dari beragam sudut pandang berbeda, seolah dua sisi mata uang, dimana satu orang melihat kepala, yang lain melihat ekor.
Indonesia, negara kepualauan terbesar didunia dengan ribuan pulau memiliki keunikan tersendiri untuk urusan ekonomi, masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan sendiri, memiliki instrumen ekonomi sendiri. Beberapa masih bertahan, beberapa masih menjadi fondasi perekonomian utama masyarakat lokal. Salah satunya, tidak tergantikan, merupakan pasar tradisional. Tersebar di seluruh Indonesia, keberadaan pasar-pasar ini menjadi penyambung urat nadi perekonomian masyarakat disekitarnya, beberapa digambarkan sebagai simbol kalangan bawah-tertindas, beberapa melihat potensi tanah, bukan pasarnya. Begitulah sekelumit cerita tentang pasar tradisional, beberapa dibakar dengan sengaja, beberapa digusur, beberapa berargumen sudah tidak sesuai dengan zaman, beberapa menjerit dan menangis melihat penghidupannya dirampas. Namun, sangat disayangkan, sebagian besar orang memilih tidak peduli dengan keberadaannya.

Penulis adalah salah satu dari generasi, dimana pasar tradisional bukan menjadi tempat berakrab-akrab, terhitung semenjak penulis dewasa minimarket moderen jauh lebih menarik hati. Tidak cukup tangan dan kaki untuk menghitung kunjungan penulis ke pasar moderen baik berupa minimarket, supermarket, hypermarket, mall dan sejenisnya, namun taruhlah belum ada 20  kali penulis menelisik jauh ke pasar tradisional. Maka, pengetahuan penulis akan pasar amat sangat minim, sebagaimana pengetahuan penulis akan kalkulus dan instrumen matematika lanjutan. Jujur, ketidaktahuan ini membuat penulis seringkali tidak ambil pusing ketika ada berita penggusuran pasar, dipikiran penulis adalah, pemerintah jahat, cukup.

Namun semua berubah ketika penulis mengenal dunia perkuliahan, dimana penulis dipaksa untuk mengenal instrumen ekonomi rakyat bernama pasar tradisional. Penulis pernah berprovesi sebagai pedagang buku-buku perkuliahan murah dan sepatu-sepatu impor, serta berbagai macam alat-alat olahraga. Tidak mungkin kita menemukan buku murah di toko buku ternama, atau sepatu impor di sport station, semuanya tersedia di pasar tradisional, apalagi pasar besar seperti Pasar Johar Semarang. Tentu saja, penawaran harga terdengar lebih seksi dibanding diskon 70+25% di mall atau sport station, karena kita bisa menawar hingga memperoleh margin harga yang diinginkan, baik untuk keuntungan penjual maupun pembeli. Maka, ketika tahun 2015 Pasar Johar dibakar orang tidak bertanggungjawab, atau terbakar karena konsleting listrik sebagaimana rilis resmi media, penulis merasa terpukul. Hingga 3 bulan setelah kejadian, penulis dan keluarga belum pernah sekalipun menengok kondisi pasar tersebut, mengapa? Banyak sekali pedagang yang menjadi kawan dan kenalan penulis dan keluarga.

Hingga pada 15 Maret 2016, penulis bertanya pada seorang aktifis penggerak Pasar Panggungrejo, dibelakang kampus tercinta Universitas Sebelas Maret. Rekan penulis dan teman-teman berhasil merevitalisasi pasar itu dengan perjuangan panjang untuk memperoleh ijin turut mengelola pasar, hingga sampai pada tahap siap diisi pedagang binaan. Namun, timbul masalah, karena partispasi pedagang dari mahasiswa bisa dikatakan minim, atau mungkin mahasiswa sekarang seperti penulis dimasa lalu, tidak peduli dengan nasib instrumen ekonomi satu ini, hingga timbul pertanyaan, bagaimana membawa para pemuda, khususnya di wilayah Jebres atau minimal kampus UNS untuk mau menengok pasarnya? Mau turut ambil bagian dan bersinergi dalam satu hati dan tujuan untuk mengembangkan pasar disekitar mereka? Timbul sebuah solusi awal, mendekati mereka dengan mentoring, dan menjual pasar dengan mentoring juga.

Tujuan dasar dari mentoring menurut Clutterbuck dalam Deans et.al (2006) adalah To help and support people to manage their own learning in order to  maximise their potential, develop their skills, improve their performance and  become the person they want to be. Sedangkan ecara khusus dalam penjelasan teknik group mentoring kami ambilkan dari Carvin (2011) group mentoring is a methodology for individual development that utilizes multiple experts (mentors) and multiple learners (mentees) in a group setting. Although structured as a group, learning is individual and each mente works on his or her own unique learning needs and development goals. Jadi, metode mentoring masih memiliki beberapa cabang metode salah satunya adalah group mentoring dengan sistem melibatkan interaksi intensif seorang mentor dengan beberapa orang mentee untuk memaksimalkan potensi atau tujuan dari sang mentee. Namun, mari kita cermati tabel buatan Clutterbuck dalam Deans et.al (2006), tentang perbedaan mentoring dengan metode yang lain.

Dalam tabel disajikan bahwa metode mentoring memiliki beberapa titik tekan, dimana proses pembentukan mentee bisa dilakukan. Maksudnya, tujuan dari metode mentoring bisa sangat fleksibel tergantung lebutuhannya. Dalam hal ini, penulis akan memanfaatkan titik-titik poin dalam metode mentoring, untuk menghubungkan, mengenalkan, dan mencetak generasi yang peduli dengan pasar, dalam hal ini pasar tradisional.

tabel 1 2 Perbedaan Mentoring dan Coaching, Clutterbuck dalam Deans et.al (2006)

Penulis mengininkan sebuah kondisi dimana ada pemerhati, lebih banyak lagi kader-kader pemerhati pasar. Jangan sampai terulang cerita penulis, ketika kesadaran untuk menjaga dan mengembangkan pasar tradisional tumbuh setelah kejatuhan pasar terbesar di Jawa Tengah (Pasar Johar).  Penulis ingin membentuk individu yang dengan sadar menghidupkan dan memperhatikan pasar tradisional, menghidupkan pasar tradisional yang gagal di wilayah Jebres, dan membantu promosi pasar yang sudah ada, serta mengedukasi pasar di kalangan pemuda lain sepantaran atau lebih muda. Tujuan dari solusi ini adalah sebuah gerakan membangun kesadaran dan kebutuhan akan pasar tradisional dari sumber daya manusia. Disimpulkan, solusi ini merupakan bagian dari pengembangan sumber daya manusia dengan sasaran para pemuda, untuk membangun dan memperhatikan pasar tradisional.

Proses pembentukan ini ditempu dengan metode mentoring, dalam hal ini group mentoring dimana pembinaan tidak hanya berpusat pada pengetahuan tentang pasar saja, namun dbarengi dengan pembinaan individu. Penulis akan menawarkan beberapa paket solusi awal yang disadur dari karya ilmiah milik penulis untuk seleksi mahasiswa berprestasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, dengan sedikit perubahan. Beberapa paket materi tersebut adalah :
1.      Kategori dasar-dasar ekonomi : berisi materi tentang potensi kota surakarta, ilmu ekonomi dasar, dasar-dasar kewirausahaan, dan panduan praktis pengembangan bisnis.
2.      Kategori Pasar, sejarah dan urgensi pasar tradisional, paket pengenalan dengan suasana pasar tradisional, membidik dan memetakan masalah ekonomi pasar tradisional
3.      Kategori pengembangan diri : berisi paket wawasan daerah, wawasan nasional, wawasan global, pelatihan pembuatan program, pelatihan penggalian dana, dan pelatihan manajerial sederhana
4.      Kategori pengembangan rohani : paket pendidikan keagamaan kontemporer, pengkajian perspektif keagamaan masyarakat, pengkajian budaya dan agama, serta forum konsultasi masalah
5.      Kategori motivasi dan kepribadian : berisi paket suplemen kepemimpinan dan keprajuritan, suplemen kerja sama tim, dan suplemen komitmen dan pengorbanan
6.      Kategori bimbingan intensif : bukan berupa materi, namun pendampingan intensif ketika para siswa mentee,  sudah memulai usahanya atau mulai melaksanakan idenya.  Pada tahap bimbingan, beberapa mentee akan diarahkan untuk memulai atau terlibat kegiatan bisnis dipasar, diutamakan sebagai pedagang baik itu pedagang online maupun offline.
Keenam program diatas merupakan landasan untuk pembuatan kurikulum mentoring yang akan penulis susun berikutnya. Dikarenakan essay ini adalah tahap awal dalam pengembangan metode group mentoring untuk pemanfaatan multi-purpose, penjabaran paket program dirasa cukup untuk melengkapi essay ini.

Cukup jelas dalam rangkaian ide penulis, adalah pemanfaatan para pemuda melalui metode group mentoring untuk menjadi kader-kader pengembang pasar. Baik terlibat langsung dalam intraksi ekonomi di pasar tradisional maupun pada posisi lain dengan tujuan jelas, menjaga, membangun, dan melestarikan pasar tradisional. Pada tahap lebih jauh, penulis bersama mereka akan mencoba membuat sebuah pembangkitan kesadaran secara umum tentang fakta-fakta pasar tradisional, baik potensi maupun masalahnya. Penyebaran kesadaran akan dilakukan dengan menggunakan berbagai media yang memungkinkan, selain itu, dengan tergabungnya penulis dalam komunitas ACBI (aku cinta budaya indonesia) dan diterimanya penulis sebagai penerima manfaat beasiswa aktifis nusantara Dompet Dhuafa akan membuat ide ini menjadi lebih mungkin.

Cita-cita terbentuknya generasi manusia yang peduli dengan pasar, cita-cita terwujudnya perekonomian masyarakat yang berdikari bisa dilakukan salah satunya dengan melestarikan dan mengembangkan instrumennya. Tentu, pihak yang bertanggungjawab mengembangkannya adalah manusia. Diperlukan sumber daya manusia yang sadar betul akan pentingnya urusan ini, dan mereka turut menjadi inisiator dan aktor dalam pengembangnnya. Cukuplah seorang Muhammad Abdullah ‘Azzam yang melakukan kesalahan dengan terlambat menyadari urgensi pasar, jangan ciptakan generasi sebagaimana seorang ‘Azzam dahulu. Sebelum seluruh pasar berubah menjadi tumpukan debu, dan harapan rakyat kecil tergerus oleh zaman, mari, kita bangunkan mereka, para pemuda dari Jebres!.




Referensi

1.     Azzam, Muhammad.A; 2016. “Metode Group Mentoring Untuk Mengembangkan Kemampuan Berwirausaha Siswa Sekolah Menengah Atas (Sma) Guna Menyongsong Restorasi Ekonomi Di Kota Surakarta” FEB UNS

2.     Carvin, Beth.N;. 2011. “The Hows and Whys of Group Mentoring” Industrial and Commercial Training.

3.     Deans , Fran; Oakley , Louise; James , Rick; Wrigley , Rebecca. 2006. “Coaching and Mentoring for Leadership in Civil Society”, Praxis Paper, 14. 1-38.

No comments:

Post a Comment