Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Thursday, January 21, 2021

Klasik


 Klasik

Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam

 

 

Isu klasik dunia manusia adalah tentang kesempurnaan. Manusia selalu mencari sesuatu yang sempurna, dan lebih luar biasanya lagi kesempurnaan ini hampir semuanya menurut kacamata perseorangan. Jarang sekali manusia menemukan yang namanya common ground, sebuah fondasi dimana manusia bisa bersepakat akan sesuatu. Karena jika berkaca pada teori penciptaan, setiap manusia sebenarnya dilahirkan dengan modal tertentu, dimana kesemuanya masuk dalam kategori manusia. Tetapi manusia selalu memiliki hak memilih setelah dia dilahirkan, dan pilihan inilah yang membuat manusia bisa mencapai posisi, dan kondisi tertentu dalam hidupnya.

 

Inilah kenapa masalah klasik selalu muncul, perbedaan yang menjadi akar dari konflik. Sejarah dunia sudah menjadi bukti jelas bagaimana konflik sebenarnya berawal dari perbedaan idealism antar manusia. Pertentangan antara Romawi dan Phoenicia disebabkan tidak bisa sepakatnya kedua peradaban ini tentang siapa yang berhak mengatur dan menghegemoni di Laut Mediterania. Persaingan berabad-abad antara Persia dan Yunani disebabkan perbedaan filosofi dan semangat ekspansionisme antar kedua peradaban. Berlanjut pada persaingan antara Byzantium dengan Persia, dan tentu tidak lupa, 4.000 tahun sejarah China yang penuh dengan persangan dan pertempuran antar mereka sendiri.

 

Tetapi inilah yang membuat manusia itu unik. Bisa dibilang manusia memang hidup dari persaingan ini, dan terbukti, tanpa adanya konflik antar manusia, sangat tidak mungkin kiranya manusia bergerak dari zaman batu hingga ke zaman modern. The Bronze Age Collapse menjadi awal munculnya peradaban besi. Konflik Phoenicia dengan Romawi menjadi titik ukur perkembangan budaya klasik, mulai dasar-dasar perpolitikan modern, ilmu-ilmu militer dan perkembangan teknologi perairan. Bahkan tidak dipungkiri lagi, salah satu alasan kenapa manusia modern bisa hidup dalam kenyamanannya sekarang, salah satunya disebabkan dalam 2 pertempuran besar dunia banyak teknologi canggih yang akhirnya ditemukan manusia, dan kebetulan teknologi itu tidak hanya bagus untuk membunuh orang lain.

 

Maka sifat klasik manusia ini sebenarnya bukan sesuatu yang sepenuhnya buruk, karena secara desain manusia akan selalu dibawa pada persaingan dengan sesamanya. Tetapi mungkin bagaimana kita menyikapinya, harus semakin diperbaiki. Menghargai nyawa manusia lain menjadi satu langkah yang bagus, kenapa, karena perbedaan pandang atas nilai nyawa manusia menjadi satu titik yang membedakan kita dengan binatang. Tindakan genosida tidak perlu terjadi jika pada akhirnya manusia memahami bahwa satu dengan yang lain memiliki tugas masing-masing, dan bukan pada keinginan dan hak manusia penindasan dilakukan. Inilah sudut pandang pertama yang harus dirubah saat berbicara tentang masalah klasik manusia.

 

Hal kedua yang bisa dirubah adalah tentang menilai hidup itu sendiri. Hidup itu sesuatu yang diberikan, berupa anugerah yang sudah sewajarnya dinikmati, dijalani dengan penuh semangat. Mudah memang dituliskan, tetapi bukan hal mudah untuk dijalani. Tetapi pada akhirnya hal kedua ini memang kembali pada masing-masing individu manusia, manusia menentukan bagaimana mereka menilai hidup itu, setelah mereka menentukan pilihan ini bisa kita saksikan bagaimana dunia ini berputar. Dunia ini memang memiliki kuasa alamiahnya sendiri, tetapi pada akhirnya manusia juga turut menentukan mau ke arah mana dunia ini, apakah penuh darah atau perdamaian, apakah mau berdampingan dengan alam, dan lain sebagainya.

 

Apalagi yang bisa dilakukan? Cukup 2 ini saja. Sejatinya manusia akan selalu saling memakan satu sama lain, bahkan saling membunuh. Karena manusia sangat mampu dan sangat mau melakukan itu, permasalahan klasik manusia akan selalu ada hingga akhirnya mereka menemui akhirnya. Tapi mau bagaimana lagi? Setidaknya kita ubah masalah klasik ini menjadi sesuatu yang tidak membuat manusia mempercepat akhir mereka.

 

 

 

 

Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.



For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini

Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment