Klasik
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam
Isu klasik dunia manusia adalah tentang kesempurnaan. Manusia
selalu mencari sesuatu yang sempurna, dan lebih luar biasanya lagi kesempurnaan
ini hampir semuanya menurut kacamata perseorangan. Jarang sekali manusia
menemukan yang namanya common ground,
sebuah fondasi dimana manusia bisa bersepakat akan sesuatu. Karena jika berkaca
pada teori penciptaan, setiap manusia sebenarnya dilahirkan dengan modal
tertentu, dimana kesemuanya masuk dalam kategori manusia. Tetapi manusia selalu
memiliki hak memilih setelah dia dilahirkan, dan pilihan inilah yang membuat
manusia bisa mencapai posisi, dan kondisi tertentu dalam hidupnya.
Inilah kenapa masalah klasik selalu muncul, perbedaan yang
menjadi akar dari konflik. Sejarah dunia sudah menjadi bukti jelas bagaimana
konflik sebenarnya berawal dari perbedaan idealism antar manusia. Pertentangan antara
Romawi dan Phoenicia disebabkan tidak bisa sepakatnya kedua peradaban ini
tentang siapa yang berhak mengatur dan menghegemoni di Laut Mediterania. Persaingan
berabad-abad antara Persia dan Yunani disebabkan perbedaan filosofi dan
semangat ekspansionisme antar kedua peradaban. Berlanjut pada persaingan antara
Byzantium dengan Persia, dan tentu tidak lupa, 4.000 tahun sejarah China yang
penuh dengan persangan dan pertempuran antar mereka sendiri.
Tetapi inilah yang membuat manusia itu unik. Bisa dibilang
manusia memang hidup dari persaingan ini, dan terbukti, tanpa adanya konflik
antar manusia, sangat tidak mungkin kiranya manusia bergerak dari zaman batu
hingga ke zaman modern. The Bronze Age Collapse menjadi awal munculnya peradaban
besi. Konflik Phoenicia dengan Romawi menjadi titik ukur perkembangan budaya
klasik, mulai dasar-dasar perpolitikan modern, ilmu-ilmu militer dan
perkembangan teknologi perairan. Bahkan tidak dipungkiri lagi, salah satu alasan
kenapa manusia modern bisa hidup dalam kenyamanannya sekarang, salah satunya
disebabkan dalam 2 pertempuran besar dunia banyak teknologi canggih yang
akhirnya ditemukan manusia, dan kebetulan teknologi itu tidak hanya bagus untuk
membunuh orang lain.
Maka sifat klasik manusia ini sebenarnya bukan sesuatu yang
sepenuhnya buruk, karena secara desain manusia akan selalu dibawa pada
persaingan dengan sesamanya. Tetapi mungkin bagaimana kita menyikapinya, harus
semakin diperbaiki. Menghargai nyawa manusia lain menjadi satu langkah yang
bagus, kenapa, karena perbedaan pandang atas nilai nyawa manusia menjadi satu
titik yang membedakan kita dengan binatang. Tindakan genosida tidak perlu
terjadi jika pada akhirnya manusia memahami bahwa satu dengan yang lain
memiliki tugas masing-masing, dan bukan pada keinginan dan hak manusia
penindasan dilakukan. Inilah sudut pandang pertama yang harus dirubah saat
berbicara tentang masalah klasik manusia.
Hal kedua yang bisa dirubah adalah tentang menilai hidup itu
sendiri. Hidup itu sesuatu yang diberikan, berupa anugerah yang sudah
sewajarnya dinikmati, dijalani dengan penuh semangat. Mudah memang dituliskan,
tetapi bukan hal mudah untuk dijalani. Tetapi pada akhirnya hal kedua ini
memang kembali pada masing-masing individu manusia, manusia menentukan
bagaimana mereka menilai hidup itu, setelah mereka menentukan pilihan ini bisa
kita saksikan bagaimana dunia ini berputar. Dunia ini memang memiliki kuasa alamiahnya
sendiri, tetapi pada akhirnya manusia juga turut menentukan mau ke arah mana
dunia ini, apakah penuh darah atau perdamaian, apakah mau berdampingan dengan
alam, dan lain sebagainya.
Apalagi yang bisa dilakukan? Cukup 2 ini saja. Sejatinya manusia
akan selalu saling memakan satu sama lain, bahkan saling membunuh. Karena
manusia sangat mampu dan sangat mau melakukan itu, permasalahan klasik manusia akan
selalu ada hingga akhirnya mereka menemui akhirnya. Tapi mau bagaimana lagi? Setidaknya
kita ubah masalah klasik ini menjadi sesuatu yang tidak membuat manusia
mempercepat akhir mereka.
No comments:
Post a Comment