Sumber Gambar : Koleksi Pribadi Penulis
Awal
Di sebuah
kamar berkumpul sekelompok anak muda. Belum genap menjadi orang dewasa mereka,
masih asyik dengan masa remaja. Mimpi mereka mengangkasa, tapi tidak tahu
bagaimana wujud dunia. Diantara mereka ada yang tengah bermain game, DoTA
sebutannya. Beberapa sedang bercakap-cakap, membicarakan cita dan cinta.
Dia
mengambil sebuah spidol tidak permanen yang tergeletak di sudut kamar. Dia buka
tutup spidol itu dan dia nikmati harum kimia beracun, konon orang-orang banyak
mengawali narkoba dengan interaksi dengan bahan kimia semacam ini. Seekor naga
telah lahir di lantai keramik kamar itu, spidol tidak permanen itu menjalankan
tugasnya dengan baik. Hingga akhirnya salah satu dari anak muda itu berkata
“eh, mimpi kalian apa sih?”
Dengan
tersenyum anak muda ini melakukan tindakan vandalism kepada lantai keramik
tidak berdosa itu. Dalam waktu singkat, telah ditemukan beberapa suku kata yang
dibaca
“Tim
Olimpiade Ekonomi, Tembus OSN Provinsi, S1 Manajemen, S2 Manajemen, Ekonom,
Memperbaiki dunia dengan ekonomi”
“Tahun ini
aku akan tembus tim olimpiade sekolah. Lalu merasakan OSN, dan masuk ke jurusan
manajemen terbaik di perguruan tinggi terbaik” begitu katanya, teman-temannya
tersenyum. Adzan Isya berkumandang, dengan terburu dihapusnya lantai itu,
sebelum pengawas asrama meihat dan meledak-ledak. Terburu-buru mereka
meninggalkan asrama, menyambut seruan dari yang Maha Kuasa.
Jika
ditanya, apa awal manusia menjadi manusia, orang akan menjawab saat mereka
dilahirkan. Tangisan pertama itu seolah menjadi tanda dan acungan 2 jari kepada
malaikat yang meragukan kita dan mengatakan kita merusak dan pembuat onar.
“Screw You! I am Alive and going to life in this world” kira-kira seperti itu.
Tetapi apa yang bisa kita lakukan waktu itu? bahasa verbal yang kita ketahui
baru air mata dan tangisan, tangan ini tidak cukup kuat untuk mengenggam, dan
pikiran ini bahkan tidak cukup jauh untuk mengingat ekspresi dan perasaan yang
terjadi saat kita lahir. Lantas mana pembuat onar sekaligus Khalifah, Wakil
Allah, yang memiliki potensi menjadi mahluk lebih mulia dari malaikat namun
mampu menjadi lebih rendah dari binatang melata?
Bukan,
bukan saat itu, ketika kita lahir kita hanya seonggok daging. Sederhananya
belum bisa melakukan banyak hal, masih serba terbatas. Dunia ini masih jauh
dari pandangan dan genggaman kita. Lantas kapan titik awal kehidupan kita? Saat
kita Aqil Baligh? Ketika orang Aqil Baligh memang dia sudah masuk kepada tahap
mereka yang bisa dibebani. Bisa dibebani dengan beban ibadah, merupakan syarat
awal untuk berkembang biak, dan bahkan disebutkan saat Aqil Baligh saat itulah
dosa dan pahala sudah kita tanggung sendiri. Apakah ini yang merupakan awal
dari para penakluk dan perubah zaman?
Ketika Aqil
Baligh kita hanya berubah, dari manusia yang tidak bisa apa-apa menjadi hamba.
Ya, baru hamba. Konon katanya, ibadahnya hamba hanya dilakukan agar dia tidak
dimarahi tuannya. Kualitas seperti ini bukanlah kualitas pemimpin. Karena
pemimpin itu merdeka, para khalifah itu merdeka, merdeka dalam ketaatan kepada
tuhannya, dia melakukan ibadah bukan karena takut dihukum Tuhannya. Tetapi
karena itu adalah keniscayaan, wujud ketaatan, ketakutan kepada Tuhan tetap
mereka miliki, namun hal itu diwujudkan dalam bentuk lebih agung, semaksimal
mungkin memberikan yang terbaik atas pedoman tuhannya.
Titik
inilah awal seorang manusia bisa memulai perjalanan hidupnya, tidak hanya
terbatas pada beribadah namun lebih dari itu, yaitu peran apa yang akan hamba
itu lakukan? Dunia ini luas, kemudian islam adalah agama yang menyuluruh,
mengurus semua aspek kehidupan manusia. Artinya ada ribuan peran yang bisa
dilakukan manusia, apalagi seorang muslim. Ribuan peran ini tidak serta merta
muncul begitu saja kemudian dilaksanakan manusia, ayat-ayat al-quran berulang
kali menyatakan “jika kamu mau berpikir”. Artinya, manusia memang harus
memikirkan sesuatu, tidak hanya untuk mencari hikmah-hikmah yang Allah sajikan,
namun yang Allah tanamkan dalam diri kita.
Inilah
kenapa titik awal itu terjadi saat manusia akhirnya menemukan apa yang Allah
berikan untuk dirinya. Kemudian, dengan kemampuan penuh, kemampuan itu dia
gunakan dan kembangkan, digunakan untuk kebaikan mahluk yang lain, serta
dikembangkan terus menerus dengan menggali hikmah yang tersebarluas di alam
semesta ini. Titik awal ini terjadi saat manusia memutuskan untuk menemukan
perannya. Kemudian setelah menemukan peran tersebut, dia memberikan segala daya
dan upaya untuk memberikan yang terbaik dengan perannya tersebut.
Inilah
sebuah perbedaan yang membuat manusia itu unik. Menemukan sebuah peran dan
melaksanakan peran tersebut secara serta merta akan memberikan warna baru bagi
individu, dan tentu, bagi lingkungan. Inilah awal manusia menjadi manusia
seutuhnya. Dimana tempat terbaik bagi kita untuk dapat membuka wawasan semacam
ini? di dunia ini ada sebuah tempat dimana orang pandai berkumpul jadi satu
dengan orang berpengalaman, dimana pengetahuan tergeletak bebas bak guguran
daun. Kampus. Tempat ini memberi perspektif sangat luas tentang bagaimana kita
membentuk dan memainkan peran kita, ribuan inspirasi tergeletak disini!
Ada
beberapa orang hebat yang memperoleh titik awal mereka, berniat mengambil peran
mereka setelah menjalani kehidupan keras di jalanan. Ada orang hebat yang
menemukan titik awal mereka dalam perjalanan melintas bumi. Ada orang yang
memulai titik awal mereka setelah mereka bertemu sosok manusia luar biasa.
Namun kamu mungkin sudah berada di kampus, sudah berada di institusi pendidikan
tinggi terbaik, kamu bisa bertemu mereka-mereka yang memiliki pengalaman
jalanan dan pengalaman para petualang dalam kesakralan panggung akademik.
Lantas apa yang kamu tunggu untuk memulai awalmu?
Orang-orang berputus asa tidak peduli dengan lingkungan. Namun hanya butuh rasa tidak syukur untuk membentuk orang-orang gagal, tidak peduli dia berada di lingkungan sebaik apapun.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
No comments:
Post a Comment