Sudut
Pandang Berbeda
Sebuah Opini
Tidak pernah kiranya, semirip apapun manusia mereka
senantiasa bersepakat dalam segala hal. Akan ada beberapa hal yang mereka
pandang berbeda, mereka pandang memiliki kepentingan lebih dari lainnya, mereka
lihat dalam sisi A, menurut pisau analisis B, menurut pandangan tokoh A, dan
lain sebagainya. Inilah wujud dari kasih sayang Tuhan yang maha esa, memberikan
kepada kita kemampuan untuk memilih. Memiliki kemampuan akal, membedakan
manusia dengan ciptaan lainnya karena sederhananya, kemampuan akal dan memilih
inilah yang membawa kemana kita akan berakhir.
Kekuatan pilihan ini harus disyukuri dan dijadikan jalan
untuk hidup. Dimana realitas dunia ini terbentuk dari berbagai pikiran yang
beragam tersebut, dan akan terus seperti itu hingga akhirnya diputuskan waktu
hidup di dunia ini berakhir. Kembali menjadi tanah, menanti masanya
dibangkitkan dan menjalani kehidupan abadi.
Meskipun demikian perlu dipahami bahwa setiap hal senantiasa
memiliki kerangkan berpikir, memiliki batas-batas tertentu dimana hak kita
sebagai seorang individu harus menghornati hak orang lain. Aturan agama,
perundangan, nilai dan norma adalah berbagai wujud dari upaya mengatur hal
tersebut, terlepas dari sebenarnya wujud interpretasi atas hal-hal tersebut
tetap di tangan para manusia. Bagaimana ahli agama memang memiliki kemampuan
untuk menerjemahkan aturan agama, bagaimana para ahli menerjemahkan
undang-undang, dan bagaimana norma dan nilai diwariskan, diajarkan oleh
struktur masyrakat. Pada akhirnya semua hal tersebut juga berada dalam ranah
kemampuan manusia untuk berpikir, untuk memilih.
Tetapi yang utama, dari berbagai hal tersebut tidak ada
satupun yang kemudian memenjara hak berpikir dan memilih manusia. Manusia masih
seperti dulu dengan kemampuan akal yang semakin berkembang dengan bantuan
teknologi informasi. Hasil pikir dan pilihan manusia semakin kaya, bahkan
sampai pada titik ekstrim dimana mereka coba menerjemahkan dunia dalam kacamata
mereka masing-masing. Berbagai gaya hidup, sudut pandang, dan mungkin spesies
baru manusia muncul seiring berkembangnya zaman dan hal itu patut kita
dedikasikan kepada kasih sayang Tuhan tadi. Tentu hal ini akan semakin baik
jika produk pemikiran itu sejalan dan berada dalam koridor nilai nilai etis,
moral-moral agamis yang membumi, serta tidak melanggar hukum.
Tapi kebelakang ada satu wabah dimana beberapa hasil
pemikiran manusia akhirnya digunakan untuk memenjara kemerdakaan berpikir
manusia. Penulis tidak berbicara mengenai agama, karena pada dasarnya agama
adalah pilihan, tiada paksaan. Namun kondisi terkini banyak orang coba
menghambat orang yang ingin menjalankan agamanya dengan taat. Pandangan miring
mulai dari radikal, teroris hingga mungkin pengkhianat sangat umum disematkan
pada mereka yang coba taat, coba melaksanakan tuntunan agamanya, tentu sesuai
dengan kemampuan akal yang Tuhan berikan.
Saya tidak berbicara tentang norma ketimuran yang berhasil
membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa pelopor, membebaskan diri dari
kemerdekaan penjajahan belanda, londo, wong putih, barat. Membawa semangat
kemerdekaan pada bangsa-bangsa di Asia-Afrika. Namun belakangan orang berkata
nilai dan norma itu kolot, ketinggalan zaman. Perlu diperbaharui dengan nilai
kebebasan yang konon membawa kemajuan bagi bangsa barat. Ya meskipun negara
barat suka bunuh diri, dan bangsa timur yang mengikuti mereka juga ikut-ikut
suka bunuh diri. Bunuh orang lain? Tidak perlu dibahas, antar sesame juga
mereka saling bunuh.
Sungguh aneh ketika sesame manusia justru saling membatasi
hak berpikir orang lain, karena pikiran itu merdeka! Namun kenyataannya di
zaman informasi dan digital ini sangat umum jika mereka yang berkuasa merasa
terancam akses informasi lah yang pertama kali mereka putus. Saya tidak
berbicara tentang Indonesia, semua, mereka yang berkuasa, yang berada pada
posisi pimpinan, sangat tidak suka jika ada orang-orang yang merdeka pikirnya
dibawah kekuasaan mereka. Apalagi jika mereka disebut rakyat, bukan oligarki,
bukan pemodal.
Inilah kenapa di zaman seperti ini perlu nya kita kembali
mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan, kemerdekaan pikiran, yang menempel
sejak lahir. Sudah dijamin. Bahkan Tuhan juga menyatakan bahwa di akhir nanti,
kita diukur sendiri-sendiri, pikiran kita, tubuh kita, amal kita. Lucu sekali
jika pikiran ini, yang sudah Tuhan merdekakan, kita relakan untuk diperbudak
orang lain.
Apakah ada kriteria tertentu yang digariskan Tuhan tentang
sesiapa yang merdeka pikirannya? Apakah hanya para akademisi? Para pelajar? Tidak.
Selama anda disebut manusia selama itulah pikiran anda merdeka. Pikiran anda
adalah hak yang telah diberikan Tuhan anda dan hanya kepada-Nya lah kita
menghambakan pikiran kita. Bukan pada sesame manusia, apalagi pada mereka yang
memperoleh kekuasaan karena kita yang memilih mereka, karena kita yang menyuruh
mereka untuk membuat hidup ini lebih baik.
Maka pertahankan kemerdekaan itu, cari sebanyak mungkin
informasi yang membuat pikiran anda kaya. Jangan khawatir menyuarakan pendapat
karena pendapat adalah produk dari pikiran yang merdeka. Jangan tinggalkan buku
karena disanalah tersimpan pengetahuan. Jangan biarkan hanya karena mereka
dipanggil pak pimpinan mereka memiliki hak untuk mendikte pemikiran kita. Tidak
semua orang menjadi pimpinan, tapi pola pikir merdeka adalah syarat mutlak
seorang pemimpin.
Melihat dari sudut pandang berbede memperkaya kehidupan,
lantas kenapa takut menjadi kaya? Sudut pandang berbeda adalah hak segala
manusia, lantas kenapa mengkebiri hak diri sendiri? Sudut pandang berbeda
adalah warna dari era modern ini, lantas kenapa kita memilih hidup sesuai yang
diinginkan mereka, yang bahkan tidak bisa disetarakan dengan Tuhan? Maka lihatlah
sudut pandang berbeda itu, dan merdekalah!.
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini
Tulisan ini Juga sudah Dimuat di Selasar.com, silahkan kunjungi pranala ini untuk berpetualang dalam dunia literasi
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment