Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Monday, September 30, 2019

Sudut Pandang Berbeda






Sudut Pandang Berbeda

Sebuah Opini

Tidak pernah kiranya, semirip apapun manusia mereka senantiasa bersepakat dalam segala hal. Akan ada beberapa hal yang mereka pandang berbeda, mereka pandang memiliki kepentingan lebih dari lainnya, mereka lihat dalam sisi A, menurut pisau analisis B, menurut pandangan tokoh A, dan lain sebagainya. Inilah wujud dari kasih sayang Tuhan yang maha esa, memberikan kepada kita kemampuan untuk memilih. Memiliki kemampuan akal, membedakan manusia dengan ciptaan lainnya karena sederhananya, kemampuan akal dan memilih inilah yang membawa kemana kita akan berakhir.

Kekuatan pilihan ini harus disyukuri dan dijadikan jalan untuk hidup. Dimana realitas dunia ini terbentuk dari berbagai pikiran yang beragam tersebut, dan akan terus seperti itu hingga akhirnya diputuskan waktu hidup di dunia ini berakhir. Kembali menjadi tanah, menanti masanya dibangkitkan dan menjalani kehidupan abadi.

Meskipun demikian perlu dipahami bahwa setiap hal senantiasa memiliki kerangkan berpikir, memiliki batas-batas tertentu dimana hak kita sebagai seorang individu harus menghornati hak orang lain. Aturan agama, perundangan, nilai dan norma adalah berbagai wujud dari upaya mengatur hal tersebut, terlepas dari sebenarnya wujud interpretasi atas hal-hal tersebut tetap di tangan para manusia. Bagaimana ahli agama memang memiliki kemampuan untuk menerjemahkan aturan agama, bagaimana para ahli menerjemahkan undang-undang, dan bagaimana norma dan nilai diwariskan, diajarkan oleh struktur masyrakat. Pada akhirnya semua hal tersebut juga berada dalam ranah kemampuan manusia untuk berpikir, untuk memilih.

Tetapi yang utama, dari berbagai hal tersebut tidak ada satupun yang kemudian memenjara hak berpikir dan memilih manusia. Manusia masih seperti dulu dengan kemampuan akal yang semakin berkembang dengan bantuan teknologi informasi. Hasil pikir dan pilihan manusia semakin kaya, bahkan sampai pada titik ekstrim dimana mereka coba menerjemahkan dunia dalam kacamata mereka masing-masing. Berbagai gaya hidup, sudut pandang, dan mungkin spesies baru manusia muncul seiring berkembangnya zaman dan hal itu patut kita dedikasikan kepada kasih sayang Tuhan tadi. Tentu hal ini akan semakin baik jika produk pemikiran itu sejalan dan berada dalam koridor nilai nilai etis, moral-moral agamis yang membumi, serta tidak melanggar hukum.

Tapi kebelakang ada satu wabah dimana beberapa hasil pemikiran manusia akhirnya digunakan untuk memenjara kemerdakaan berpikir manusia. Penulis tidak berbicara mengenai agama, karena pada dasarnya agama adalah pilihan, tiada paksaan. Namun kondisi terkini banyak orang coba menghambat orang yang ingin menjalankan agamanya dengan taat. Pandangan miring mulai dari radikal, teroris hingga mungkin pengkhianat sangat umum disematkan pada mereka yang coba taat, coba melaksanakan tuntunan agamanya, tentu sesuai dengan kemampuan akal yang Tuhan berikan.

Saya tidak berbicara tentang norma ketimuran yang berhasil membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa pelopor, membebaskan diri dari kemerdekaan penjajahan belanda, londo, wong putih, barat. Membawa semangat kemerdekaan pada bangsa-bangsa di Asia-Afrika. Namun belakangan orang berkata nilai dan norma itu kolot, ketinggalan zaman. Perlu diperbaharui dengan nilai kebebasan yang konon membawa kemajuan bagi bangsa barat. Ya meskipun negara barat suka bunuh diri, dan bangsa timur yang mengikuti mereka juga ikut-ikut suka bunuh diri. Bunuh orang lain? Tidak perlu dibahas, antar sesame juga mereka saling bunuh.

Sungguh aneh ketika sesame manusia justru saling membatasi hak berpikir orang lain, karena pikiran itu merdeka! Namun kenyataannya di zaman informasi dan digital ini sangat umum jika mereka yang berkuasa merasa terancam akses informasi lah yang pertama kali mereka putus. Saya tidak berbicara tentang Indonesia, semua, mereka yang berkuasa, yang berada pada posisi pimpinan, sangat tidak suka jika ada orang-orang yang merdeka pikirnya dibawah kekuasaan mereka. Apalagi jika mereka disebut rakyat, bukan oligarki, bukan pemodal.

Inilah kenapa di zaman seperti ini perlu nya kita kembali mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan, kemerdekaan pikiran, yang menempel sejak lahir. Sudah dijamin. Bahkan Tuhan juga menyatakan bahwa di akhir nanti, kita diukur sendiri-sendiri, pikiran kita, tubuh kita, amal kita. Lucu sekali jika pikiran ini, yang sudah Tuhan merdekakan, kita relakan untuk diperbudak orang lain.

Apakah ada kriteria tertentu yang digariskan Tuhan tentang sesiapa yang merdeka pikirannya? Apakah hanya para akademisi? Para pelajar? Tidak. Selama anda disebut manusia selama itulah pikiran anda merdeka. Pikiran anda adalah hak yang telah diberikan Tuhan anda dan hanya kepada-Nya lah kita menghambakan pikiran kita. Bukan pada sesame manusia, apalagi pada mereka yang memperoleh kekuasaan karena kita yang memilih mereka, karena kita yang menyuruh mereka untuk membuat hidup ini lebih baik.

Maka pertahankan kemerdekaan itu, cari sebanyak mungkin informasi yang membuat pikiran anda kaya. Jangan khawatir menyuarakan pendapat karena pendapat adalah produk dari pikiran yang merdeka. Jangan tinggalkan buku karena disanalah tersimpan pengetahuan. Jangan biarkan hanya karena mereka dipanggil pak pimpinan mereka memiliki hak untuk mendikte pemikiran kita. Tidak semua orang menjadi pimpinan, tapi pola pikir merdeka adalah syarat mutlak seorang pemimpin.
Melihat dari sudut pandang berbede memperkaya kehidupan, lantas kenapa takut menjadi kaya? Sudut pandang berbeda adalah hak segala manusia, lantas kenapa mengkebiri hak diri sendiri? Sudut pandang berbeda adalah warna dari era modern ini, lantas kenapa kita memilih hidup sesuai yang diinginkan mereka, yang bahkan tidak bisa disetarakan dengan Tuhan? Maka lihatlah sudut pandang berbeda itu, dan merdekalah!.


Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.


For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini
Tulisan ini Juga sudah Dimuat di Selasar.com, silahkan kunjungi pranala ini untuk berpetualang dalam dunia literasi

Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 

No comments:

Post a Comment