Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Friday, October 11, 2019

Performance Management



Performance Management

Resume Ch.17 Organizational Development and Change Ed. 9

Introduction
      Intervensi OD yang berfokus pada mengelola performa indvidu dan kelompok
      Manajemen peforma melibatkan goal setting, performance appraisal dan reward system, yang coba menyesuaikan antara perilaku kerja anggota dengan strategi bisnis, keterlibatan karyawan, dan teknologi tempat kerja
      Goal setting : interaksi antara pimpinan dan bawahan dalam mendefinisikan perilaku kerja dan outcome.
      Performance appraisal : mengumpulkan dan mengolah data performa untuk memperbaiki outcome pekerjaan
      Reward system : menumbuhkan dan mendorong perilaku yang diinginkan dan outcome pekerjaan melalui kompensasi dan bentuk penghargaan lainnya
      Secara tradisional, hal ini diterapkan oleh bagian sumber daya manusia dari perusahaan. Karena sederhananya, merekalah yang mempelajari dan dibekali hal tersebut.
      Minat untuk mengintegrasikan manajemen sumber daya manusia dengan pengembangan perusahaan, terus menerus tidak tergerus.
      Pada bagian ini akan diawali dengan penjeleasan model manajemen performa


Model dari Manajemen Performa
      Didefinisikan sebagai sebuah proses terintegrasi dari mendefinisikan, menilai dan memperkuat perilaku kerja karyawan dan outcomenya.
      Pembagian dari masing masing komponen tersebut adalah : goal setting  menspesifikasi performa apa yang diinginkan, penilaian kinerja menilai outcomenya, sedangkan reward system menyediakan sistem pendukung yang memastikan outcome yang diinginkan berlangsung berulang.
      Strategi bisnis mendefinisikan tujuan dan objectives, kebijakan dan hubungan yang diinginkan antara organisasi dan lingkungan nya untuk bersaing secara sukses
      Teknologi di tempat kerja mempengaruhi bagaimana praktik manajemen kinerja harus didasarkan pada individu atau kelompok.
      Tingkat keterlibatan karyawan di dalam sebuah perusahaan harus menegaskan sifat alamian praktik manajemen kinerha

Goal Setting
      Melibatkan manajer dan subordinatnya untuk secara bersama menetapkan dan mengklaifikasi tujuan karyawan.
      Mempengaruhi karyawan lewat beberapa cara diantaranya dengan mempengaruhi apa yang orang pikirkan dan lakukan dengan memfokuskan perilaku mereka pada arah yang menuju tujuan dibanding ke arah lain.
      Dia juga menyegarkan perilaku, memotivasi orang untuk mengutamakan tujuan mereka meraih sebuah tujuan
      Hal ini dilakukan di beberapa perusahaan seperti 3M, Time Warner, Dll.

Karakteristik dari Goal Setting
      Penelitian menyebutkan goal setting bekerja dengan baik pada setelan individu dan kelompok
      Ada 2 proses agar goal setting sukses. 1. menetapkan tujuan yang menantang. 2. mengklarifikasi goal measurement

Menetapkan tujuan yang menantang
      Elemen pertama dari goal setting berfokus kepada penetapan tujuan yang diterima sebagai tantangan namun realistis, dan di dalamnya terdapat level komitmen yang tinggi.
      Elemen kedua adalah memperkaya jumlah keikutsertaan dalam proses menetapkan goal setting
      3 faktor kontekstual. 1. line of sight yang jelas antara strategi bisnis dan tujuan yang diciptakan untuk individu atau kelompok. 2. keterlibatan karyawan lebih efektif jika kebijakan di perusahaan mendukung. 3. semakin kompleks dan interdependen sebuah desain kerja kelompok, semakin tinggi komitmen kelompok jika dilakukan penentuan tujuan melibatkan kelompok.

Mengklarifikasi Goal Measurement
      Tujuan harus didefinisikan secara operasional.
      Negosiasi antara karyawa dan supervisor untuk menentukan sumberdaya apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
      Faktor kontekstual juga memegang peranan penting dalam proses ini. proses klarifikasi ini sulit dilakukan di setelan teknologi tinggi.

Tahap Aplikasi
      Praktisi OD mengembangkan beberapa pendekatan spesifik untuk proses ini. Tahap-tahap tersebut adalah :
      Diagnosis
      Persiapan untuk goal setting
      Setting of goal
      Review

Management by Objectives
      Merupakan bentuk umum dari goal setting yang digunakan dalam organisasi. Caranya : meningkatkan komunikasi dan persepsi antara karyawan dan manajer, entah secara individual atau kelompok dan merekonsiliasi konflik dimanapun dia ada/terjadi.
      Secara sejarah memiliki 2 latar belakang.
      Organizational : Drucker, 8 area kunci. Market standing, innovation, productivity, physical and financial resources, profitability, manager performance and development, worker performance and attitude, and public responsibility
      Developmental : McGregor, sifat alamiah kualitatif dari BO dan penggunaannya untuk pengembangan dan pertumbuhan dari pekerjaan

6 proses dasar MBO
      Pelibatan kelompok kerja
      Joint manager-subordinate goal setting
      Penetapan rencana kerja untuk tujuan-tujuan
      Penetapan kriteria, atau titik penanda, kesuksesan
      Review dan recycle
      Penjagaan dari rekor

Dampak dari Goal Setting dan MBO
      Penelitian dari Pusat Organisasi Efektif di USC menunjukkan hubungan yang kuat antara persepsi dan efektifitas manajemen kinerja , serta tujuan yang secara bersama ditentukan oleh manajer dan pekerja, dan apabila tujuan tersebut terikat dengan strategi
      Goal setting sepertinya memproduksi lebih banyak hasil positif dalam lingkup luas berbagai pekerjaan dan organisasi.
      MBO sendiri hasilnya beragam. Namun MBO yang dilakukan secara semestinya dapat berdampak positif bagi organisasi.

Performance Appraisal (Penilaian Kinerja)
      Adalah sistem umpan balik yang melibatkan evaluasi langsung performa seorang individu atau kelompok kerja oleh supervisor, manajer, atau rekan sejawat.
      Namun sayangnya, banyak bukti menunjukkan bahwa organisasi melakukan proses penilaian kinerja pergawai dengan buruk.


Proses Penilaian Kinerja



      Tabel sebelunya bercerita tentang sistem lama, yang cenderung birokratis dengan sistem baru yang cenderung memiliki level keterlibatan lebih tinggi
      Metode baru cenderung mengembangkan peran penilai tidak hanya manajer saja, tapi juga berbagai penilai. Seperti penilai ahli, rekan kerja, dan laporan langsung dari orang lain yang bersinggungan langsung dengan performa karyawan atau manajer.
      Metode baru juga mengembangkan peran dari penilai. Metode lama umumnya membuat karyawan hanya sebagai penerima feedback semata.
      Namun, alat penilaian kinerja bisanya menjadi sumber masalah karena dinilai sangat subjektif.
      Secara tradisional penilaian kinerja waktunya ditentukan oleh manajer atau tergantung pada kriteria administrative. Pendekatan terbaru menambah frekuensi umpan balik. Terutama umpan balik non formal.

Tahap penerapan
      Memilih orang yang tepat
      Mendiagnosa kondisi saat ini
      Menetapkan tujuan dan objectives dari sistem
      Mendesain sistem penilaian kinerja
      Melakukan eksperimen dengan implementasi
      Menilai dan memantau sistem
      Penilaian kinerja dibuktikan dalam berbagai penilaian meningkatkan performa, disebabkan karena terbukanya pintu-pintu umpan balik

Reward System
      Reward organisasi adalah insentif yang sangat kuat untuk meningkatkan pegawai dan performa kelompok kerja
      Secara tradisional, OD cenderung mengandalkan reward instrinsik seperti job enrichment dan kesempatan untuk mengambil keputusan.
      Namun sekarang praktisi OD sudah mengembangkan fokusnya untuk turut melibatkan reward esktrinsik, seperti pembayaran, berbagai insentif, seperti opsi saham, bonus2, gain sharing dan promosi, serta benefit.
      Banyak praktisi OD mulai terlibat dalam desain dan penerapan dari reward system

Fitur structural dan motivasional dari reward system


Model Ekspektansi Nilai (Value Expectancy Model)
      Menyebutkan bahwa karyawan akan meningkatkan usaha untuk mencapai tujuan kinerja yang mereka percaya akan mengarahkan kepada outcome yang mereka percayai.
      Dari teori ini ada 5 faktor dari reward yang bisa memunculkan perilaku yang diinginkan
      Ketersediaan
      Kesesuaian dengan timeline
      Kontingensi kinerja
      Ketahanan
      Keterlihatan
      Perlu diingat, reward system berfokus pada memunculkan dan merawat level kinerja yang diinginkan

Gaji berdasarkan skill dan pengetahuan
      Sistem penghargaan paling tradisional adalah gaji berdasarkan individu dan pekerjaannya. Kenaikan didasarkan pada cost living adjustment.
      Hal ini memunculkan perilaku orang cenderung enggan meningkatkan kapasitas skill dan pengetahuan,oleh karena itu berbagai organisasi coba merumuskan sistem gaji menurut skill dan pengetahuan seseorang.
      Cara membuatnya
      Menentukan skill yang dibutuhkan
      Menentukan berapa orang yang dibutuhkan
      Menetapkan aturan untuk mengembangkan dan memperoleh skill
      Mengembangkan metode untuk mengukur kepemilikan skill dari anggota

      Sistem penghargaan paling tradisional adalah gaji berdasarkan individu dan pekerjaannya. Kenaikan didasarkan pada cost living adjustment.
      Hal ini memunculkan perilaku orang cenderung enggan meningkatkan kapasitas skill dan pengetahuan,oleh karena itu berbagai organisasi coba merumuskan sistem gaji menurut skill dan pengetahuan seseorang.
      Cara membuatnya
      Menentukan skill yang dibutuhkan
      Menentukan berapa orang yang dibutuhkan
      Menetapkan aturan untuk mengembangkan dan memperoleh skill
      Mengembangkan metode untuk mengukur kepemilikan skill dari anggota

Penggajian Berdasarkan Kinerja
      Organisasi banyak berusaha menghubungkan antara penggajian dengan performa. Tema ini menjadi tema tersubur dalam kajian reward system. Dalam hal ini, rencana penggajian individu berada di posisi tertinggi, disusul rencana gaji kelompok dan organisasi
      Detail di tabel 17.3 menunjukkan kurang lebihnya dari masing-masing rencana pembayaran
      Seperti yang diduga, rencana penggajian grup dan organisasi mendukung kerjasama antar karyawan dibanding dengan rencana penggajian individu.


      Tabel diatas menunjukkan tidak ada satupun rencana penggajian berdasarkan kinerja yang memperoleh nilai tertinggi di semua kriteria, masing masing memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu
      Namun ketika semua kriteria dihitung, yang terbaik adalah rencana bonus kelompok dan organisasi yang didasarkan pada penilaian objektif dari rencana kenaikan gaji kinerja dan individu.

Sistem Gain Sharing
      Membayar pada karyaan sebuah bonus berdasarkan pada peningkatan hasil operasi dari sebuah organisasi
      Mengembangkan sistem ini melibatkan pemilihan dari berbagai elemen desain
      Proses mendesain
      Organizational unit covered
      Formula bonus
      Proses pembagian
      Frekuensi bonus
      Manajemen perubahan
      Sistem partisipatif
      Ada 3 rencana populer yaitu Scanlon, Rucker dan Improsahre, namun paling populer adalah Scanlon. Dimana bonus diukur berdasarkan rasio volume total penjualan dengan total biaya gaji

Kemunculan Goal Sharing System
      Sama seperti gain sharing, namun goal sharing tidak didasarkan alat pengukuran kinerja yang historis dan secara umum dipahami dengan baik
      Namun dia menggunakan tujuan stratejik sebagai standar utama kineja
      Goal dan gain sharing, keduanya mengikat karyawan dengan tujuan perusahaan

Sistem Promosi
      Biasanya dilakukan secara top-down dengan sifat tertutup/rahasia.
      Namun kebelakang organisasi berusaha untuk mengurangi kerahasiaan yang melingkupi promosi dan perubahan pekerjaan dengan secara terbuka menyampaikan ketersediaan pekerjaan baru dan mengundang orang untuk menominasi diri mereka sendiri
      Akurasi dan kesetaraan dari promosi ini juga semakin ditingkatkan dengan dia melibatkan rekan sejawat dan bawahan dalam proses pengambilan keputusan

Masalah-masalah dalam Reward System
      Hal seperti siapa yang mendesain dan mengatur reward system dan komunikasi semacam apa yang harus diadakan untuk menghargai reward system mempengaruhi persepsi karyawan langsung
      Sistem top-down yang umum dilakukan tidak bisa memastikan karyawan akan paham dan percaya, dan lebih sering tidak, menghasilkan sebuah sistem yang tidak merubah performa
      Komunikasi tentang reward system memliki dampak sangat kuat kepada persepsi atas kesetaraan pembayaran dan motivasi
      Kerahasiaan dapat mengurangi motivasi, namun beruntung organisasi banyak yang mulai terbuka tentang hal ini




Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.


For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini


Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 

No comments:

Post a Comment