Sumber : Repository AliExpress
Mao Zedong Great Leap : Burung Sawah dan Kelaparan
Setelah sekian
bulan menjalani hidup sebagai karyawan dan mahasiswa pascasarjana, kejenuhan
itu mulai datang karena selepas dari kantor, kepala saya hanya berpikir untuk
dapat istirahat. Namun terimakasih karena koneksi internet dan telepon pintar
saya, banyak waktu akhirnya habis untuk melihat youtube dan lain-lain dari
dunia maya. Saya tidak tahu sudah sampai separah apa kecanduan saya namun
karena hal tersebut produktifitas saya menurun drastic dan saya cenderung
stagnan dalam menjalani hari-hari saya. Jangankan buku non perkuliahan, buku
kuliah saya buka dan saya baca hanya ketika mengerjakan tugas.
Kejenuhan hidup
karena gadget akhirnya membawa saya me review masa lalu saya ketika internet
saya hanya terbatas pada paket data, modem dan wifi gratis. Saya betul-betul
tidak bisa stay lebih dari 2 jam dengan youtube dan akhirnya memiliki waktu
untuk melakukan hal lain seperti membaca dan membuat tulisan. Sungguh waktu itu
sangat nyaman dan terasa bermanfaat karena ada pekerjaan bermanfaat lain selain
bermalas-malasan dan menikmati “hiburan”. Keputusan untuk menulis malam hari
ini saya lakukan untuk coba menguji seberapa tahan saya hidup tanpa youtube dan
“hiburan” tersebut, dan jujur otak dan tangan saya mulai gemetar, ingin menonton
kembali layar telepon pintar saya.
Perkenalkan
nama saya Muhammad Abdullah Azzam dan saya coba kembali ke dunia tulis menulis.
Youtube memberimu ilmu dan manfaat? Ya dan tidak, dan saya akan coba tunjukkan
lewat tulisan ini betapa bahayanya jika kita belajar hanya lewat internet. Saya
coba mengesampingkan pengetahuan saya tentang Mao Zedong dari buku-buku sejarah
yang pernah saya baca dan berfokus pada cerita, divisualisasikan secara apik
oleh youtuber sejarah (meskipun channelnya minor bila dibandingkan dengan channel
toxic seperti #rico #im) Unknown Five. Jika pembaca memiliki kemampuan
berbahasa inggris cukup, silahkan kunjungi channel tersebut, dan ya, meskipun
konten tersebut luar biasa dan sedikit banyak akurat, namun akan saya tunjukkan
bahwa hal tersebut, jika tidak dibarengi dengan membaca buku akan sia-sia, dan
tentu, mudah lupa.
Akan ada
banyak ketidaksesuaian dan cacat informasi dalam tulisan ini, jadi harap
dimaklumi.
Mao, atau
lebih dikenal sebagai Chairman Mao di kalangan masyarakat China, adalah
presiden China daratan, orang penting di Partai Komunis China dan sosok manusia
dengan visi besar. Dia ingin menjadikan China sebagai pemimpin dunia dalam
waktu sesingkat-singkatnya. Memfokuskan pada industry baja, pertanian dan industry
yang saya lupa namanya, Mao menggerakkan semua infrastruktur negara untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, tentu dengan berbagai macam cara. Eskplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam, program pertanian kolektif, dan lain sebagainya
dilaksanakan serempak dan kontinyu untuk dapat mengejar cita-cita tersebut,
oya, dunia mengenal cita-cita Mao sebagai “The Great Leap”.
Dalam proses
Great Leap tersebut, ada sebuah kebijakan menarik berkaitan dengan dunia
pertanian China. Mao ingin rakyatnya panen dengan cukup dan makan kenyang
sehingga cukup kuat untuk menggenjot sisi industrial China pada waktu itu, dan
tentu, dalam setiap lumbung selalu ada mahluk hidup, mencari makan dan hidup
dari situ. Mao memandang mahluk selain manusia memakan hasil produksi pertanian
adalah sebuah kerugian, maka dibuatlah aturan, 3 mahluk hidup ini tidak boleh
ada di sawah. Ketiga mahluk ini adalah tikus, burung sawah, dan satu mahluk
lain, saya lupa apa.
Dengan sistem
negara sosialis pada waktu itu, perintah ini bersifat mutlak dan tentu, sudah
menjadi fitrah manusia untuk suka melihat mahluk lain menderita. Digelarlah usaha
besar-besaran, baik perburuan maupun perangkap guna mengenyahkan ketiga mahluk
ini dari ladang. Orang bangga memamerkan rentengan tikus, burung-burung sawah
hasil buruan mereka, merasa membantu tercapainya cita cita “The Great Leap”. Harapan
hasil pertanian melimpah, perut kenyang, dan kebahagiaan karena keberhasilan
visi pemimpin ini membawa para petani China melebihi kapasitasnya. Hingga pada
titik, salah satu dari 3 mahluk hidup ini, burung sawah entah spesies apa,
musnah dari lahan pertanian China.
Satu kesalahan
Mao dalam hal ini, dia dan tim pengelola pemerintahan sepertinya tidak
memperhatikan bagaimana rantai makanan berlaku. Bagaimanapun, bangsa burung
adalah musuh serangga, burung secara gamblang tidak peduli apapun jenisnya,
akan memakan serangga sebagai bagian diet mereka. Betul burung-burung ini akan
hinggap di tanaman ladang dan memakan biji atau apapun itu, namun kehadiran
mereka membantu pengendalian spesies serangga di ladang tersebut, dan dengan
musnahnya spesies burung tersebut, kita semua tahu analogi jika satpam tidur
maling bersuka cita.
Serangga dalam
kasus ini para belalang, merdeka jaya ketika para burung predator ini musnah. Saya
menjadi saksi, menyaksikan bagaimana belalang beranak pinak. Sekali beranak
entah berapa ratus limfa menetas, dan sumpah, satu batang tanaman perdu diisi
seratusan anak belalang ini dan sejak kanak-kanak dedaunan sudah mereka babat
habis. Dalam kasus di China ini, kita tidak berbicara tentang belalang bayi
ini, kita berbicara, belalang ini sama sekali tidak terganggu siklus
produksinya. Ketika dia lahir, bisa dipastikan limfa itu dapat tumbuh besar,
dan saat bersamaan mereka beranjak dewasa, bom! Bencana.
Koloni belalang
ini dengan cepat menjarah ladang-ladang para petani china, tanpa bisa
terbendung. Betul ada insektisida dan lain-lain, namun sederhana, jumlah para
belalang ini terlalu banyak. Jika ladang disemprot iya, namun setahu saya
belalang bisa hidup di padang rumput ataupun hutan, dan tahu sama tahu, padang
rumput bukan bentang alam yang asing di China daratan. Singkat cerita, semua
tanaman di ladang habis oleh belalang, mereka tidak hanya memakan biji bijian,
mereka memakan semuanya. Panen gagal, lumbung kosong melompong dan cita-cita
untuk bisa hidup nyaman dan memenuhi cita-cita The Great Leap (nyaris) pupus, bahkan
jutaan meninggal karena kelaparan dan efek samping dari kelaparang.
Sebelum saya
lanjutkan, harap pembaca juga melengkapi informasi ini dengan sumber lain,
seperti buku sejarah umum atau apapun itu, karena saya benar-benar hanya
menggunakan video dari channel youtube. Bahkan saat sata menulis ini, saya
tidak melihat ulang tayangan tersebut! jadi ya, inilah kualitas pengetahuan
dari hanya belajar dari youtube saja! Get up! Jangan hanya internetan melulu. Oya,
selanjutnya saya akan membuat kode-kode, tentu tetap erat dengan bahaya hidup
internet minded, tetapi disini saya akan coba bawa, bahaya dari sebuah gagasan,
apaplagi jika gagasan tersebut hanya “gagasan”.
Saya tidak
akan membuat etnik tertentu merasa tersinggung, ditambah lagi saya tidak mau
membuat marah Badan Intelejen Partai Komunis China, namun itu adalah fakta
sejarah kelam, banyak hikmah bisa diambil dari situ. Kesalahan dalam membuat
keputusan memang fatal dan dari cerita diatas, hanya salah memilih “hewan”
untuk dimusnahkan, bisa berakibat cita-cita The Great Leap terancam bahkan
terhenti, karena orang sibuk saling bunuh untuk mencari makanan. Gagasan The
Great Leap, saya yakin dirumuskan oleh para jenius dan politisi terbaik China
dibawah kepemimpinan Chairman Mao, namun disini, sebagai manusia kita tidak
bisa menggaransi siapapun luput dari kesalahan.
Dan cerita
ini menjadi bukti nyata bahwa gagasan atas sesuatu tidak selamanya bisa
berjalan lancar. Maksudku, gagasan The Great Leap itu sangat jelas, sektor mana
yang ingin dibangun sudah dijelaskan rigid dan China memiliki sumber dayanya! Hampir
kurang lebih 900juta orang sudah hidup di China waktu itu, namun karena sebuah
kesalahan 25 juta orang harus kehilangan nyawanya. Namun sejarah bercerita
bahwa kesalahan bisa diperbaiki, dan masih eksisnya partai komunis China hingga
hari ini, meskipun ya mereka menggunakan pendekatan berbeda dibanding Chairman
Mao pada waktu itu, menjadi bukti bahwa The Great Leap, masih memberikan
pengaruh baik pada China dan rakyatnya.
Sekarang,
bayangkan anda sedang berselancar di Internet, bertemu dengan segerombolan
orang yang entah kenapa memilih warna seperti Partai Komunis China, tiba-tiba
berteriak tentang menjadikan Indonesia Kekuatan Kelima di Dunia. Gagasan-gagasan
itu riuh rendah dibarengi klaim mereka terlalau jenius untuk berada pada instrument
sosial politik di Indonesia, disertai dengan hujatan pada golongan tertentu,
dan usaha-usaha ketebelece tidak jelas untuk entah apa tujuannya. Lalu ketika
anda bertanya, “ini mau kemana?” jawaban kontradiktif, tidak jelas, dan tentu
tidak ada hubungannya dengan “menjadikan Indonesia kekuatan kelima dunia”
disajikan, bahkan mau memperbaiki bagian mana dari Indonesia pun jawaban satu
dengan yang lain berbeda. Namun jelas ada satu jawaban pasti ya, istri saya 3
dirumah harus makan.
Oke,
begini, menjadikan Indonesia kekuatan kelima di dunia bukan konsep yang jelas,
maksudku, negara kuat seperti China, bahkan India sekalipun, saya yakin tidak
pernah mau menyebut dirinya kalah dengan negara lain. Mana mau Rakyat India
dengan rendah diri berkata “iya, kami masih menjadi kekuatan ke empat, dibawah
USA, China dan Russia” tidak mungkin! Bahkan para founding fathers negara ingusan
Indonesia, ketika baru merdeka sudah memfatwakan bahwa “Kami menolak segala
bentuk penjajahan!” bayangkan! Baru merdeka sudah teriak-teriak seperti itu,
kurang hebat apa coba bapak-bapak bangsa Indonesia ini. Lalu sekarang? Yang katanya
orang cerdas Indonesia modern, kuliah di luar negeri, dengan bangga berkata “iya,
Indonesia cukuplah jadi kekuatan kelima dunia”. Anda boleh berkata kalau kelima
kekuatan ini setara, namun mana mungkin kesetaraan itu ada karena masing-masing
kekuatan dunia saat ini berlomba menjadi yang terbaik, DISEMUA LINI!.
Kalau gerakan
ini, ingin menjadi lembaga survey atau NGO, silahkan mengatakan seperti ini,
namun tidak, tidak. Timnas Indonesia kalah saja, belum jelas gagal-tidak lolos
fase grup kita sudah marah-marah, hla ini orang-orang dengan tenang dan bangga
berkata “ngga papa kita kelima saja”. Lucu!
Kesimpulannya,
Seorang Mao, dengan kekuatan mutlak di negara China waktu itu, visi besarnya memiliki
sebuah cacat saja, dia menanggung beban tidak sedikit. Sekarang, jika di media
sosial anda bertemu orang, berteriak teriak tentang visi bagi negara anda, yang
mana visi itu buram, dibarengi dengan tindakan kontradiktif dari visi tersebut,
apakah anda rela dipimpin manusia seperti itu? secara logis, tidak, eman! Bahkan
visi yang ditawarkan pun tidak bagus-bagus amat, masih kalah dengan orang
kampung di Amerika sana. Tapi ya bodohlah! Suka-suka mereka, karena sepertinya
yang penting 3 Istri Saya di Rumah Kenyang!.
Jangan kebanyakan
nonton youtube. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment