Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Sunday, November 18, 2018

Mao Zedong Great Leap : Burung Sawah dan Kelaparan


Sumber : Repository AliExpress

Mao Zedong Great Leap : Burung Sawah dan Kelaparan

Setelah sekian bulan menjalani hidup sebagai karyawan dan mahasiswa pascasarjana, kejenuhan itu mulai datang karena selepas dari kantor, kepala saya hanya berpikir untuk dapat istirahat. Namun terimakasih karena koneksi internet dan telepon pintar saya, banyak waktu akhirnya habis untuk melihat youtube dan lain-lain dari dunia maya. Saya tidak tahu sudah sampai separah apa kecanduan saya namun karena hal tersebut produktifitas saya menurun drastic dan saya cenderung stagnan dalam menjalani hari-hari saya. Jangankan buku non perkuliahan, buku kuliah saya buka dan saya baca hanya ketika mengerjakan tugas.

Kejenuhan hidup karena gadget akhirnya membawa saya me review masa lalu saya ketika internet saya hanya terbatas pada paket data, modem dan wifi gratis. Saya betul-betul tidak bisa stay lebih dari 2 jam dengan youtube dan akhirnya memiliki waktu untuk melakukan hal lain seperti membaca dan membuat tulisan. Sungguh waktu itu sangat nyaman dan terasa bermanfaat karena ada pekerjaan bermanfaat lain selain bermalas-malasan dan menikmati “hiburan”. Keputusan untuk menulis malam hari ini saya lakukan untuk coba menguji seberapa tahan saya hidup tanpa youtube dan “hiburan” tersebut, dan jujur otak dan tangan saya mulai gemetar, ingin menonton kembali layar telepon pintar saya.

Perkenalkan nama saya Muhammad Abdullah Azzam dan saya coba kembali ke dunia tulis menulis. Youtube memberimu ilmu dan manfaat? Ya dan tidak, dan saya akan coba tunjukkan lewat tulisan ini betapa bahayanya jika kita belajar hanya lewat internet. Saya coba mengesampingkan pengetahuan saya tentang Mao Zedong dari buku-buku sejarah yang pernah saya baca dan berfokus pada cerita, divisualisasikan secara apik oleh youtuber sejarah (meskipun channelnya minor bila dibandingkan dengan channel toxic seperti #rico #im) Unknown Five. Jika pembaca memiliki kemampuan berbahasa inggris cukup, silahkan kunjungi channel tersebut, dan ya, meskipun konten tersebut luar biasa dan sedikit banyak akurat, namun akan saya tunjukkan bahwa hal tersebut, jika tidak dibarengi dengan membaca buku akan sia-sia, dan tentu, mudah lupa.

Akan ada banyak ketidaksesuaian dan cacat informasi dalam tulisan ini, jadi harap dimaklumi.

Mao, atau lebih dikenal sebagai Chairman Mao di kalangan masyarakat China, adalah presiden China daratan, orang penting di Partai Komunis China dan sosok manusia dengan visi besar. Dia ingin menjadikan China sebagai pemimpin dunia dalam waktu sesingkat-singkatnya. Memfokuskan pada industry baja, pertanian dan industry yang saya lupa namanya, Mao menggerakkan semua infrastruktur negara untuk dapat mencapai tujuan tersebut, tentu dengan berbagai macam cara. Eskplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, program pertanian kolektif, dan lain sebagainya dilaksanakan serempak dan kontinyu untuk dapat mengejar cita-cita tersebut, oya, dunia mengenal cita-cita Mao sebagai “The Great Leap”.

Dalam proses Great Leap tersebut, ada sebuah kebijakan menarik berkaitan dengan dunia pertanian China. Mao ingin rakyatnya panen dengan cukup dan makan kenyang sehingga cukup kuat untuk menggenjot sisi industrial China pada waktu itu, dan tentu, dalam setiap lumbung selalu ada mahluk hidup, mencari makan dan hidup dari situ. Mao memandang mahluk selain manusia memakan hasil produksi pertanian adalah sebuah kerugian, maka dibuatlah aturan, 3 mahluk hidup ini tidak boleh ada di sawah. Ketiga mahluk ini adalah tikus, burung sawah, dan satu mahluk lain, saya lupa apa.

Dengan sistem negara sosialis pada waktu itu, perintah ini bersifat mutlak dan tentu, sudah menjadi fitrah manusia untuk suka melihat mahluk lain menderita. Digelarlah usaha besar-besaran, baik perburuan maupun perangkap guna mengenyahkan ketiga mahluk ini dari ladang. Orang bangga memamerkan rentengan tikus, burung-burung sawah hasil buruan mereka, merasa membantu tercapainya cita cita “The Great Leap”. Harapan hasil pertanian melimpah, perut kenyang, dan kebahagiaan karena keberhasilan visi pemimpin ini membawa para petani China melebihi kapasitasnya. Hingga pada titik, salah satu dari 3 mahluk hidup ini, burung sawah entah spesies apa, musnah dari lahan pertanian China.

Satu kesalahan Mao dalam hal ini, dia dan tim pengelola pemerintahan sepertinya tidak memperhatikan bagaimana rantai makanan berlaku. Bagaimanapun, bangsa burung adalah musuh serangga, burung secara gamblang tidak peduli apapun jenisnya, akan memakan serangga sebagai bagian diet mereka. Betul burung-burung ini akan hinggap di tanaman ladang dan memakan biji atau apapun itu, namun kehadiran mereka membantu pengendalian spesies serangga di ladang tersebut, dan dengan musnahnya spesies burung tersebut, kita semua tahu analogi jika satpam tidur maling bersuka cita.

Serangga dalam kasus ini para belalang, merdeka jaya ketika para burung predator ini musnah. Saya menjadi saksi, menyaksikan bagaimana belalang beranak pinak. Sekali beranak entah berapa ratus limfa menetas, dan sumpah, satu batang tanaman perdu diisi seratusan anak belalang ini dan sejak kanak-kanak dedaunan sudah mereka babat habis. Dalam kasus di China ini, kita tidak berbicara tentang belalang bayi ini, kita berbicara, belalang ini sama sekali tidak terganggu siklus produksinya. Ketika dia lahir, bisa dipastikan limfa itu dapat tumbuh besar, dan saat bersamaan mereka beranjak dewasa, bom! Bencana.

Koloni belalang ini dengan cepat menjarah ladang-ladang para petani china, tanpa bisa terbendung. Betul ada insektisida dan lain-lain, namun sederhana, jumlah para belalang ini terlalu banyak. Jika ladang disemprot iya, namun setahu saya belalang bisa hidup di padang rumput ataupun hutan, dan tahu sama tahu, padang rumput bukan bentang alam yang asing di China daratan. Singkat cerita, semua tanaman di ladang habis oleh belalang, mereka tidak hanya memakan biji bijian, mereka memakan semuanya. Panen gagal, lumbung kosong melompong dan cita-cita untuk bisa hidup nyaman dan memenuhi cita-cita The Great Leap (nyaris) pupus, bahkan jutaan meninggal karena kelaparan dan efek samping dari kelaparang.

Sebelum saya lanjutkan, harap pembaca juga melengkapi informasi ini dengan sumber lain, seperti buku sejarah umum atau apapun itu, karena saya benar-benar hanya menggunakan video dari channel youtube. Bahkan saat sata menulis ini, saya tidak melihat ulang tayangan tersebut! jadi ya, inilah kualitas pengetahuan dari hanya belajar dari youtube saja! Get up! Jangan hanya internetan melulu. Oya, selanjutnya saya akan membuat kode-kode, tentu tetap erat dengan bahaya hidup internet minded, tetapi disini saya akan coba bawa, bahaya dari sebuah gagasan, apaplagi jika gagasan tersebut hanya “gagasan”.

Saya tidak akan membuat etnik tertentu merasa tersinggung, ditambah lagi saya tidak mau membuat marah Badan Intelejen Partai Komunis China, namun itu adalah fakta sejarah kelam, banyak hikmah bisa diambil dari situ. Kesalahan dalam membuat keputusan memang fatal dan dari cerita diatas, hanya salah memilih “hewan” untuk dimusnahkan, bisa berakibat cita-cita The Great Leap terancam bahkan terhenti, karena orang sibuk saling bunuh untuk mencari makanan. Gagasan The Great Leap, saya yakin dirumuskan oleh para jenius dan politisi terbaik China dibawah kepemimpinan Chairman Mao, namun disini, sebagai manusia kita tidak bisa menggaransi siapapun luput dari kesalahan.

Dan cerita ini menjadi bukti nyata bahwa gagasan atas sesuatu tidak selamanya bisa berjalan lancar. Maksudku, gagasan The Great Leap itu sangat jelas, sektor mana yang ingin dibangun sudah dijelaskan rigid dan China memiliki sumber dayanya! Hampir kurang lebih 900juta orang sudah hidup di China waktu itu, namun karena sebuah kesalahan 25 juta orang harus kehilangan nyawanya. Namun sejarah bercerita bahwa kesalahan bisa diperbaiki, dan masih eksisnya partai komunis China hingga hari ini, meskipun ya mereka menggunakan pendekatan berbeda dibanding Chairman Mao pada waktu itu, menjadi bukti bahwa The Great Leap, masih memberikan pengaruh baik pada China dan rakyatnya.

Sekarang, bayangkan anda sedang berselancar di Internet, bertemu dengan segerombolan orang yang entah kenapa memilih warna seperti Partai Komunis China, tiba-tiba berteriak tentang menjadikan Indonesia Kekuatan Kelima di Dunia. Gagasan-gagasan itu riuh rendah dibarengi klaim mereka terlalau jenius untuk berada pada instrument sosial politik di Indonesia, disertai dengan hujatan pada golongan tertentu, dan usaha-usaha ketebelece tidak jelas untuk entah apa tujuannya. Lalu ketika anda bertanya, “ini mau kemana?” jawaban kontradiktif, tidak jelas, dan tentu tidak ada hubungannya dengan “menjadikan Indonesia kekuatan kelima dunia” disajikan, bahkan mau memperbaiki bagian mana dari Indonesia pun jawaban satu dengan yang lain berbeda. Namun jelas ada satu jawaban pasti ya, istri saya 3 dirumah harus makan.

Oke, begini, menjadikan Indonesia kekuatan kelima di dunia bukan konsep yang jelas, maksudku, negara kuat seperti China, bahkan India sekalipun, saya yakin tidak pernah mau menyebut dirinya kalah dengan negara lain. Mana mau Rakyat India dengan rendah diri berkata “iya, kami masih menjadi kekuatan ke empat, dibawah USA, China dan Russia” tidak mungkin! Bahkan para founding fathers negara ingusan Indonesia, ketika baru merdeka sudah memfatwakan bahwa “Kami menolak segala bentuk penjajahan!” bayangkan! Baru merdeka sudah teriak-teriak seperti itu, kurang hebat apa coba bapak-bapak bangsa Indonesia ini. Lalu sekarang? Yang katanya orang cerdas Indonesia modern, kuliah di luar negeri, dengan bangga berkata “iya, Indonesia cukuplah jadi kekuatan kelima dunia”. Anda boleh berkata kalau kelima kekuatan ini setara, namun mana mungkin kesetaraan itu ada karena masing-masing kekuatan dunia saat ini berlomba menjadi yang terbaik, DISEMUA LINI!.

Kalau gerakan ini, ingin menjadi lembaga survey atau NGO, silahkan mengatakan seperti ini, namun tidak, tidak. Timnas Indonesia kalah saja, belum jelas gagal-tidak lolos fase grup kita sudah marah-marah, hla ini orang-orang dengan tenang dan bangga berkata “ngga papa kita kelima saja”. Lucu!

Kesimpulannya, Seorang Mao, dengan kekuatan mutlak di negara China waktu itu, visi besarnya memiliki sebuah cacat saja, dia menanggung beban tidak sedikit. Sekarang, jika di media sosial anda bertemu orang, berteriak teriak tentang visi bagi negara anda, yang mana visi itu buram, dibarengi dengan tindakan kontradiktif dari visi tersebut, apakah anda rela dipimpin manusia seperti itu? secara logis, tidak, eman! Bahkan visi yang ditawarkan pun tidak bagus-bagus amat, masih kalah dengan orang kampung di Amerika sana. Tapi ya bodohlah! Suka-suka mereka, karena sepertinya yang penting 3 Istri Saya di Rumah Kenyang!.

Jangan kebanyakan nonton youtube. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment