Energy of Asia
Kalimat
diatas jika penulis tidak salah adalah jargon, atau mungkin tema Asian games
2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang. Penulis kurang paham
maksudnya, tapi setelah melihat iklan di y*utube, sedikit banyak wawasan
penulis terbuka. Ya kurang lebih, Indonesia dan bangsanya adalah sesuatu,
dengan potensi dan kekuatan untuk menggerakkan asia dan bangsa-bangsa di
dalamnya, tentu diiringi latar unjuk kebolehan para atlit. ‘Ala kulli haal,
tema besar Asian games ini patut bersama diapresiasi, karena jika betul-betul
terlaksana, negeri ini sudah cukup maju untuk mampu turut membangu negara dan
bangsa lain. Untuk lagu meraih bintang Via valen, penulis tidak akan
berkomentar, silahkan warganet menyampaikan pandangannya.
Visi besar
menjadi penggerak asia yang didengungkan dalam event Asian games, sekali lagi
merupakan hal positif, namun, jika melihat potret bagaimana bangsa ini
‘menggerakkan’ dirinya, sebuah anomaly mungkin, tepat untuk menggambar kondisi
riil dengan visi besar tadi. Dari aspek energy saja, negeri kaya ini susah
untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Tentu, bahasan disini berlaku untuk
bagaimana perkapita mampu untuk memenuhi kebutuhan energy masing-masing, tidak
berlaku bagi individu yang gaji dan asetnya cukup untuk membeli sebuah pulau
pribadi. Ya meskipun sekali lagi, jika harga bahan bakar naik produk-produk
bikinan taipan-taipan itu juga naik sih.
Mana
mungkin di zaman sekarang kita berbicara distribusi barang menggunakan tenaga
hewan? Proses industrialisasi telah membawa dunia bisnis yang digerakkan oleh
mesin, artinya, dibutuhkan lagi energy untuk menggerakkan mesin-mesin tersebut.
Bukan hanya itu, cakupan pengaruh mesin tidak berhenti pada kehidupan bisnis
saja, bahkan pada kehidupan sehari-hari yang tidak ada hubungannya dengan
bisnis. Instagram, whatsapp, dan twitter semuanya membutuhkan energy, semuanya
perlu di charge minimal sekali sehari. Hampir tidak mungkin, kenaikan harga
untuk sumber energy itu, tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat,
karena semua lapisan masyarakat hampir bisa dipastikan membutuhkan akses kepada
sumber energy tersebut untuk kelangsungan hidup mereka.
Peran vital
energy terhadap kehidupan seharusnya dibarengi dengan kemudahan akses
masyarakat untuk memperolehnya. Konon pemerintah Indonesia mencanangkan
berbagai program untuk mampu memenuhi dan memberikan akses atas kebutuhan
energy masyarakat. Sebut saja program swastanisasi listrik, pemberian opsi
bahan bakar murah non subsidi, hingga penambahan akses untk transportasi air
menjadi opsi yang ditawarkan pemerintah dan berhasil mencuri simpati pada
pemilihan presiden terakhir. Luar biasa bukan? Memang tidak berlebihan jika
dikatakan pemerintah saat ini sedang bekerja keras untuk memajukan bangsa ini,
tentu, dengan hasil kerja kauntitaif yang diakumulasi atas dasar perkapita.
Siapa yang
tidak mau kemudahan dalam memasang listrik? Lihat saja, listrik dipasang
gratis! Anda tidak perlu membayar apa-apa untuk itu. Selama anda seorang jomblo
dengan kebutuhan laptop, wifi dan handphone biaya listrik sebelas-dua belas
dengan kacang goreng kemasan, populasi jomblo harus bangga! Karena pemerintah
snagat memperhatikan anda. Tetapi anda harus tetap jomblo untuk hidup enak,
kenapa? Kalau kebutuhan sudah bertambah dengan adanya kulkas, mesin cuci dan
setrika, akan tiba masa gaji bulanan anda yang biasanya cukup untuk membayar
kebutuhan listrik, dalam satu malam menjadi tidak cukup karena anda termasuk
golongan 900 keatas, non subsidi.
Kemudian
bahan bakar alternative, kurang apa coba? Konon katanya bahan bakar mesin ini
adalah pendamping dan alternative bagi bahan bakar cupu perusak mesin dengan
ron 88. Dengan menambah sekian ribu anda bisa memperoleh bahan bakar ron 90
yang lebih jauh, lebih bersih, lebih hijau. Silahkan cari disemua spbu, bahan
bakar ini sudah tersedia! bahkan dari 4 konter spbu, 3 diantaranya sudah
memiliki bahan bakar alternative ini. Jika anda tidak mau memakainya? Gampang,
ada konter lain yang menawarkan bahan bakar elit dengan ron 92 dan 98! Kurang
apa coba? Buat apa beli bahan bakar cupu dengan ron 88 yang merusak mesin jika
anda bisa membeli bahan bakar alternative dan derivasi diatasnya ini? Tapi maaf
ya, semua itu tidak dicover subsidi. Apa dampak jika sebuah komoditas tidak
dicover subsidi? Silahkan jawab sendiri.
Saya sangat
mengapresiasi kerja pemerintah dengan visi besar menjadi penggerak asia-nya.
Berkat berbagai kebijakan terkait energy terutama listrik dan bahan bakar,
penulis jadi lebih bijak dalam menggunakan keduanya. Untuk listrik penulis
tidak lagi sudi menyalakan lampu di siang bolong terutama di kos-kos an,
sedangkan untuk bahan bakar alhamdulillah mesin motor penulis rapih terawat
berkat ron 92 dan 95, mulus luar biasa. Meskipun menu makan menjelang waktu
bayar pulsa dan isi ulang bensin harus berganti, tetapi tidak apa-apa. Kalau
memang sudah tidak bisa bayar untuk memenuhi keduanya? Tidak masalah, bapak dan
ibu menteri punya solusi brillian dengan mencabut meteran listrik atau membuat
motor tenaga air putih, keren bukan?
Energy of
asia adalah cita-cita besar bangsa ini dengan segala macam dinamika didalamnya,
bahkan kalau dilihat dari iklan you*ube tadi, kekuatan penggerak utama adalah
orang-orangnya. Tentu, bagaimana mungkin motor tenaga air putih bisa dibuat
kecuali oleh orang-orang berpendidikan nan sehat? Maka dari itu berbagai
terobosan juga dilakukan agar rakyat Indonesia pantas menyebut dirinya sebagai
energy dari benua asia. Lupakan beras kiloan! Dan juga mi instan, ada beras
sachet yang harganya sama dengan mi instan. Negeri ini penghasil daging
terbesar! Jangan lupakan protein karena dia mudah didapat, silahkan cari
setelah hujan di kebun-kebun anda, akan ditemukan sumber daging berupa bekicot
yang gizinya mengalahkan daging sapi atau ayam. Bangsa berpendidikan itu
memerlukan akses informasi, jangan gunakan facebook atau telegram, dua ini
dikuasi oleh teroris! ini ada tiktok! Aplikasi kreatif yang membuat jogedan
anda bisa bernilai meet-and-greet rp. 300.000 dengan para fans. Luar biasa
bukan? Sudah gizi cukup, protein hewani tersedia, terdidik pula.
Untuk itulah
sebuah kebanggaan patut tertanam di hati kita, karena bangsa ini pantas
menyebut dirinya energy of asia. Lihat saja, di negeri ini kita tidak
memerlukan dollar, cukup dengan rupiah kamu bisa beli gorengan. Dollar tidak
kamu perlukan untuk hidup, angka 14.000 itu cuman angka, lihat saja kan harga
gorengan masih 2000 dapat 3? Maka berbanggalah kita sebagai rakyat Indonesia,
karena Alhamdulillah kita telah terdidik menjadi bangsa mandiri bebas subsidi,
dan berdikari dengan rupiah yang dimiliki. Jika anda agak susah memenuhi
kebutuhan sendiri? Tenang saja ada kartu-kartu berwarna-warni yang dapat membantu kehidupan anda sendiri,
kartu-kartu itu ada dimana? Silahkan cari sendiri. Luar biasa, bangsa besar
yang dipimpin oleh individu-individu yang mampu melihat sisi lain masalah
dengan menggunakan solusi alternative seperti bekicot dan tik-tok.
Maka
banggalah menjadi bagian dari bangsa Indonesia, dan berbahagialah menjadi tuan
rumah Asian games yang membuat kita menjadi the energy of asia. Karena bukan
tidak bukan, lain tidak lain, bangsa kreatif dan mandiri-lah yang mampu menjadi
pemimpin asia. Salam dollar 14.000 dan listrik kantor! Hidup Indonesia!
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini
Tulisan ini Juga sudah Dimuat di Selasar.com, silahkan kunjungi pranala ini untuk berpetualang dalam dunia literasi
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment