Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Monday, April 23, 2018

Gender, Keberagaman, dan Kepemimpinan Lintas Budaya


source : https://staticblog.virtualvocations.com



Gender, Keberagaman, dan Kepemimpinan Lintas Budaya
Resume from Gary A. Yukl, Page 436-447

Studi kepemimpinan selama lebih dari separuh abad selalu mengambil tempat di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat. Namun belakangan studi kepemimpinan diluar wilayah tersebut mulai berkembang pesat. Alasannya untuk melihat apakah hasil temuan kepemimpinan di barat, bisa diaplikasikan secara general pada wilayah-wilayah lain. Selain itu, adanya peran globalisasi dan perubahan arus demografi membuat ilmuwan ingin melihat bagaimana kepemimpinan bisa berpengaruh dan mengelola individu lintas budaya.

Pengenalan kepada kepemimpinan lintas budaya

Pentingnya penelitian lintas budaya
Disebabkan karena globalisasi organisasi yang semakin meningkat, menjadi penting bagi organisasi untuk bisa menemukan kepemimpinan efektif lintas budaya. Karena sederhana, pemimpin akan lebih sering berkonfrontasi dengan individu yang berlatar belakang budaya berbeda. Untuk itu diperlukan penelitian lintas budaya, dimana dalam penelitian lintas budaya dimana penelitian demikian memerlukan variable dan proses lebih luas, untuk dapat memperbaiki teori-teori kepemimpinan. Selain itu, dengan penelitian lintas budaya, peneliti akan dituntut untuk lebih memiliki perspektif luas, yang dengan tantangan itu akhirnya dapat mengimprovisasi bidang penelitian itu sendiri baik dalam metodologi maupun metode pengumpulan data-nya.

Pengaruh budaya dalam perilaku kepemimpinan
Nilai budaya dan tradisi dapat mempengaruhi perilaku manajer dalam berbagai macam cara. Karena nilai tersebut diinternalisasi bersamaan dengan manajer tersebut tumbuh, seringkali aplikasi nilai dalam tingkah laku, dilakukan dalam kondisi tidak sadar. Budaya yang mempengaruhi pun tidak selalu budaya nasional/negara, karena ada factor budaya lain yang dapat mempengaruhi perilaku manajer diluar budaya nasional. Selain itu, belum tentu budaya yang tidak didukung luas oleh sebuah negara tertentu berarti budaya tersebut tidak efektif jika diterapkan, artinya ada beberapa cara pandang negara, atau bangsa tentang budaya yang tidak serta merta berlaku mutlak dalam organisasi. Misalkan bisa jadi tepat waktu adalah budaya yang baik bagi orang barat, namun di asia tenggara harus ada kompromi tentang hal itu. Terakhir, perlku diingat bahwa nilai dan tradisi dari sebuah bangsa dan negara dapat berubah seiring berjalannya waktu.

Penelitan kepemimpinan lintas budaya : jenis-jenis dan kesulitannya
Tipe penelitian
Secara umum penelitian kepemimpinan berfokus pada perilaku, kemampuan dan cara pemimpin. Meskipun ada yang membahas temabahan seperti pengaruh perbedaan lintas budaya pada efektifitas kepemimpinan, dan ada juga yang membahas pengaruh kepemimpinan pada motivasi dan kepuasan kerja.

Permasalahan metodologis
Ada beberapa permasalahan metodologis seperti : tidak adanya nilai ekuivalen untuk setiap pengukuran, susahnya menemukan representasi umum bagi hasil penelitian, sulitnya tingkat analisis karena pelibatan data yang luas dari berbagai negara, banyaknya bias karena perbedaan latar belakang yang signifikan, dan kondisi demografis dan situasional yang tidak memiliki variable control ataupun analisis kovarian.

Penelitian lintas budaya untuk perbedaan tingkah laku
Banyak dari penelitian lintas budaya menguji perbedaan-perbedaan antar budaya dengan tujuan menemukan pola-pola dari perilaku kepemimpinan dan penggunaan dari praktik manajerial spesifik. Sebagian besar menggunakan pendekatan kuantitatif dengan questioner, sebagian kecil menggunakan pendekatan kualitatif untuk lebih dalam memotret fenomena tersebut.

Contoh-contoh penelitian dalam dampak dari perilaku
Studi lintas budaya juga menguji perbedaan yang ditimbulkan dari model perilaku kepemimpinan dan hubungannya terhadap outcome seperti kepuasan dan performa bawahan. Penelitian ini dilakukan oleh Scandura, Von Glinow dan Lowe (1999). Dorman et.al (1997) juga melakukan penelitian terhadap pengaruh kepemimpinan direktif di Meksiko dan Taiwan, dan berbagai penelitian lain.

Proyek GLOBE
Merupakan sebuah proyek penelitian kepemimpinan lintas budaya yang melibatkan 60 negara yang mewakili regional-regional utama di dunia (House et.al, 2004). GLOBE sendiri merupakan akronim dari “Global Leadership and Organizational Behavior Effectiveness”, proyek raksasa ini melibatkan 150 peneliti dari berbagai negara yang terkoordinasi dalam sebuah usaha penelitian jangka panjang.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mengembangkan sebuah teori berdasarkan fondasi empiric yang menjelaskan hubungan antara budaya social, proses organisasional dan kepemimpinan. Penelitian ini menggunakan berbagai macam metode pengumpulan dan penggalian data. Salah satu pertanyaan paling penting dalam proyek ini adalah untuk menjelaskan apakah ada keseragaman kepercayaan dalam atribut-atribut pemimpin efektif. Selain itu tujuan penelitian lain yang penting adalah untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan lintas budaya dalam kepercayaan dan perilaku kepemimpinan. Salah satu hasil proyek ini adalah sebagai berikut :

Dimensi-dimensi nilai budaya dan kepemimpinan
Pada bagian ini akan didiskusikan dimensi-dimensi dari nilai, diantaranya power distance (perbedaan kekuatan), uncertainty avoidance (menghindari ketidakpastian), individualism atau kolektivisme, kesetaraan gender, orientasi performa dan orientasi humanis.

Power distance (jarak kekuatan)
Adalah penggambaran bagaimana individu menerima perbedaan distribusi kekuatan di sebuah institusi atau organisasi. Negara dengan jarak kekuatan rendah seperti eropa barat, cenderung memandang kepemimpinan partisipatif sebagai model yang pas. Sedangkan model kepemipinan transformative akan selalui diikuti dengan model kepemimpinan direktif dan otokratik di negara-negara dengan jarak kekuatan tinggi.

Uncertainty avoidance (menghindari ketidakpastian)
Menggambarkan kondisi dimana individu merasa tidak nyaman dengan kondisi yang ambigu, dan ketidakmampuan mereka dalam memprediksi event-event yang terjadi di masa depan. Budaya yang mana individunya memiliki aspek ini lebih tinggi cenderung menginginkan stabilitas, keamanan dan keteraturan. Dampak pada kepemimpinan, manajer yang diharapkan adalah dia yang bisa diandalkan, hati-hati, dan teratur, dibanding yang fleksibel dan tidak teratur.

Individualism atau kolektivisme
Individualism adalah bagaimana individu lebih memandang penting kebutuhan otonomi dirinya dibanding kebutuhan kolektif kelompok, organisais atau masyarakat. Sedangkan kolektivisme yang umum ditemui dalam perusahaan adalah koletivisme kelompok yang akhirnya memunculkan istilah in-group dan out-group. Dampak di kepemimpinan, pada lingkungan individualis seorang pemimpin akan susah untuk memotivasi dan memberi inspirasi untuk berkelompok (Jong and Avolio, 1999; Triandis, 1995).

Kesetaraan gender
Adalah bagaimana pria dan wanita memperoleh perlakuan setara dan baik atribut maskulin maupun feminim dipertimbangkan penting dan layak diperhitungkan. Cara pandang dari kesetaraan gender memberikan dampak pada seleksi dan evaluasi dari pemimpin, dan tipe-tipe kepemimpinan yang secara social diterima dan layak dipertimbangkan (Dickson et.al, 2003; Emrich et.al, 2004).

Orientasi performa
Adalah bagaimana performa dan pencapaian individual dinilai, inilah yang disebut dengan orientasi performa (Javidan, 2004). Secara umum mempengaruhi kepemimpinan karena memang ada beberapa model kepemimpinan yang secara langsung dan relevan dalam meningkatkan performa dan efisiensi.

Humane orientation (orientasi humanis)
Adalah sebuah keinginan dan perhatian yang kuat kepada atas kesejahteraan orang lain dan keinginan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk menolong yang lain. Orientasi ini mendorong perilaku kepemimpinan supportif seperti missal memiliki perhatian untuk mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan dari bawahan.

Kluster budaya
Keberadaan kluster budaya ini untuk mempermudah ilmuwan dalam menerapkan instrument penelitian, misalkan variable control dan variable uji. Kluster-kluster ini adalah sebagai berikut :

Evaluasi bagi penelitian lintas budaya
Beberapa hal yang dievaluasi adalah masih sedikitnya negara yang dilibatkan dalam penelitian, lebih sering menggunakan sampel besar untuk meningkatkan signifikansi, namun masih lemah jika dilihat signifikansi dalam prakteknya, dan inkonsitensi penelitan dalam dalam melaporkan magnitude dampak dari budaya.
Proyek GLOBE berusaha memberikan pendekatan yang lebih sistematis dalam penelitian lintas budaya, dan dengan system yang lebih terkontrol, hasil penelitian lebih bisa diinterpretasi. Selain itu ada beberapa pertanyaan yang harus bisa dilihat lebih mendalam dalam proses peneltian, yaitu :

1.      Bagaimana bisa perilaku kepemimpinan actual berbeda diantara kluster nilai budaya dan antar negara?
2.      Bagaimana nilai pemimpin dan perilakunya dipengaruhi oleh kepribadian (dan proses pengembangan diri) , nilai perusahaan, dan nilai kebangsaan?

Dan beberapa pertanyaan lain. Berikut kami lampirkan detail dari pertanyaan-pertanyaan tersebut :


Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.

For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 

No comments:

Post a Comment