source : https://staticblog.virtualvocations.com |
Gender, Keberagaman, dan Kepemimpinan Lintas Budaya
Resume from Gary A. Yukl, Page
436-447
Studi
kepemimpinan selama lebih dari separuh abad selalu mengambil tempat di Amerika
Serikat, Kanada, dan Eropa Barat. Namun belakangan studi kepemimpinan diluar
wilayah tersebut mulai berkembang pesat. Alasannya untuk melihat apakah hasil
temuan kepemimpinan di barat, bisa diaplikasikan secara general pada
wilayah-wilayah lain. Selain itu, adanya peran globalisasi dan perubahan arus
demografi membuat ilmuwan ingin melihat bagaimana kepemimpinan bisa berpengaruh
dan mengelola individu lintas budaya.
Pengenalan kepada kepemimpinan lintas budaya
Pentingnya penelitian lintas budaya
Disebabkan
karena globalisasi organisasi yang semakin meningkat, menjadi penting bagi
organisasi untuk bisa menemukan kepemimpinan efektif lintas budaya. Karena
sederhana, pemimpin akan lebih sering berkonfrontasi dengan individu yang
berlatar belakang budaya berbeda. Untuk itu diperlukan penelitian lintas
budaya, dimana dalam penelitian lintas budaya dimana penelitian demikian memerlukan
variable dan proses lebih luas, untuk dapat memperbaiki teori-teori
kepemimpinan. Selain itu, dengan penelitian lintas budaya, peneliti akan
dituntut untuk lebih memiliki perspektif luas, yang dengan tantangan itu
akhirnya dapat mengimprovisasi bidang penelitian itu sendiri baik dalam
metodologi maupun metode pengumpulan data-nya.
Pengaruh budaya dalam perilaku kepemimpinan
Nilai
budaya dan tradisi dapat mempengaruhi perilaku manajer dalam berbagai macam
cara. Karena nilai tersebut diinternalisasi bersamaan dengan manajer tersebut
tumbuh, seringkali aplikasi nilai dalam tingkah laku, dilakukan dalam kondisi
tidak sadar. Budaya yang mempengaruhi pun tidak selalu budaya nasional/negara,
karena ada factor budaya lain yang dapat mempengaruhi perilaku manajer diluar
budaya nasional. Selain itu, belum tentu budaya yang tidak didukung luas oleh
sebuah negara tertentu berarti budaya tersebut tidak efektif jika diterapkan,
artinya ada beberapa cara pandang negara, atau bangsa tentang budaya yang tidak
serta merta berlaku mutlak dalam organisasi. Misalkan bisa jadi tepat waktu
adalah budaya yang baik bagi orang barat, namun di asia tenggara harus ada
kompromi tentang hal itu. Terakhir, perlku diingat bahwa nilai dan tradisi dari
sebuah bangsa dan negara dapat berubah seiring berjalannya waktu.
Penelitan kepemimpinan lintas budaya : jenis-jenis dan
kesulitannya
Tipe penelitian
Secara umum
penelitian kepemimpinan berfokus pada perilaku, kemampuan dan cara pemimpin.
Meskipun ada yang membahas temabahan seperti pengaruh perbedaan lintas budaya
pada efektifitas kepemimpinan, dan ada juga yang membahas pengaruh kepemimpinan
pada motivasi dan kepuasan kerja.
Permasalahan metodologis
Ada
beberapa permasalahan metodologis seperti : tidak adanya nilai ekuivalen untuk
setiap pengukuran, susahnya menemukan representasi umum bagi hasil penelitian,
sulitnya tingkat analisis karena pelibatan data yang luas dari berbagai negara,
banyaknya bias karena perbedaan latar belakang yang signifikan, dan kondisi
demografis dan situasional yang tidak memiliki variable control ataupun
analisis kovarian.
Penelitian lintas budaya untuk perbedaan tingkah laku
Banyak dari
penelitian lintas budaya menguji perbedaan-perbedaan antar budaya dengan tujuan
menemukan pola-pola dari perilaku kepemimpinan dan penggunaan dari praktik
manajerial spesifik. Sebagian besar menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
questioner, sebagian kecil menggunakan pendekatan kualitatif untuk lebih dalam
memotret fenomena tersebut.
Contoh-contoh penelitian dalam dampak dari perilaku
Studi
lintas budaya juga menguji perbedaan yang ditimbulkan dari model perilaku
kepemimpinan dan hubungannya terhadap outcome seperti kepuasan dan performa
bawahan. Penelitian ini dilakukan oleh Scandura, Von Glinow dan Lowe (1999).
Dorman et.al (1997) juga melakukan penelitian terhadap pengaruh kepemimpinan
direktif di Meksiko dan Taiwan, dan berbagai penelitian lain.
Proyek GLOBE
Merupakan
sebuah proyek penelitian kepemimpinan lintas budaya yang melibatkan 60 negara
yang mewakili regional-regional utama di dunia (House et.al, 2004). GLOBE
sendiri merupakan akronim dari “Global Leadership and Organizational Behavior
Effectiveness”, proyek raksasa ini melibatkan 150 peneliti dari berbagai negara
yang terkoordinasi dalam sebuah usaha penelitian jangka panjang.
Penelitian
ini dilakukan dengan harapan dapat mengembangkan sebuah teori berdasarkan
fondasi empiric yang menjelaskan hubungan antara budaya social, proses
organisasional dan kepemimpinan. Penelitian ini menggunakan berbagai macam
metode pengumpulan dan penggalian data. Salah satu pertanyaan paling penting
dalam proyek ini adalah untuk menjelaskan apakah ada keseragaman kepercayaan
dalam atribut-atribut pemimpin efektif. Selain itu tujuan penelitian lain yang
penting adalah untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan lintas budaya dalam
kepercayaan dan perilaku kepemimpinan. Salah satu hasil proyek ini adalah
sebagai berikut :
Dimensi-dimensi nilai budaya dan kepemimpinan
Pada bagian
ini akan didiskusikan dimensi-dimensi dari nilai, diantaranya power distance
(perbedaan kekuatan), uncertainty avoidance (menghindari ketidakpastian),
individualism atau kolektivisme, kesetaraan gender, orientasi performa dan
orientasi humanis.
Power distance (jarak kekuatan)
Adalah
penggambaran bagaimana individu menerima perbedaan distribusi kekuatan di
sebuah institusi atau organisasi. Negara dengan jarak kekuatan rendah seperti
eropa barat, cenderung memandang kepemimpinan partisipatif sebagai model yang
pas. Sedangkan model kepemipinan transformative akan selalui diikuti dengan
model kepemimpinan direktif dan otokratik di negara-negara dengan jarak
kekuatan tinggi.
Uncertainty avoidance (menghindari ketidakpastian)
Menggambarkan
kondisi dimana individu merasa tidak nyaman dengan kondisi yang ambigu, dan
ketidakmampuan mereka dalam memprediksi event-event yang terjadi di masa depan.
Budaya yang mana individunya memiliki aspek ini lebih tinggi cenderung
menginginkan stabilitas, keamanan dan keteraturan. Dampak pada kepemimpinan,
manajer yang diharapkan adalah dia yang bisa diandalkan, hati-hati, dan
teratur, dibanding yang fleksibel dan tidak teratur.
Individualism atau kolektivisme
Individualism
adalah bagaimana individu lebih memandang penting kebutuhan otonomi dirinya
dibanding kebutuhan kolektif kelompok, organisais atau masyarakat. Sedangkan
kolektivisme yang umum ditemui dalam perusahaan adalah koletivisme kelompok
yang akhirnya memunculkan istilah in-group dan out-group. Dampak di
kepemimpinan, pada lingkungan individualis seorang pemimpin akan susah untuk
memotivasi dan memberi inspirasi untuk berkelompok (Jong and Avolio, 1999;
Triandis, 1995).
Kesetaraan gender
Adalah
bagaimana pria dan wanita memperoleh perlakuan setara dan baik atribut maskulin
maupun feminim dipertimbangkan penting dan layak diperhitungkan. Cara pandang
dari kesetaraan gender memberikan dampak pada seleksi dan evaluasi dari
pemimpin, dan tipe-tipe kepemimpinan yang secara social diterima dan layak
dipertimbangkan (Dickson et.al, 2003; Emrich et.al, 2004).
Orientasi performa
Adalah
bagaimana performa dan pencapaian individual dinilai, inilah yang disebut
dengan orientasi performa (Javidan, 2004). Secara umum mempengaruhi
kepemimpinan karena memang ada beberapa model kepemimpinan yang secara langsung
dan relevan dalam meningkatkan performa dan efisiensi.
Humane orientation (orientasi humanis)
Adalah
sebuah keinginan dan perhatian yang kuat kepada atas kesejahteraan orang lain
dan keinginan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk menolong yang
lain. Orientasi ini mendorong perilaku kepemimpinan supportif seperti missal
memiliki perhatian untuk mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan dari bawahan.
Kluster budaya
Keberadaan
kluster budaya ini untuk mempermudah ilmuwan dalam menerapkan instrument
penelitian, misalkan variable control dan variable uji. Kluster-kluster ini
adalah sebagai berikut :
Evaluasi bagi penelitian lintas budaya
Beberapa
hal yang dievaluasi adalah masih sedikitnya negara yang dilibatkan dalam
penelitian, lebih sering menggunakan sampel besar untuk meningkatkan
signifikansi, namun masih lemah jika dilihat signifikansi dalam prakteknya, dan
inkonsitensi penelitan dalam dalam melaporkan magnitude dampak dari budaya.
Proyek
GLOBE berusaha memberikan pendekatan yang lebih sistematis dalam penelitian
lintas budaya, dan dengan system yang lebih terkontrol, hasil penelitian lebih
bisa diinterpretasi. Selain itu ada beberapa pertanyaan yang harus bisa dilihat
lebih mendalam dalam proses peneltian, yaitu :
1. Bagaimana
bisa perilaku kepemimpinan actual berbeda diantara kluster nilai budaya dan
antar negara?
2. Bagaimana
nilai pemimpin dan perilakunya dipengaruhi oleh kepribadian (dan proses
pengembangan diri) , nilai perusahaan, dan nilai kebangsaan?
Dan
beberapa pertanyaan lain. Berikut kami lampirkan detail dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut :
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment