Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Monday, June 2, 2014

Teorema Bawang Merah

Assalamualaikum gan, sebenarnya ini makalah ane buat soal bahasa indonesia, tapi, ya semoga agan suka deh. inti dari makalah ini, ndonesia harus merajai pasar bawang merah internasional!

salam dari ane
Muhammad Abdullah 'Azzam
Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta









Teorama Bawang Merah
            Bawang merah mudah untuk dikembang biakkan, bawang merah bermanfaat dari daun sampai kepada umbinya, dan manfaatnya luas, tidak hanya sebagai konsumsi saja, juga bisa menjadi alternative obat tradisional. Selain itu juga, bawang merah menawarkan cita rasa yang tidak dimiliki oleh rmpah-rempah lain, dan dapat menjadi alternative bagi jajanan kuliner dunia.
            Tiga sebab diatas yang membuat teorama bawang merah menjadi nama yang cocok, untuk meringkas dalil-dalil keuntungan dari bawang merah, yang kesemuanya, secara mikro atau makro dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Aspek mikro dapat dilihat daripada manfaat bawang bagi individu, yaitu sebagai alternative obat tradisional, barang konsumsi, juga kemudahan dalam perkembang biakkan. Sedangkan aspek makro dapat dilihat pada bagaimana bawang merah menawarkan sensasi rasa dalam dunia kuliner internasional.
            Kemudian, teorama tersebut dapat optimal jika perdagangan bawang merah ditunjang dengan dukungan pada aspek infrastruktur dan re-strukturisasi pada metode perdagangan bawang merah. Selama ini, bawang merah masih dianggap sebagai komoditas lokal untuk pasar lokal, terlihat dengan bagaimana bawang merah itu diperlakukan di pasar-pasar. Walaupun ada sebagian yang diekspor itu masih minoritas saja, sebagian kecil dari produksi bawang skala nasional. Dengan adanya dukungan pada infrastruktur, dan re strukturisasi pada metode perdagangan bawang merah, di harapkan sifat bawang, dengan teoramanya dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik, sehingga betul-betul bisa menjadi “emas merah” dalam pertanian Indonesia.
           
Bawang Merah dan Masyarakat
Secara sosiologis, masyarakat terbagi menjadi awam dan ahli. Awam adalah mereka yang kurang tahu banyak mengenai suatu hal, hanya pemahaman umum saja mengenai suatu hal. Sedangkan ahli adalah mereka yang memahami secara baik konsep suatu hal. Perbandingan sederhana antara pedagang dan ahli ekonomi. Meskipun sama-sama melakukan tindakan ekonomi, antara pedagang dan ahli ekonomi melihat ekonomi sebagai konsep yang berbeda. Pedagang melihat ekonomi sebagai transaksi saja, padahal sebenarnya ekonomi tidak hanya berupa transaksi saja, itulah yang dipahami ahli ekonomi, dan terkadang diferensiasi antara awam dan ahli inilah yang menyebabkan terjadinya stratifikasi jabatan di sebuah organisasi atau perusahaan.
Begitu juga dalam urusan bawang merah. Masyarakat awam mungkin hanya menganggap bawang merah berguna hanya sebagai bumbu penyedap masakan, apabila digoreng dapat menambah cita rasa dengan aromanya yang harum, serta menurut http://id.wikipedia.org tanaman yang berasal dari dataran asia ini dapat menambah citarasa tersendiri, meskipun menurut http://apakabardunia.com bawang merah sebenarnya hambar.
Sedangkan fungsi asli dari bawang merah sangat banyak dan beragam. Umbi bawang menurut http://id.wikipedia.org bermanfaat untuk mengobati maag, merngobati masuk angin , dan menurunkan kadar gula dalam darah. Sedangkan menurut http://manfaatbuahdaun.blogspot.com dengan nama akun Sahabat Noah, buah merah dapat digunakan untuk menyembuhkan sembelit, mengontrol tekanan darah, hingga menghambat pertumbuhan sel kanker. Akun Sahabat Noah juga menegaskan bahwa manfaat bawang merah tidak kalah dengan bawang putih, meskipun fungsi bawang merah tidak sepopuler bawang putih dalam dunia medis. Sedangkan dalam buku Pijat Ura dan Obat Kuno karya MB. Rahimsyah. Ar, bawang merah bisa digunakan untuk mengobati bermacam penyakit dan komponen dalam obat0obatan tradisional. Seperti ramuan untuk sakit maag dan kompres alamiah bagi demam anak-anak, serta meringankan luka lebam.
Begitulah beberapa hal, bagaimana masyarakat berhubungan dengan bawang merah. Selain bermanfaat besar, bawang merah memiliki beberapa potensi untuk diproduksi secara massif, dan dijadikan salah satu asset pertambahan devisa Negara, meskipun tidak sebesar TKI dan ekspor bahan mineral mentah.
Konsep Kitchen in Lawn sebagai Alternatif Ketahanan Pangan
Konsep Kitchen in Lawn sebenarnya merupakan alternative yang penulis kembangkan untuk menanggulangi krisis lahan dalam beberapa decade kedepan, akan tetapi, meskipun krisis lahan masih memerlukan waktu cukup lama untuk dapat berdampak bagi kehidupan masyarakat, ide konsep Kitchen in Lawn ini penulis angkat, karena dapat mendukung master plan ketahanan pangan nasional dan menunjang konsep kefua yang akan ditawarkan penulis.
Secara sederhana, konsep Kitchen in Lawn adalah konsep untuk menempatkan dapur di dalam pekarangan individu. Yang dimaksud dapur bukan dapur untuk memasak, tetapi bahan dapur yang digunakan untuk menunjang proses memasak individu atau keluarga. Jadi, bagaimana agar keluarga mampu menyediakan bahan masak atau bumbu dapurnya secara mandiri, khususnya bagi masyarakat perkotaan.
Kota merupakan tempat yang sangat miskin lahan. Jangankan pekarangan, teras saja terkadang tidak ada yang punya. Alasan ini juga yang membuat warga kota berdalih tidak sanggup untuk menaman yanaman penghijau, padahal kota sendiri merupakan tempat berjayanya polusi udara. Konsep Kitchen in Lawn ini menawarkan sebuah konsep kebun dalam gelas, jadi, pekarangan yang penulis tawarkan merupakan lahan gelas plastic bekas, yang sangat sesuai dengan kondisi perkotaan.

Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan rintangan dari konsep ini, adalah


Kekuatan
1.      Produksi sampah plastic kota, dan kaitan masyarakat kota dengan gelas plastik yang besar
2.      Tidak diperlukan lahan yang cukup luas
3.      Ketersediaan tanah, bukan lahan di kota yang menurut hemat penulis sangat bisa digunakan untuk konsep ini
Kelemahan
1.      Terkadang masyarakat kota masih terbiasa dengan budaya instan-konsumtif
Peluang
1.      Menawarkan peluang ketahanan pangan di bagian bahan bumbu dapur bagi masyarakat kota, sehingga bumbu dapur produksi daerah tidak selalu digunakan untuk konsumsi kota
2.      Menawar Reduksi dari kuantitas sampah plastic dengan menggunakan sampah plastic sebagai alat tanam
Halangan
1.      Akan muncul kendala jika bumbu dapur yang dimaksud tidak memiliki daya resistensi terhadap lingkungan kota yang keras

Dengan analisis yang demikian, dengan halangan terbesar adalah resistensi tanaman terhadap kondisi lingkungan, penulis menawarkan tanaman bawang merah sebagai alternative yang digunakan untuk tahap awal konsep Kitchen in Lawn. Ada beberapa pertimbangan kenapa bawang merah dipilih untuk tahap awal penerapan dan percobaan praktis konsep Kitchen in Lawn.
1.      Bawang merah merupakan tanaman yang suplai airnya tidak sebesar padi, atau tanaman yang lain. Cukup dengan adanya air, maka tanaman ini dapat tetap hidup.
2.      Media tanam bawang merah bisa tanah yang beragam, bahkan dalam tanah oplosan dengan pasir, bawang merah merah masih tetap tumbuh dan berkembang
3.      Manfaat yang bawang merah tawarkan dalam teorama bawang merah cukup bisa digunakan sebagai permbanding pengorbanan yang dikeluarkan dengan menerapkan konsep Kitchen in Lawn
Dengan pertimbangan demikian, Kitchen in lawan dapat mengakomodir kebutuhan bawang merah meskipun secara minimum, dan memberi tambahan peluang bagi produksi bawang merah lokal, untuk dapat menyentuh pasar ekspor, sehingga ketahanan pangan di dalam komoditas bawang sediki-banyak terjamin, dan kemudian, Indonesia dan masyarakat siap untuk memasuki konsep kedua, yaitu konsep Red Garlic Package. Sebuah konsep yang menghantarkan bawang merah lokal memasuki pasar internasional dengan perbaikan sederhana di bidang pengemasan.

           


Konsep Red Garlic Package
            Konsep Red Garlic Package adalah sebuah paket rencana perbaikan dalam praktek pengemasan komoditas bawang merah yang telah terseleksi untuk bersaing dan diperdagangkan dalam pasar internasional. Bahkan, konsep ini menawarkan peluang untuk menjadikan tidak ada bawang merah yang tidak layak ekspor, selain bawang merah busuk.
            Secara sederhana konsep ini mengacu pada konsep dasar dalam teori manajemen marketing, yaitu konsep AIDA (Attention, Desire, Interest,Action) bagaimana pemasar dapat memicu aksi dari calon pelanggan dengan memberikan perhatian yang dibutuhkan calob pelanggan, sehingga memicu hasrat dan keinginan mereka.
            Dalam berbagai buku, terutama yang mengambil spesialisasi dalam manajemen pemasaran, bahkan dalam buku manajemen global, konsep ini sangat ditekankan dalam menunjang aspek promosi dan pemasaran produk. Dalam buku Komunikasi Bisnis karangn Drs. Djoko Purwanto. M.B.A, konsep AIDA ditekankan dalam mengorganisir pesan-pesan bisnis, termasuk bagaimana mengorganisir iklan. Berdasarkan hal ini, maka konsep AIDA juga dapat diterapkan dalam mengatur packaging atau pengepakan sebuah produk.
            Secara umum, kualitas bawang merah atau bawang-bawang lain yang diperdagangkan dalam pasar-pasar lokal maupun asing memiliki kualitas yang identic, atau tidak ada perbedaan berarti dalam bentuk maupun kualitas rasa. Yang membedakan adalah bagaimana Negara pengekspor bawang mengatur penampilan dan packaging produk mereka. China dalam  memperdagangkan bawang putih ekspornya selalu memberi bentuk bawang putih yang paling mulus, masih belum terpecah-pecah, sehingga menyenangkan untuk dilihat, sedangkan India dalam hal persaingan kualitas di bisnis bawang bomabi masih kalah dengan Pakistan, karena bawang Pakistan terlihat lebih besar dan lebih mulus ketimbang bawang bombai india.
            Dengan alasan demikian, maka konsep Red Garlic Package secara sederhana adalah konsep yang menwarkan metode terbaru dalam pengepakan bawang merah, sehingga diharapkan dapat lebih menarik perhatian konsumen asing.
            Dalam Red Garlic Package, bawang yang akan diekspor tidak hanya dimasukan dalam karun-karung besar, kemudian ditumpuk begitu saja di kapal. Tapi penulis menawarkan konsep dimana bawang merah akan di paketkan dalam bentuk bawang segar yang dibungkus dalam wadah kedap udara, disertai dengan tanggal kadalursa serta sudah dalam kondisi terkupas.
Analisis S.W.O.T atau kekuatan, kelemahan, peluang dan gangguan dari konsep ini akan dijabarkan sebagaimana berikut


Kekuatan
1.      Pasar bawang bisa dibilang merupakan pasar persaingan sempurna, karena kualitas barang yang dihasilkan nyaris sama, dan konsumen sudah sama tahu mengenai kualitas barang ayng mereka beli
2.      Dengan mengorbankan sedikit biaya dalam pengepakan, dapat memperoleh imbal balik yang cukup besar, dikarenakan kos atau biaya yang dikeluarkan dalam satuan rupiah, sedangkan perdagangan ekspor menggunakan satuan dollar
Kelemahan
1.      Seringkali biaya pengepakan masih dianggap terlalu mahal bagi pengusaha bawang merah
2.      Masih diperlukannya banyak bantuan dari pihak-pihak terkait seperti pemerintah maupun investor
3.      Bawang merah merupakan komunitas benda segar, cenderung mudah busuk,
4.      Biaya untuk proses pembuatan bawang beku masih cukup tinggi untuk standar usaha lokal
Keuntungan
1.      Indonesia secara umum dapat ikut berpartisipasi dalam pasar bawang internasional
2.      Dengan pengepakan atau penyajian produk yang bisa dibilang lain daripada yang lain, dapat menjalankan konsep AIDA itu sendiri
Halangan
1.      Konsep ini masih sangat sederhana dan bukan tidak mungkin terjadi plagiasi, jika tidak dilindungi oleh hokum
2.      Banyaknya kelemahan, karena konsep ini akan diterapkan di Indonesia menjadi halangan tersendiri
Secara sederhana, konsep ini memang masih memiliki banyak kelamahan, tetapi solusi daripada kelemahan itu sangat sederhana, yaitu, ketika pemerintah dan intasni terkait mau berperan dalam eksekusi konsep ini, karena yang ditawarkan daripada konsep ini lebih dari cukup untuk dijadikan alasan mengapa konsep ini relevan dan bisa diterapkan di Indonesia.
            Sedangkan jika muncul dalih bahwa stok bawang merah Indonesia akan mengalami krsis, maka konsep Kitchen in Lawn yang menjadi konsep pertama yang ditawarkan penulis bisa menjadi solusi. Meskipun dalam jangkan pendek memang akan memberi dampak ketidak stabilan splay bawang, tetapi dalam jangka panjang, ketika konsep ini telah berjalan berdampingan dan baik, maka tidak ada lagi alasan untuk terciptanya ketidak stabilan suplai bawang merah di pasar lokal, sehingga, dalam jangka panjang tersebut, permintaan bawang merah lokal bisa terakomodir oleh konsep Kitchen in Lawn dan bawang merah yang disisakan untuk pasar lokal dan fokus produksi bawang merah nasional akan digunakan untuk menguasai pasar asing dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki konsep Red Garlic Package.
            Maka, ketahanan pangan dalam komoditas bawang merah dan perolehan devisa Negara dari perdagangan bawang merah bisa terlaksana.

Urgensi Manajemen Pemasaran dan Peran Krusial Pemerintah
            Konsep Red Garlic Package didasarkan pada ide mengenai AIDA yang merupakan konsep daripada manajemen pemasaran. Maka untuk mengembangkan dan mempertahankan konsep ini diperlukan pemahaman yang memadai mengenai manajemen pemasaran, dan ini jelas bukan merupakan bidang dimana petani atau pengusaha bawang bergerak. Bawang yang penulis maksud adalah bawang merah.
            Maka penulis menekankan mengenai perlunya pembentukan tim ahli, guna memantapkan konsep Red Garlic Package. Tim ahli ini merupakan tim yang terdiri dari individu yang memiliki kemampuan mumpuni di bidang pemasaran dan pemngawasan produk. Yang perlu dilakukan oleh tim ahli ini, adalah mereka harus mengendalikan dan menjaga kualitas produk yang akan diekspor, mengawasi metode produksi, serta pengepakan produk, dan menjaga dan mengawasi kondisi pasar. Sehingga, eksistensi bawang merah di pasar internasional melalui konsep Red Garlic Package terjaga.
            Kemudian mempertimbangkan analisis S.W.O.T dari konsep Red Garlic Package, penulis juga akan membahas mengenai peran krusial pemerintah dalam proyek ini. Pemerintah, dalam hal ini berperan sebagai fasilitator dan regulator. Fasilitator adalah sebagai penyedia fasilitas yang diperlukan, minimum 25% dari fasilitas yang dibutuhkan, seperti ketersediaan tim ahli dan alat-alat guna menghasilkan bawang beku, dan regulator sebagai pembuat regulasi yang bertujuan untuk memudahkan bawang lokal memasuki pasar ekspor. Seperti aturan cukai dan sebagainya, bahkan jika memungkinkan, diadakan juga subsidi dan bantuan keunagn lain untuk berjalannya konsep ini.
            Peran krusial pemerintah yang lain, menurut penulis adalah peran dalam menjalankan konsep Kitchen in Lawn, karena dengan posisi sebagai pengambil kebijakan bisa memudahkan dan mendorong warga kota untuk konsisten dalam menjalankan konsep Kitchen in Lawn, sehingga hal-hal yang ditakutkan seperti ketidak stabilan suplai bawang bisa teratasi.







No comments:

Post a Comment