Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Tuesday, June 10, 2014

Antara Sang jenderal dan Sang Pedagang


ngga tau tuh gambar di samping ntar nampak apa kagak, yang jelas, bener-bener aneh kalau ngeliat pengalaman berselancar ane selama ini. giliran ngebuka yang "internet positif" cepetnya minta ampun, giliran internet positif aja kayak orang gali sumur artesis di gurun sahara make sendok es krim wal*s yang udah patah. -_-
anyway, semoga keanehan jaringan internet di Indonesia ini ngga membawa keanehan tambahan di tulisan ane pada malam hari ini.

Assalamualaikum jangkrik dan nyamuk, terimakasih mau berdengung dan ber krik..krik ria di luar sana, terus terang, karena kalian serangga ane biarin aja (padahal emang udah kehabisan obat nyamuk), dan para pembaca dimanapun berada,, ane ucapin selamat malam, dan buat yang muslim, berbahagialah, Ramadhan akan menyambangi anda semua Insya Allah. oke, mungkin kalau pembaca sekalian tinggal di Indonesia, atmosfer untuk Ramadhan tahun ini agak sedikit pekat dikarenakan konsentrasi oksigen yang cukup besar karena bertepatan dengan awal musim kemarau, dan kepekatan yang lain karena ada hawa-hawa mesiu dan darah di atmosfer, padahal tahun-tahun sebelumnya ngga begitu ya. haha, bener banget. kita akan melihat live show, pertempuran klasik antara dua kubu besar penguasa dunia, yang hadiahnya adalah tampuk kepemimpinan tertinggi dalam institusi eksekutif, yap, pemili presiden.

kubu besar penguasa dunia yang ane maksud itu, bukan amerika dan kekuatan liberal melawan cina dengan soial, bukan, karena saya sebenarnya kurang terlalu suka sama teori konspirasi, karena "begitu", masak Upin Ipin disebut simbologi buat amerika dan australia, kan nggak lucu.
kekuatan besar penguasa dunia ini, adalah kekuatan militer, yang diwakili seorang mantan Danjen Kopassus, pahlawan timor-timur, patriot pembebas Mpenduma, dan kekuatan perekonomian, yang diwakili gubernur Jakarta, mantan pengusaha meubel jati keturunan china yang "populer" di kalangan rakyat jelata.

oke, bukan masalah ane mendukung siapa ya, disini ane akan mencoba untuk berfikir objektif, menuangkan tulisan yang berusaha agarr ngga memojokkan pihak-pihak tertentu, dan berdasarkan fakta media, karena media kita meskipun ketahuan sesat dan gobloknya masih menjadi referensi kaum-kaum mayoritas di indonesia.


kalau dulu agan pernah liat filem-filem seperti saving private Ryan, Battleship, bahkan film Tjoet Njak Dien, mungkin agan nggga perlu ane jelasin lagi mengenai patriot militer, inspirator pertempuran, dan figur revolusioner seorang jenderal. itu filem cukup menggambarkan kok. beli DVD original lebih baik, tapi kalau mau yang low cost, ganool.com masih buka, belum di banned.

this story telling stopped because of unexpected problem
oke, sebelum ane lanjut ke cerita sang jenderal, tadi koneksi internet ane keputus, dan tulisan ane yang udah sepanjang naga indo*iar kehapus lagi dan lagi.. ini udah ke 3 kalinya sejak blog ane tumbuh seperti sekarang :( dan menjadi sebuah ironi ketika blog ane error, kata kunci "aneh" yang ane ketik di mesin pencari google malah lebih cepat keluar daannn, websitenya bisa dibuka dalam kondisi lancar jaya. semoga kedepan sistem teknologi komunikasi di negara ini semakin baik, jangan putus salurannya, jangan kecilkan bandwith nya,tapi awasi interaksi servernya, rekrut pembajak lautan dunia maya terbaik di indonesia, agar internet ngga membuat kita jadi oon, tapi jadi pintar. begitulaah...

lanjut lagi ke cerita jenderal ya..
jenderal, siapa sih yang ngga tau jenderal.. udah langsung aja tonton filmnya, akan ketauan mereka sebenarnya mereka itu siapa.

oke,, tapi karena ini membahas tentang sebuah duel klasik ane akan bahas sebenarnya sang jenderal dalam pertempuran ini memiliki peran apa..

militer, merupakan elemen pendukung negara, tugas utamanya memberikan safety pada penduduk dan menjaga keutuhan negara. sang jenderal lahir dan besar di tempat seperti itu, tempat yang sangat menjujung tinggi pengrbanan dan integritas. kalau ngga disiplin mending pulang ke rumah mamah.
akan tetapi, seringkali pihak militer menjadi objek permainan kekuatan ekonomi. dengan sedikit gelontoran dana dari rostchild, adolf hitler dengan nazinya menggelar perang kejam di eropa, dengan sedikit bujukan visi asia timur raya, jepang menggelar perang asia pasifik yang membuat istilah jugun ianfu dan roomusha menjadi noda hitam dalam sejarah indonesia.

maka, perseteruan ini telah berumum lama, dimana pihak militer seringkali hanya menjadi alat bagi pemegang kuasa tertinggi, atau dalam bahasa ekonomi, pemegang kuasa tertinggi adalah mereka yang memiliki modal besar.
sang jenderal berusaha mendobrak pradigma itu, dengan cara ikut langsung berkonflik dengan mereka-mereka yang secara eksplisit maupun implisit telah menjadi antek pengusaha asing, yang dalam hal ini merupakan boncengan dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. meskipun semua mafhum bahwa sang jenderal memang memiliki kedekatan dengan salah satu dari kekuatan dunia saat ini.

keberadaan sang jenderal meskipun masih menimbulkan stigma kurang meyakinkan dari beberapa elemen masyarakat, tapi kalau dilihat dari segi latar belakang kehidupan dan kondisional konsep serta posisi sang jenderal saat ini, memang posisi sang jenderal dalam penilaian politik masih lebih baik jika pertempuran ini dimenangkan sang jenderal, akan tetapi, track record sang jenderal ini yang membuat publik masih lebih trust kepada pedagang, meskipun ane boleh mengakui jika keduanya sama-sama memiliki dampak negatifnya masing-masing.

tapi at least, untuk sementara ini, pembedahan ane untuk sang jenderal masih dalam taraf ane yakin sang jenderal mungkin bisa memberi lebih, dan berkarya lebih. karena dilihat dari beberapa proses politik yang terjadi seperti pengajuan visi-misi, uji psikologi, bahkan uji argumen, sang jenderal dalam kondisi lebih dewasa dan lebih matang dibandingkan sang pedagang, meskipun tidak menampik kemungkinan, karya sang pedagang terlihat lebih mentereng dari sang jenderal.

oke
, kalau ane menraik kepada sang pedagang, semua tahu karakter pedagang yang ane bicarakan ini seperti apa. media tiap hari udah sangat sering mengekspose bagaimana pola hidup dan perilaku sang pedagang. mulai dari blusukan, naik sepeda ke pemukiman kumuh, dan sebagainya.
tapi sejarah mencatat, sebagaimana latar belakang militer yang penuh darah, latar belakang pedagang juga ngga kalah greget. gregetnya adalah, kemahiran para pedagang terkenal dunia dalam melakukan manipulasi, penipuan, dan pengerukan keuntungan dalam jumlah besar dengan cara yang ngga pantas. tercatat bagaimana VOC mengeruk kekayaan rempah tanah maluku, bagaiman EIC mengeruk dan memiskinkan kesultanan delhi india, bagaimana WTO masih sering memihak kebutuhan negara besar, dll. meskipun ada juga pedagang yang berlaku sebaliknyya, tidak menggunakan manipulasi tapi kejujuran seperti Muhammad SAW.
akan tetapi kalau boleh jujur, sifat pedagang yang pertama merupakan mayoritas yang dimiliki pedagang zaman sekarang, kenapa ane tau? karena ane juga pedagang,

jadi pedagang yang satu ini memiliki sifat abu-abu berdasarkan back ground yang dimiliki, sekali lagi, sebagai pedagang.

akan tetapi, jika ke abu-abu an itu diarahkan kepada hal positif mungkin cerita akan seperti negeri dongeng, karena penokohan sang pedagang ini betul betul sebagai seseorang yang berlaku layaknya pangeran, meskipun ini hanya penokohan yaa.. dan di kerja pun agan bisa baca di media, bagaiman kerja sang pedagang.

jadi berdasarkan penilaian singkat mengenai latar belakang historis profesi jenderal dan pedagang, ane masih prefer kepada jenderal, karena memang saat ini tengah dibuthkan yang semacam itu. dengan seminimal mungkin dapat menghalau konspirasi besar asing atas indonesia, maka dari itu, peilaian sang jenderal dengan sang pedagang menyimpulkan bahwa masing-masing memiliki bahaya dan resiko yang nyaris sama besar, akan tetapi sang jenderal unggul dalam kedewasaan, kapasitas dan kepahaman serta visi kuat terhadap negara, sedangkan pedagang memiliki keunggulan hanya pada penokohan, kedekatan, dan hati publik, yang secara peluang belum cukup apabila mengambil alih posisi sebagai kepala negara.
ini penilain ane, menurut agan?

Wallahu 'Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta

No comments:

Post a Comment