Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Thursday, April 17, 2014

"Saya Mau Merasakan Jaringan LTE di Korea"

sederhana dan menyenagkan, terbang jauh dan tertawa lepas, melupakan kesulitan duniawi, mendekat ke akhirat, terbang jauh, lebih tinggi dari yang mampu dicapai malaikat, dan, eh.. :) agan oembaca. met malem, Assalamualaikum. ane lagi galau nehh :3 jadi ngebuat puisi begitu, tapi puisi ane caakep yaaa, biasalah, keturunan chairil anwar genersi ke 1001 :v. Judul yang diatas itu agak aneh ya? lebih ambigu dari judul postingan ane yang lain, ya semoga postingan ane ngga ambigu lah, amin.

sebenarnya ini ide yang muncul kemaren malem, pas ane ngobrol sama calon Tenaaga Kerja Indonesia yang akan ke kore, FYI, selama 3 hari kemarin itu, UNS, kampus ane penuh tumplek blek banyak alumnus dari SMK, STM, yang ikut serta dalam seleksi berkas calon TKI korea. Nggak main main, dalam 3 hari populasi manusia di UNS meningkat sampai 2 kali lipat, dan hebatnya lagi, semua terkonsenterasi di gerbang belakang UNS yang sebernya sangat sempit sekali, well, ane terus terang agak keganggu juga, karena selain lingkungan jadi ngga nyaman, tambah lagi, dosen banyak yang ngga masuk, dan sedikit membuat jadwal kuliah agak kacau. :) .jujur, ada sedikit kebahagiaan di dalamnya :v hahah.

ane anak ekonomi, dan ane kepoo banget sama hal hal yang ada kaitannya dengan yang berbau bau ekonomi, dan ini adalah fenomena yang terjadi, yang dalam teorinya disebut, membludaknya angkatan kerja yang tidak terserap oleh lapangan kerja, yang membuat terpaksanya angkatan kerja mencari kerja ke luar negeri/ foreign employment chance. dan, yah, sebenarnya, mereka itu bisa saja bekerja di dalam negeri akan tetapi, kenapa mereka memilih untuk terbang ke luar negeri?

secara kasat mata memang ada banyak hal yang bisa dijadikan alasan, apalagi kalau melihat kondisi sekitar kita. bekerja yang halal saja sulit, gimana mau kaya? nah, itu salah satunnya. tapi ane akan coba mendiskusikan hal ini dari perspektif yang lain, apalagi mumpung ini hasil wawancara langsung.

"mas, ente mau ke korea bukan hanya ngincar 30 juta itu kan?"
"wah bukan mas, saya cuman mau merasakan hidup di kore, kayaknya menyenangkan. tapi, wah, pengen sekali ngerasain internet paling cepet, jaringan LTE mas!"
"lha emang pernah ngerasain kerja di indonesia?"
"pernah mas, di jakarta. hidupnya ngga enak mas, airnya sudah air comberan semua, lingkungannya kumuh sekali mas"
"lha emang di korea kerjanya ngapain aja mas?"
"pengalaman dari senior, dia kerja di suku -20derajat, milihin cumi-cumu, tapi gajinya lumayan mas, 45 jutaan"
"kayaknya hidup jadi anak kuliahan enak ya mas, beda kelas. pengalaman saya pacaran sama anak kuliahan beda sensasinya mas, mereka benar-benar memiliki kesibukan yang terkesan berkelas banget"

nah, cukup. itu cuplikan obrolan ane sama mas Irfan, dari BLK Kediri. Yah semoga keterima aja lamaran kerjanya ke korea.
menurut ente? ada poin mana yang sebenarnya mendasar fenomena ledakan tenaga kerja ke luar negeri? ya, jawabannya ada di "jaringan LTE", maksud ane, pemikiran mereka dalam melihat suatu kondisi dan peluang masih dalam taraf yang sangat sederhana, dan masih menjadi sebagian besar cara berpikir masyarakat Indonesia,

saya nyoblos karena dibayar, saya jualan agar bisa makan, saya kerja begini ngga apa apa, asalkan saya masih tetep hidup, ya mau gimana lagi? ga ada kerjaan lain, dan banyak sekali macamnya.
inilah yang ane maksudkan pola pikir sederhana. kenapa? kita dalam bangku pendidikan kita masih ditanamkan pola pikir generasi pekerja, sebuah pola pikir yang sudah dihilangkan di amerika sejak akhir 1980!. pola pikir yang tercipta, bukan pola pikir pendobrak atau pelopor, masih sekedar follower yang mengandalkan hidup dari belas kasihan dan kerja orang lain, ngga tercetus ide untuk menciptakan peluang kerja bagi manusia lain.

berdesak desakan dalam antrian, seperti kembing dan domba menanti giliran disembelih, itulah yang ada dalam pengamatan yang normal, karena begitulah yang terjadi dalam seleksi ini. berdesak desak, tidur dalam kondisi mengantri hingga larut, dengan peluang lolos sekian persen. itulah yang terjadi di negara ini, dan bangsanya, dan benarlah omongan pak amien rais, yang sekarang entah kemana. "bangsa ini digiring menuju bangsa rodi".

lantas bagaimana solusinya? biasanya orang bakalan tanya gitu kalau misal ada manusia yang mengkritisi suatu masalah. ada jawaban di point "enak jadi mahasiswa". why? kalau yang mahasiswa masih berfikir seperti yang diatas lebih enak apabila bekerja dan iktu orang lain, gmana? padahal kita adalah manusia yang diakui "punya kelas". bentuklah mental seorang kretaor. caranya? bekerja dengan baik dalam melaksanakan tugas, berkarya secara sederhana, tapi itu adalah karya orisinil, dan banyak yang lainnya, dan ini ada level sedikit lebih diatas, seperti merintis bisnis, menjalin relasi dengan bergama entitas kehidupan, dan banyak yang lainnya, tapi, berani lah, mahasiswa minimal harus siap untuk berkarya. setuju?

Wallahu 'Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam Mahasiswa S1 Manejemen FEB Universitas Sebelas Maret Surkarta

No comments:

Post a Comment