"bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan"
Q.S Al-'Alaq ayat 1
assalamualaikum, pembaca yang terhormat, selamat malam semua, semoga kebahagiaan menyertai agan malam ini, oke, malem ini ane punya niatan untuk setidaknya mencoba berpartisipasi dalam berkarya, dalam rangka mendidik diri ane sendiri menjadi pribadi yang prestatif yang insya Allah, akan berusaha menjadi orang yang mempu memberi kemanfaatan bagi orang di sekitar ane, termasuk agan sekalian yang rajin ngebaca blog ini, hehe, ini dalam rangka ikutan lomba blognya Bang Luqman Abdurrahamn, jadi yah, bismillah, semoga ada kemanfaatan di dalam tulisan sederhana ini.
Allah dalam asma'ul husna, memiliki 99 sifat yang seluruhnya sangat mustahil untuk disamakan dengan ciptaannya, karena tidak akan match apabila seorang creator disamakan dengan kreasinya, katakanlah kita mensifati kursi karya tukang kayu dengan si tukang kayunya, tinggal ditunggu saja martil melayang. begitu pula dengan Allah, dengan 99 sifat sempurnya, yang salah satu yang sering disebut dalam al-Quran adalah Al-'Alim, maha mengetahui.
sejarah mencatat, bahwa nabi Musa A.S pernah sedikit takabur dengan mengatakan bahwa beliau adalah orang paling cerdas di dunia, namun segera tumbang setelah dipertemukannya beliau dengan nabi Khidir A.S, yang diabadikan kisahnya dalam surat Al-Kahfi, begitu pula cerita lain mengenai dzul-qarnain yang mampu membuat sebuah dinding penghalang antara manusia dengan ya'juj dan ma'juj dengan izin Allah, dan cerita lain yang sumbernya bisa di gali langsung kepada Al-Quran. lantas, apakah kita, ummat manusia terakhir yang lansung diberikan petunjuk pamungkasnya Allah pernah berpikir, jikalau kecerdasan manusia yang kisahnya tercantum dalam al-Quran telah sebegitu hebatnya, secerdas apakah pencipta yang kalimahnya menjadi pedoman berupa al-Quran?
dijelaskan pada ayat pertama, dalam surat yang diturunkan pertama, yang menjadi tanda kerasulan nabi Muhammad SAW bahwa Allah mengajarkan kita, bahwa kita manusia memiliki kewajiban untuk membaca, atau mengaktualisasi diri melalui media ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan juga Allah mengatur alam semesta, dan di alam semesta ini, ilmu Allah bertebaran, jadi apabila kita membuka diri kita, dengan dampak positif dan nilai positif dari ilmu pengetahuan, itu sama dengan kita berinteraksi dengan ilmu Allah, yang memnag digunakan untuk mengatur alam semesta dan menjadi tanda kebesaran Allah.
maka, ketika seorang muslim, yang mengaku mengimani Allah, dengan keimanan yang kaffah (baik secara rububiyyah, uluhiyyah maupun asma' was sifat) malas untuk mengaktualisasi diri dengan cara mancari ilmu, memahamkan diri dengan ilmu, dan mengetahui rahasia kebesaran Allah dengan ilmu, hanya karena alasan ilmu itu ciptaan orang barat dan sebagainya, maka perlu dipertanyakan keimanannya. kenapa?
pengetahuan yang baik, yang hakiki seluruhnya bersumber dari Allah, dikarenakan Allah memiliki sifat maha mengetahu, yang berarti, tidak ada hal yang tidak diketahui Allah, dan apa yang terjadi di alam semesta, secara fundamental ilmunya dimiliki oleh Allah, namun manusia berhak memilikinya dengan cara menggali sendiri ilmu-ilmu tersebut, dengan kemampuan yang mereka miliki.
sedangkan doktrin manusia, adalah bentuk memelintir pengetahuan Allah, dengan menggunakan implementasi yang terkadang tidak berdasarkan nilai ketuhanan, sehingga memunculkan kesan bahwa ilmu pengetahuan merupakan hasil dari karangan manusia.
tetapi, seperti di awal tadi, kreasi Allah tidak akan mampu menyamai penciptanya, begitu pula dengan doktrin manusia, tidak akan mampu mengcover pengetahuan hakiki milik Allah, maka dapat dipisahkan antara pengetahuan Allah dengan doktrin manusia, yang kemudian kita sebagai muslim mampu memanfaatkan pengetahuan Allah sebagaimana mestinya, dengan memakzulkan doktrin manusia.
yang saya maksudkan adalah, selama itu adalah ilmu pengetahuan yang memiliki konten positif, kita harus mengejar dan menyerapnya, untuk kemudian kita pahami dengan kacamata illahiah, sehingga tidak ada ceritanya, seorang muslim malas untuk mencari ilmu, hanya karena alasan ilmu tersebut karya orang kafir dan sebangsanya, karena apabila bersikap seperti itu, sama saja, seorang muslim mengikhlaskan ilmu pengetahuan milik Allah di eksploitasi tidak sesuai dengan fitrahnya, maka ayo kita cerdas bersama, berjalan di alam Allah, untuk mengetahui rahasia di balik keagungannya.
Wallahu 'Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam
Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta
No comments:
Post a Comment