Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Wednesday, April 26, 2017

Kemenangan Menyejarah



Kemenangan Menyejarah
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam

Manusia adalah mahluk hidup dengan kapasitas melakukan perbaikan guna mempermudah hidup. Dilain sisi, manusia pun dapat mengurangi dan menyeleksi kebutuhan dalam hidup, guna memastikan kelangsungan kehidupan masa mendatang. Beberapa ahli menyebutkan, kemampuan ini sebagai bukti otak dan fisik manusia mengalami evolusi. Ahli yang lain berpegang pada kebutuhan manusia untuk terhindar dari seleksi alam membawa pola hidup manusia ke berbagai arah seperti sekarang ini. Tetapi dalam kacamata penulis, manusia bukan berkembang keluar untuk mengakali alam, tetapi justru manusia semakin “megkerut”, kembali menjadi sosok mahluk hidup bagian dari alam, dimana hidup-matinya dipengaruhi oleh kondisi alam sekitarnya.

Beberapa fakta sejarah akan penulis paparkan untuk mendukung teori penulis diatas. Sampai abad ke 19, pola pikir ekonomi manusia adalah orientasi produk. Maksudnya, manusia akan berusaha bagaimana caranya menciptakan produk sebanyak-banyaknya untuk dijual di pasar. Pada saat itu manusia percaya, produk apapun akan ada pembelinya. Konsekuensi dari produksi massal besar-besaran adalah degradasi alam dan lingkungan sekitar. Kota-kota di Eropa menjadi bukti, bagaimana digambarkan pada era itu, Sungai Times di London berubah warna menjadi kehitam-hitaman akibat pencemaran dari sisa industri. Di dunia ketiga pun sama, dimana sumber daya dunia ketiga diperas habis untuk dibawa ke Eropa, baik itu sumber daya alam maupun manusia.

Dewasa ini, meskipun masih ada sistem seperti abad ke-19 dengan industri massif dan sejenisnya, manusia mulai lebih berhati-hati dalam memanfaatkan sumber daya alam. Perlindungan dan pengembalian hutan di negara maju, industri ramah lingkungan, regulasi-regulasi global tentang konservasi alam, adalah wujud kecil kehati-hatian manusia untuk menjaga kelangsungan ekosistem. Bukti lain adalah tren usaha just in time dan just in place, berdampak pada munculnya usaha-usaha kecil tingkat lokal, namun bisa memenuhi kebutuhan komunitas di sekitarnya, atau kita kenal sebagai ekonomi relung. Dengan demikian aka nada perbedaan signifikan kebutuhan manusia antar wilayah dan ini membuat ketergantuangan manusia akan kebutuhan lebih beragam.

Ketergantungan beragam ini entah bagaimana bisa membuat alam terjaga, karena manusia lebih mampu mengklasifikasi kebutuhannya. Misal, orang-orang daerah tropis tidak akan risau secara mayoritas, ketika tidak memiliki pakaian dari bulu binatang. Sedangkan manusia daerah subtropis akan bisa lebih menikmati sesuatu yang mereka butuhkan, karena hanya mereka yang membutuhkan itu. Meskipun masih dalam taraf kecil, perilaku ekonomi manusia kembali secara perlahan-lahan kepada nature nya, kepada keasliannya. Dengan menyeimbangkan antara kebutuhan dengan sumber daya sekitar. Sekali lagi, ini masih sebagian kecil.

Selain dalam bidang ekonomi, berbagai kesadaran secara global pun muncul, dan kesadaran ini membawa manusia kembali kepada titik 0, titik dimana manusia tidak berarti apa-apa. Penulis novel Dan Brown dalam bukunya the Lost Symbol menceritakan tentang pencarian manusia dan pembuktian atas eksistensi arwah. Pemahaman akan arwah adalah salah satu bagian dari keyakinan spiritual, dimana menurut doktrin ilmu pengetahuan baru pemahaman spiritual tidak akan bisa berdamai dengan pemahaman material. Doktrin sains yang tumbuh setelah masa renaisans ini membawa manusia pada pemahaman kebendaan mutlak, dimana semua fenomena di dunia ini akan dapat dijelaskan secara material. Contoh sederhananya, bagaimana Sir Isaac Newton mampu merumuskan “kekuatan tidak terlihat” yang menarik segala benda untuk jatuh kebawa bernama “Gravitasi” kedalam angka-angka dan simbol-simbol.

Namun belakangan, dibantu kemajuan teknologi dan penemuan fakta-fakta terbaru dalam dunia sains, perlahan diakui bahwa benda materiil akan selalu berhubungan da nada karena dorongan-dorongan spiritual. Keajaiban Kristal air, pembantahan terhadap teori evolusi, teori big-bang dan kondisi hampa sebelum adanya alam semesta, teori penyusutan alam semesta, dan penemuan “antimateri”, adalah beberapa bukti bahwa perlahan manusia menghilangkan “kebetulan” dan “kuasa mutlak manusia” dalam kehidupan mereka. Diangkatnya kembali pemahaman adanya “pencipta genius”, kehadiran kita karena direncanakan, teori penciptaan, dan teori “kembalinya segala sesuatu kepada 0” perlahan dibuktikan sendiri oleh sains. Manusia berjalan menuju titik itu, tinggal jawaban masing-masing individu, kira-kira siapakan pencipta genius yang dia yakini.

Nilai-nilai alam dan spiritual pun terlihat dan memperoleh tempatnya sendiri dalam kehidupan manusia sebagai entitas sosial yang berpolitik. Keberjalanan dan kondisi geopolitik dewasa ini membawa manusia menuju tahap yang belum pernah dialami sebelumnya. Berama-ramai manusia menolak adanya pemisahan nilai-nilai spiritual dari kehidupan sosial mereka. Berbagai kebijakan genosida atas nama ras, peperangan atas nama perbedaan golongan telah melatarbelakangi berbagai konflik beberapa tahun terakhir. Kondisi ini mungkin seperti kejadian perang salib dan sebelum-sebelumnya, tetapi yang berbeda, kondisi ini disuarakan oleh entitas manusia yang berusaha dikerdilkan peran agamanya. Ummat islam.

Berbagai bukti pergerakan, perlawanan, dan perjuangan atas dasar ideologis-spiritual islam mencuat di permukaan. Dimulai dari Arab Spring, tahun 2011 dimana beramai-ramai masyarakat menolak kepemimpinan dikatotor-otoriter yang berkuasa berdekade-dekade di timur tengah. Islamisasi eropa dimana krisis agama di eropa dengan segera membuat islam mejadi agama dengan pertumbuhan dan perkembangan terbanyak. Kewajiban dunia dalam mengelola pengungsi dimana para pengungsi seringkali berasal dari negeri mayoritas muslim yang dilanda konflik, menjadi cerita tersendiri. Kemudian, aksi menyejarah di Indonesia, dimana jutaan massa berkumpul dalam sebuah aksi damai terbesar sepanjang sejarah, karena dilandasi kepedulian atas matinya toleransi dan harapan besar akan sebuah bangsa adil dan bermoral.

Kembalinya ummat islam kedalam percaturan dunia jelas telah diantisipasi oleh banyak kalangan. Dan sebagian besar kalangan akan berada di satu suara, menghambat kembalinya ummat islam dan kalau bisa menghancurkannya sampai tidak bersisa. Allah SWT pun melalui nabinya telah berpesan 14 abad sebelumnya, bahwa kelak di akhir zaman ummat islam menjadi tak ubahnya hidangan diperebutkan dari segala sisi oleh orang-orang kelaparan. Maka ganjaran besar bagi ummat islam Allah SWT janjikan jika mampu bertahan dalam suasana demikian menyeramkan dan mematikan.

Inilah titik balik, penulis sebut sebagai kemenangan menyejarah dimana pada akhirnya secara sosial manusia kembali pada kondisi 0, kondisi ketiadaan. Kondisi bahwa manusia tidak jauh lebih berarti dari manusia lain, tidak jauh lebih penting dari mahluk hidup lain. Islam adalah agama, dimana prinsip ini menjadi fondasi tidak terbantahkan. Pengakuan islam atas eksistensi satu tuhan maha segala-galanya, dimana manusia sama sekali tidak ada artinya menjadi nilai dasar dalam memahami dan memeluk agama islam. Dengan berislam, manusia akan tunduk kembali kepada titik 0, dan titik 0 itu adalah kita manusia hanyalah hamba sahaya-Nya Allah SWT.

Dengan berbagai pemaparan diatas baik itu dari ekonomi, sains maupun sosial politik, manusia berjalan secara pasti menuju arah yang tepat. Allah SWT sendiri berfirman bahwa ketidaktahuan kita atas sesuatu fenomena adalah sebuah kewajaran, karena kita belum diberikan kekuatan untuk membongkar fenomena itu. Namun dengan semakin kita mampu menggunakan kekuatan ekonomi, sains dan sosial, justru fenomena-fenomena spiritual yang tidak dapat kita pahami menjadi jawaban akhir atas segala hal. Terbukti beberapa ilmuwan pencari kebenaran segera berpindah agama selepas menemukan jawaban atas fakta-fakta dan fenomena alam disekitar mereka telah dijelaskan 14 abad lalu oleh Al-Qur’an. Sebut saja penemu “dinding pemisah” antar lautan, para evolusionis yang terbantahkan argumennya, hingga seorang penemu fakta mengapa lutut manusia menekuk ke depan.

Secara spiritual, fenomena diatas adalah wajar, karena Allah SWT memang mendesain segala sesuatu di dunia ini. Namun dalam kacamata sosial, sebuah revolusi besar-besaran dan terjadi secara mendasar tengah berjalan. Dimana manusia kembali menyadari alasan mengapa dia ada di dunia dan untuk apa dia ada di dunia. Kemenangan hasil hitung cepat pilkada DKI Jakarta menjadi sebuah katalis global, dan tentu hal ini dipandang sinis oleh masyarakat dunia. The Wall Street Journal menyebut kemenangan Anies-Sandi sebagai kemenangan Islamis Garis Keras, beberapa pihak di Indonesia menyebut isu pilkada DKI Jakarta adalah isyarat matinya kebhinekaan, dan berbagai kalimat miring, ngawur serta tidak jelas lainnya.

Penulis akan kembali kepada statemen “Islam adalah agama, dimana tuhan tunggal mendesain semua di dunia ini, dan Dia yang Berkehandak atas apapun di dunia ini”. Lantas, sebagai hambanya mungkinkah ummat islam menentang keberagaman? Allah SWT Menciptakan keberagaman! Ditegaskan lagi di Al-Qur’an bahwa tiada paksaan dalam beragama. Sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan islam membawa damai di wilayah sumbu pendek dunia, Jeussalem. Allah SWT juga yang memberikan pilihan, manusia berhak memilih untuk jadi apapun! Tetapi sebagai hambanya sudah semestinya kami memberitahukan mana jalan terbaik. Allah SWT berfirman, dan jika kamu terpaksa berdebat, berdebatlah dengan cara yang baik.

Lantas kenapa di Timur Tengah islam dibawa dengan senapan dan roket? 1945 di Surabaya, tepatnya tanggal 10 November kita membawa senjata juga ke jalan-jalan. Mungkinkan kamu membalas mereka yang membom rumahmu, memperkosa istri dan anak-anakmu dengan coklat? Jika tidak ada penindasan, provokasi dan penjajahan, ummat islam akan menjadi ummat paling penyayang sepanjang sejarah.

“Tersebutlah suatu ketika Rasulullah SAW menerima tamu dan meminta salah satu sahabat untuk menjamunya. Sahabat ini tidak memiliki apa-apa dirumah, hanya satu porsi makan saja. Ditidurkanlah anak-anaknya, disediakan dua piring, dimatikanlah lampu. Sang tamu makan dengan lahap, sang sahabat hanya menemani sambil berpura-pura makan”

Itulah islam, dan boleh dibilang penulis iri dengan penduduk Jakarta pada 19 April lalu. Tanpa diminta ribuan orang berkorban harta agar para pemilih miskin bisa pulang ke tanah kelahiran untuk memberikan dukungannya. Berbagai elemen masyarakat tunduk sujud dan menangis mengharap Allah SWT melindungi bangsa Indonesia. Manusia bersinergi, menjaga segala kemungkinan terburuk berupa perpecahan dan konflik tidak penting yang diprovokasi orang-orang tidak bertanggung jawab. Sungguh menyejarah, kemenangan menyejarah.

Perlahan manusia kembali kepada titik 0, titik dimana dia menyadari dia lemah dan tidak berarti dihadapan Tuhan. Dan manusia Indonesia memulainya di Ibukotanya.

God Knows Best

Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

No comments:

Post a Comment