Dibalik Layar Peradaban
Surah Yaasin adalah surah dalam Al-Qur’an yang memiliki arti
khusus bagi masyarakat Indonesia. Sebuah wawancara acak yang dilakukan tim
Beriman Trans TV, dari 5 Responden yang ditanyakan tentang kedekatannya
terhadap Al-Qur’an, 4 diantaranya menjawab setiap malam jum’at mereka
meluangkan waktu membaca yasiin. Sedangkan di lingkungan sekitar penuis, yassin
akrab dikenal sebagai bacaan Al-Qur’an diperuntukkan bagi arwah orang
meninggal. Di pekuburan setiap idul fitri, bergema orang membaca yassin,
termasuk dalam perayaan 7, 70, 100 hari peringatan kematian seseorang.
Memang banyak diperdebatkan tentang kebiasaan yang
dilaksanakan masyarakat tersebut, namun secara dasar bacaan AL-Qur’an manapun
itu ayat dan surah nya adalah bacaan berpahala. Secara positif, yaasin membuat
masyarakat Indonesia masih terikat baik dengan Al-Qur’an, dan tidak melupakan
Al-Qur’an. Aksi Bela Islam menjadi representasi kedekatan masyarakat Indonesia
dengan Al-Qur’an. Sedikit banyak, bisa kita simpulkan bersama surah yaasin
menjadi salah satu surat favorit masyarakat Indonesia, dilihat dari keterikatan
surah yaasin dalam budaya masyarakat dan kebiasaan masyarakat meluangkan waktu
di malam jum’at untuk membacanya.
Dilain sisi, surah yaasin memiliki cerita yang menarik, juga
lengkap. Karakter manusia beriman dan kafir tergambar jelas dalam surah ini,
begitu juga dengan pengalaman di alam setelah kematian serta penggambaran
keindahan surga dan kebaikan-kebaikannya. Episode-episode digambarkan dengan
runtut, sehingga membuat pembaca berpikir dan merenungi kehidupannya sendiri.
Didalam surah yaasin ada sebuah episode, terkhusus membuat penulis tertarik,
dan episode tersebut adalah cerita seorang utusan yang diutus kedalam suatu
kaum.
Utusan tersebut tidak secara eksplisit disebutkan namanya
siapa, kaum tersebut tidak disebutkan kaum siapa keturunan mana. Namun seperti
biasa, utusan kebenaran akan selalu ditolak, kebenarannya dikhianati oleh
kaum-nya. Bahkan meskipun sang utusan telah mengatakan bahwa dia tidak meminta
balasan apapun, dan meyakinkan bahwa Allah lah sebaik-baik pemberi hidayah dan
pertolongan. Kaumnya tetap menolak dan membalikkan punggung mereka dari sang
utusan, menolak kebenaran.
Akhirnya dalam suatu waktu, seorang laki-laki dari bagian
jauh kota, berteriak “kalian dengarkan dan ikuti kebenaran yang dia (utusan)
bawa”. Laki-laki ini, tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur’an. Dia diceritakan
merupakan laki-laki dari Aqsal Madina, ujung kota, sebuah kota yang tidak tahu
kota semacam apa. Meneriakkan anjuran untuk mengikuti kebenaran, padahal kaum
tersebut menolak kebenaran itu mentah-mentah. Dia tidak dikenal, manusia tidak
mengetahui secara eksplisit siapa dia, namun dia berani meneriakkan kebenaran
dan kebaikan.
Sejarah mencatat, tokoh luar biasa seperti laki-laki dari
ujung kota seringkali menjadi individu yang membalik paradigma masyarakat.
Dalam kisah di surah yaasin, tidak dijelaskan apa yang terjadi kepada laki-laki
tersebut, namun laki-laki itu berandai-andai, jika saja kaumnya mengetahui
alasan dia bisa masuk surga. Diakhir cerita, Allah menegaskan, dengan satu
teriakan, mereka semua (kaum yang membangkang itu) dimusnahkan, dan mereka
kembali dengan penyesalan. Maka disimpulkan, laki-laki ini menjadi martir,
seperti biasa ketika seorang tidak dikenal menyokong kebenaran dia hanya
dihadapkan pada 2 pilihan, hidup mulia atau mati syahid. Dan paradigma kaum
tersebut berubah, menjadi sebuah penyesalan yang terlambat.
Dunia senantiasa diciptakan dalam keadaan seimbang, kebaikan
berhadapan dengan keburukan, cahaya berhadapan dengan kegelapan. Selain
seimbang, dunia senantiasa saling melengkapi, keberadaan cahaya selalu disertai
dengan adanya bayangan, keberadaan manusia dilengkapi dengan adanya interaksi
sosial. Laki-laki yang diceritakan dalam surah yaasin adalah perwujudan
tokoh-tokoh dibalik bayangan, bayangan dari sebuah kebenaran bernama tauhid.
Jika diibaratkan tauhid adalah cahaya, maka tauhid adalah
cahaya agung satu-satunya yang membawa manusia dari kegelapan. Dalam kerjanya,
tauhid akan senantiasa disokong oleh mereka, orang-orang dibalik bayangan,
tidak dicatat sejarah, tidak diketahui manusia. Tetapi kehadirannya membawa
dampak luar biasa dalam eksistensi dan dakwah tauhid kepada manusia.
Kita mungkin mengetahui, Rasulullah SAW mengumpulkan sahabatnya
di rumah seseorang bernama Al-Arqam bin Abil Arqam, tetapi tidak ada satupun
dari kita yang tahu, siapa nama asli Al-Arqam. Kita semua mungkin mengenal
gerakan perjuangan Hamas, namun dunia tidak mengizinkan seorang Abu Ubaidah
dikenali wajahnya baik oleh sekutu maupun oleh musuh. Sebgaimana dalam kisah
lama, dimana Nabi Musa A,S melakukan perjalanan luar biasa bersama Khidir A.S,
dimana kita tidak tahu siapa pembantu yang menemani Nabi Musa dalam
perjalanannya. Bahkan pemegang saham
kebangkita pergerakan ummat islam salah satunya hanyalah seorang guru sekolah
dasar!.
Bisa kita simpulkan, inilah salah satu skenario indah Allah
SWT dalam menjaga cahaya kebenaran-Nya, dimana dia memberikan hidayah kepada
laki-laki dibalik bayangan. Mereka yang secara diam-diam mengakui, mengamalkan
dan menyebarkan kebenaran yang Allah SWT sentuhkan kepada mereka. Mereka
bergerak dalam diam, tidak dikenal dan bahkan dilupakan manusia, namun
kerja-kerja mereka tak ubahnya seperti sebuah fondasi, kokoh dalam menopang
keagungan tauhid. Mereka pun menjadi individu tercepat dalam mengakui
kebenaran, meskipun tahu akan resiko yang harus dibayarkan.
Inilah dakwah islamiyyah, dimana setiap orang yang
menganggap dirinya da’i harus berpantang meremehkan kinerja orang lain. Dimana
dia harus bersiap, ketika namanya dihapuskan dari sejarah karena dia harus
menjadi tokoh dibalik bayangan. Dimana dengan segala kemungkinan, kematian
senyap dan sepi menjadi kawan, karena apa yang dia emban tidak diijinkan untuk
diketahui orang lain. Inilah kondisi, dimana hanya dia dan Allah yang tahu, dan
tidak ada satupun manusia yang peduli dengan dia. Karena dakwah adalah cahaya,
maka dia akan selalu menghasilkan bayangan, para pahlawan senyap dengan
kontribusi setinggi langit.
Laki-laki dari kejauhan kota menjadi sebuah contoh nyata,
Allah SWT mengetahui kerja hamba-Nya, serta menjada harga diri dan kemuliaan
amal hamba-Nya. Allah SWT pasti mengetahui betul nama dan nasab hambanya itu,
namun tidak Allah SWT ceritakan, karena kelak laki-laki ini akan menjadi contoh
sebuah pengorbanan sejati para aktor dibalik bayangan. Allah SWT tidak
menceritakan bagaimana proses ujian yang dia hadapi, karena Allah SWT tahu,
hanya Allah SWT dan laki-laki itu yang tahu, dan Allah adalah sebaik-baik
pemberi balasan.
Sekarang, apakah kita siap memperoleh kemuliaan seperti itu?
Kemuliaan, ketika hanya kita dan Allah SWT yang tahu amalan kita. Kemuliaan,
ketika Allah SWT dan malaikatnya menjadi saksi kematian kita dalam sunyi senyap
dari hingar-bingar kehidupan. Kemuliaan, ketika kita bisa berandai-andai di
surga, “seandainya mereka tahu, apa yang membuatku memperoleh surga”.
Kemuliaan, ketika dengan kerja sunyi kita, islam tegak dan meraih kejayaan, dan
kita menjadi salah satu investor terbesarnya.
“Dakwah adalah jalan sunyi, panjang jarak menanti, halangan
rintangan menghalangi, menguji diri pribadi. Bergerak dalam sepi, tidak banyak
yang menyertai”
Itulah dakwah. Surah yaasin, laki-laki di kejauhan kota, dan
sejarah telah membuktikan. Bahwa tidak ada yang sia-sia dalam kita bekerja
untuk Allah SWT.
Semoga Allah SWT memberikan pintu hidayah, kepada siapapun
yang menghayati kitabnya, dan Allah SWT memberkahi negeri ini, Indonesia.
Wallahu ‘Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Tulisan ini telah dimuat dalam situs selasar.com, silahkan klik pranula dibawah :
No comments:
Post a Comment