Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Thursday, November 26, 2020

Merangkai Cita Akhirat

Sumber : Koleksi Pribadi Penulis

 

Merangkai Cita Akhirat

Oleh : Muhammad Abdullah 'Azzam

 

Sebuah tulisan yang sakjane  berkontradiksi dengan apa yang saya pelajari bertahun-tahun

 

Tidak ada yang salah dengan merangkai cita-cita. Jelas wong kita hidup itu ya di dunia, kalau diberikan rahmat Allah SWT sehingga kita masuk surga urusan sudah selesai, tinggal rehat-rehat saja. Ya bersama kita berdoa agar perbuatan kita tidak membawa diri ke neraka Allah SWT, tidak jadi istrahat, adanya pederitaan tiada akhir disana. Tetapi ‘ala kulli haal, segala sesuatu memang diselesaikan di dunia, mulai dari amal sholih, hutang piutang, dan urusan hidup sehari-hari.

 

Sangat bisa dipahami kalau akhirnya muncul berbagai macam motivasi-motivasi untuk bisa memperoleh, mencapai sesuatu di dunia. Menuliskan 100 mimpi di kertas misalkan, atau mendoakan mimpi-mimpi tersebut di sholat malam, semua ini tidak ada salahnya. Karena di dunia, dengan mimpi-mimpi itulah orang melihat kita, dengan mimpi itulah kita dikenal orang. Akhirnya muncul mimpi-mimpi setengah tidak waras dan diluar logika, seperti misalkan naik helicopter ke kantor biar tidak macet, atau mungkin punya suami kayak Lee Min Hoo, atau ingin pindah ke Jepang dan jadi artis manga (komik jepang) disana, semua absah kita dengar, kita baca, dan sering turut kita doakan. Hal ini wajar, kenapa, semua mimpi itu selalu bernafaskan kebaikan, kebahagiaan.

 

Toh apa salahnya mendoakan kebahagiaan buat orang lain karena toh pada akhirnya, membuat orang lain bagagia juga berpahala.

 

Seiring berjalannya waktu, dengan usaha dan kasih sayang Allah SWT perlahan-lahan satu demi satu mimpi mulai tercapai. 100 mimpi di kertas mulai tercoret satu demi satu, tahajud dan sholawat mulai “menghasilkan” dengan sayangnya Allah SWT kita diizinkan untuk menikmati berbagai nikmat dunia yang sudah dicita-citakan. Hingga tanpa sadar waktu sudah hampir habis, usia sudah mulai menua, hingga “tidak tahu lagi” mau mencapai apa.

 

Pada titik ini seringkali orang mulai melihat kebelakang, menimbang-nimbang apa yang kurang. Iya, jawabannya sederhana, kadang orang kurang mempersiapkan bekal apa di Akhirat nanti.

 

Karena sangat sederhana, sangat-sangat sederhana. Islam tidak pernah mengajarkan, bahwa kita masuk surga karena usaha-usaha kita. Usaha-usaha ini, ikhtiar ini adalah kebaikan untuk diri kita sendiiri agar Allah SWT memperkenankan turunnya rahmat kepada kita. Tetapi bukan tidak mungkin diri kita sendiri yang akhirnya merusak turunnya rahmat itu, ini belum termasuk kalau kita menghitung khilaf dan alpa nya kita sebagai manusia, sebagai seorang hamba.

 

Dalam hadits Rasulullah SAW dar Abu Hurairah RA yang dirawayatkan oleh Imam Muslim, An-Nasa’I, Imam Ahmad dan Baihaqy, terdapat kisah tentang Syahid, Ahli Quran dan Dermawan yang semuanya gagal masuk surga. Kegagalan ini disebabkan bukan karena kurangnya amal, bukan karena sedikitnya pengorbanan. Tetapi Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah, semuanya karena adanya kehausan, kehausan yang tidak pernah bisa memuaskan Anak Adam kecuali para mukhlasin. Kehausan akan apresiasi, keharusan akan pujian, kehausan akan perhatian, kehausan akan nilai-nilai apik dihadapan manusia.

 

Sungguh Ikhlas itu sangatlah berat, sungguh menjaga niat itu adalah pekerjaan luar biasa.

 

Inilah sebuah fakta sederhana yang menunjukkan betapa rapuhnya manusia, betapa rawan seorang manusia jatuh dari kemuliaan menuju kehinaan. Kalau ditanya apa yang bisa kita sebagai mansia perbuat untuk menangani hal ini, Subhanallah, bahkan penulis pun bisa jadi lebih hina dina daripada pembaca sekalian.

 

Maka disini penulis hanya bisa menghimbau dan coba mengajak, sejauh mana goresan-goresan mimpi itu memposisikan goal kita semua saat di akhirat. Perlu ada sebuah pandangan yang jauh lebih dalam, alasan utama apa yang membuat akhirnya pena tergores dan akhirnya menjadi sebuah obsesi. Inilah nyatanya hidup karena pada intinya hidup ini untuk pulang, maka memastikan bekal pulang lebih penting, dengan tidak menafikkan tools-tools yang bisa dipakai untuk mempersiapkan bekal pulang.

 

Wallahu ‘alam namun wajar dalam kacamata manusia, lebih nyaman beribadah di ruangan ber-AC di tengah kondisi yang pancaroba. Meskipun ada hamba-hamba Allah SWT yang mulia, yang sejatinya mampu menikmati nikmat ibadah, dari ibadah itu sendiri.

Inilah kenapa penulis menyebut tulisan ini kontradiktif, karena sampai tulisan ini tayang dan njenengan baca, sudut pandang penulis masih ruang ber-AC à bisa bikin ibadah lebih nyaman.

 

Disini penulis juga berada pada posisi yang sama. Masih banyak mimpi yang ingin penulis kejar ingin penulis capai, ingin penulis buktikan kepada mereka yang meragukan, kepada mereka yang memandang remeh. Hingga kalau ditanya apakah sudah ada cita akhirat didalamnya, penulis mungkin hanya bisa terdiam, tidak mampu menjawab. Karena apalah cita akhirat jika bahkan dalam tulisan ini penulis masih “mengkritik” para pejuang mimpi, dan bisa jadi kritik ini tidak tulus, masih banyak dibakar oleh Hasad, oleh kebencian, oleh iri dan dengki.

 

Tetapi ‘ala kulli haal, ini semua adalah salah satu usaha dari hamba Allah SWT yang lemah dan fakir ini untuk dapat menyampaikan sesuatu, terutama mengingatkan diri sendiri atas apa-apa yang sudah lewat, sudah Allah SWT berikan kontan di dunia. Dengan penuh harap agar kelak Allah SWT masih menyimpan sekian rahmatnya untuk bisa digunakan oleh penulis, keluarga penulis, handai taulan, dan mungkin ummat islam yang tengah hidup dan berjuang di zaman ini, atau mereka yang telah mendahului, atau para pejuag di masa mendatang.

 

Agar kita semua disatukan dan dibangkitkan dibawah panji dan kalimat Laa Ilaaha Illaallah. Diberikan hak menikmati surga dalam naungan cinta-Nya.

 

Sesederhana itu.

 

Mimpi-mimpi ini, mimpi-mimpi kita akan lebih bermakna insya Allah, jika selalu ada Allah SWT didalamnya. Dan saat akhirnya mimpi itu tercapai, semoga Allah SWT berkenan menghadirkan wajah dan kekuasaannya sebagai hal pertama yang kita ingat.

Wallahu ‘Alam

 

Alhamdulillah, semoga bisa terus menebar manfaat kepada pembaca-pembaca lain, yang mungkin sedang mencari inspirasi. 355.000 and still counting insya Allah!

No comments:

Post a Comment