Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Monday, April 9, 2018

Adam's Equity Theory : A Review


Teori Kesetaraan
A Review from Miner Chapter 5
This Text are written in Bahasa


Perasaan ketidakadilan ditemukan telah menjadi salah satu sumber dari ketidakpuasan dalam bekerja dalam temuan-temuan awal Herzberg. Meskipun demikian, teori Herzberg hanya memberi perhatian kecil terhadap hal tersebut, meskipun beberapa teori lain menunjukkan fokus kepada hal tersebut dan telah coba diartikulasi oleh beberapa individu dengan latar belakang berbeda. Pada dasarnya, artikulasi yang dilakukan telah melampaui batas-batas hubungan organisasional, seperti hubungan eksploitatif, hubungan saling menolong dan hubungan intim (Walster, Barscheid dan Walster 1973). Namun demikian, teori yang dikemukakan oleh Adams (1963a dan 1965) dinilai sebagai teori paling relevan dalam memahami motivasi karyawan, namun juga paling lengkap artikulasi nya. Teori ini, yang umum disebut teori kesetaraan (Equity Theory) telah menjadi landasan bagi proposisi-proposisi riset, dan landasan bagi para administrator keungan di berbagai perusahaan. Dan Adams memberikan apresiasi kepada teori sebelumnya yang lebih umum seperti disonansi kognitif Festinger dan keadilan distributive Homans.

TEORI ADAMS
Teori ini Adams rumuskan setelah dia melaksanakan beberapa uji di General Electric Company di Crotonville, New York. Prinsipnya, memang orang bergerak disebabkan ingin mencari kesetaraan, namun sebelum gerak tersebut bisa dimobilisasi, perlu dilihat apa-apa sebenarnya yang dipandang sebagai ketidaksetaraan.

Anteseden Ketidaksetaraan
Teori ini dimulai dengan memandang bahwa individu dalam perusahaan, melihat apa yang dilakukan kepada perusahaan sebagai investasi, sebagai masukan. Artinya, apa yang nanti akan dia terima dari perusahaan, dia pandang sebagai hasil perolehan dari yang dia lakukan. Jika individu memandang yang dia berikan memperoleh balasan yang dirasa pantas, atau proses input-outcome ini berfungsi dengan baik, dia akan terpuaskan, jika tidak berfungsi dengan baik maka akan terjadi sebaliknya. Selain itu, variable teoritik berikutnya adalah individu juga mengukur proses input-outcome ini dengan rekan sejawatnya, jika dirasa rekan sejawatnya tidak memperoleh outcome lebih besar meskipun inputnya dirasa oleh individu tersebut kecil, maka bisa jadi individu tersebut merasa tidak diperlakukan setara dengan rekan kerjanya.
Dibawah ini adalah rumusan input dan outcome oleh Adams :



Definisi Ketidaksetaraan
Ketidaksetaraan muncul ketika rasio input-outcome seorang individu berbeda secara signifikan dengan rasio input-outcome referensi yang individu gunakan. Misalkan seseorang melihat rekan kerjanya yang satu divisi dan satu level jabatan memperoleh pendapatan lebih besar, bisa jadi dia merasa diperlakukan tidak setara, dihargai lebih rendah dari rekan kerja nya. Selain itu rasa ketidaksetaraan juga bisa muncul jika individu dan referensi nya hanya memperoleh outcome yang stagnan.
Input dan outcome juga memiliki bobotnya masing-masing, namun dalam menilai ketidaksetaraan ini semua input dan outcome dijumlahkan total menjadi satu, meskipun jelas faktor pendidikan menjadi faktor input paling dominan dan pembayaran menjadi faktor outcome dominan juga. Dan pada akhirnya, beberapa kasus menyebut bahwa perasaan “dibayar lebih” bisa bernilai positif dibanding “dibayar tidak seharusnya” , karena orang lain bisa melihat hal tersebut sebagai “keberuntungan yang bagus saja”. Berikut skema ketidak setaraan yang disusun oleh Adams.


Reaksi dari Ketidaksetaraan
Individu bisa memiliki beberapa reaksi dalam menghadapi ketidak setaraan. Yang dirumuskan Adams adalah :
Menyesuaikan Input : input akan diturunkan untuk disesuaikan dengan outcome yang mungkin dia raih
Menyesuaikan Outcome : usaha-usaha untuk menyesuaikan Outcome, seperti misal meminta kenaikan pembayaran
Mendistorsi salah satu, baik itu input atau outcome miliknya : usaha yang dinilai tidak bisa dilakukan di dunia nyata karena masing-masing memiliki bobot yang berbeda
Meninggalkan Lapangan : meminimalkan interaksi antara individu dengan hal yang membuatnya merasa tidak diperlakukan setara. Beberapa reaksi dalam hal ini bisa terhitung ekstrim dan hanya terjadi jika ketidaksetaraan telah terjadi sedemikian besarnya.
Bertindak seperti yang dilakukan referensi : usaha untuk berbuat sebagaimana yang referensi perbuat
Merubah sumber referensi : biasanya individu akan mencari referensi lain yang bisa lebih dekat dengan apa yang dia alami
Selain itu ada beberapa pilihan reaksi lain namun Adams membuat beberapa statemen teori sebagai berikut :
1.      Secara umum individu akan memaksimalkan outcome dengan nilai tertinggi dan outcome rata-rata keseluruhan
2.      Input yang membutuhkan usaha keras akan ditingkatkan secara minimalis
3.      Perubahan yang terjadi pada input yang merupakan nilai diri, akan ditolak. Sebagaimana outcome juga demikian jika individu memiliki relevansi yang tinggi atas dirinya
4.      Distorsi input and outcome dari sumber referensi lebih mudah terjadi dibanding yang dialami sendiri
5.      Meninggalkan lapangan terjadi jika level ketidaksetaraan sudah dinilai besar. Membolos mengindikasikan perasaan ketidaksetaraan lebih rendah dibanding dengan memisahkan diri dari perusahaan
6.      Mengganti sumber referensi bisa berbuah penolakan, karena sumber referensi tertentu telah menjadi pedoman dalam waktu yang lama.

Pengembangan dan Pernyataan Kembali
Sifat alamiah dan proses rasionalisasi dari teori kesetaraan (ekuitas) berkembang dari 4 proposisi yang diajukan oleh Walster, Barscheid dan Walster (1973) yang kemudian dipromosikan oleh Adams dan Friedman (1975). Keempat proposisi itu adalah :
1 : Individu akan berusaha memaksimalkan outpu
IIA : penghargaan kolektif kelompok akan dimaksimalkan dengan menerima sistem “kesetaraan”
IIB : penghargaan akan diberikan kelompok pada individu yang berlaku adil/setara, begitupun sebaliknya
III : hubungan tidak setara akan membuat individu tertekan
IV : rasa tertekan karena tidak diperlakukan setara akan membawa individu kepada usaha untuk memperoleh kesetaraan
PENELITIAN AWAL TENTANG PEMBAYARAN
Eksperimen Pertama
Dilakukan dengan melibatkan 22 orang siswa dari New York University untuk melakukan pekerjaan wawancara dengan gaji 3.50 dollar per/jam. Dilakukan Adams dan Rosenbraun (1962), dengan hasil awal pekerjaan berupa wawancara dilakukan terus menerus selama beberapa bulan. Dengan membagi 2 kelompok dimana yang satu dikatakan “mereka tidak berada di kualifikasi pembayaran 3.50 dollar” akan membuat kelompok tersebut berusaha lebih keras memenuhi kualifikasi mereka.

Eksperimen Kedua
Penelitian kedua ini dilakukan untuk melihat apakah karyawan melakukan sesuatu dikarenakan merasa khawatir pekerjaan nya hilang, dilakukan oleh Arrowood dan dilaporkan oleh Adams (1963a) penelitian ini dilaksanakan di Minneapolis dengan konsep seperti penelitian pertama (pekerjaan berupa wawancara). Namun yang berbeda, hasil pekerjaan tidak dikirimkan kepada tim peneliti, jadi tim peneliti tidak tahu kualitas pekerjaan dan tidak memiliki kemampuan untuk memecat orang. Hasilnya, kelompok yang dikatakan mereka tidak memiliki kapabilitas tetap berusaha memenuhi kapabiltas mereka sebagaimana penelitian pertama. Artinya, perasaan untuk menghilangkan ketidaksetaraan lebih mempengaruhi kualitas pekerjaan dibandingkan kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan.
Eksperimen Ketiga
Sebagaimana penelitian sebelumnya namun diperkenalkan sistem pembayaran berdasarkan hasil produksi, dalam hal ini wawancara (Adams dan Rosenbraun, 1962). Dengan pembagian kelompok sebagai berikut :

Hasilnya pengenalan metode pembayaran tersebut membuat masalah semakin kompleks, dimana perasaan tidak setara semakin menjadi. Ditunjukkan dengan kelompok ke 3 paling sedikit melaksanakan hasil wawancara.

Eksperimen Keempat
Dilakukan oleh Adams (1963b) untuk menguji hipotesis dalam kondisi ketidak setaraan tertentu, orang akan cenderung meningkatkan kualitas kerja yang tidak meningkatkan outcome, daripada menurunkan kualitas kerja untuk meningkatkan outcome. Hasilnya, orang yang cenderung dihargai berlebih mengumpulkan lebih sedikit wawancara, namun waktu wawancara mereka lebih lama dari yang diperlakukan setara.
Eksperimen Kelima :
Dilakukan untuk menguji variable insekuritas pada penelitian kedua (Adams dan Jacobson, 1964). Secara umum tetap diperoleh bahwa dengan kondisi tidak setara seperti demikian orang tetap melakukan lebih sedikit pekerjaan namun berkualitas. Akan tetapi ada beberapa individu yang tetap meningkatkan produksi meskipun kualitas nya tidak baik, demi memperoleh outcome lebih besar. Dikarenakan kondisi tertentu mereka, seperti membutuhkan uang dan lain sebagainya. Faktor ketidak setaraan ditemukan masih dominan dalam melihat motivasi kerja karyawan dibandingkan dengan faktor insekuritas.

UJI PENELITIAN LAIN
Penelitian-penelitian awal hampir seluruhnya berforkus pada kondisi overreward (dihargai lebih), kemudian berbelok menuju kondisi underreward (dihargai lebih rendah), baru kemudian hal-hal lain dibahas untuk melihat validitas dari teori.
Overreward Inequity (Ketidaksetaraan karena Penghargaan Lebih)
Penelitian yang mengkaji teori ekuitas dari kondisi demikian mempertanyakan dan coba melihat 2 hal, dalam hal ini adalah penjelasan dari keterlibatan faktor ketidakamanan (insekuritas) dan harga diri dan faktor durasi waktu. Tema bahasan pertama disebabkan karena temuan dalam penelitian teori ekuitas, menyerahkan aspek motivasi karyawan disebabkan karena kondisi tidak setara. Sedangkan dimensi waktu beberapa ilmuwan lebih ingin melihat bagaimana durasi perjalanan organisasi kaitannya dengan apa yang diprediksi dan digambarkan oleh teori ekuitas.

Underreward Inequity (Ketidaksetaraan karena Penghargaan yang Lebih Rendah)
Penelitian pada bidang ini dilakukan untuk melihat kondisi jika objek penelitian dihargai lebih rendah dari yang seharusnya. Penelitian yang dilakukan membawa 2 tema, yang pertama adalah penelitian dalam pembayaran dan performa. Sedangkan yang kedua adalah penelitian pada perilaku membolos dan turnover (pengunduran diri). Kedua tema dimunculkan karena mengkondisikan objek untuk berada pada posisi dinilai lebih rendah akan memunculkan rasa tidak nyaman, dan pada akhirnya hubungan-hubungan dengan perilaku serta performa bisa dilihat. Teori ekuitas juga menawarkan beberapa prediksi terkait hal ini, oleh karena itu penelitian atas tema ini juga bisa didasarkan pada teori ekuitas.

Penelitian Alokasi Penghargaan
Penelitian ini mendasarkan pada konsep individu akan mengalokasikan penghargaan (outcome) secara proporsional, dengan melihat variasi input. Dalam penelitian ini para ahli mencoba memberikan variasi outcome dengan kondisi input yang berbeda, untuk menguji konsep diatas.
Penelitian dalam Perbedaan Individu
Penelitian ini disebabkan karena dalam beberapa penelitian tentang teori ekuitas, kondisi status individu sering disebut-sebut dan disinyalir juga memiliki peran penting dalam menilai motivasi karyawan dengan menimbang kepada bagaimana kondisi individu mempengaruhi kualitas input. Bisa jadi ada beberapa faktor individual yang memunculkan perasaan tidak setara dan inilah yang para peneliti coba temukan.

KESIMPULAN
Saintifik
Secara dampak, sudah tidak mungkin dikatakan dampak apa yang diberikan teori ekuitas kepada aspek aplikasi. Teori ini diketahui umum oleh para administrator kepegawaian dan memberi rekomendasi dalam menentukan skala pembayaran. Yang menjadi masalah belum ada prosedur definitive yang bisa dihubungkan antara teori ekuitas dan Adams yang diterima dan dibangun secara umum. Ada beberapa masalah dalam teori ini seperti dalam lingkup luas tidak ada hipotesis yang presisi, tidak diizinkannya prediksi referensi jika lingkup referensinya sangat luas, gagal memberikan indikasi yang jelas bagi para ahli strategi dalam menentukan metode menangani ketidaksetaraan, bagaimana orang gagal melihat banyak faktor untuk dinilai sebagai input dan outcome serta hal-hal lain. Masalah-masalah diatas telah dipahami oleh Adams dalam tulisan-tulisannya dan menjadi jalan bagi para peneliti untuk menguji atau bahkan memperbaiki teori ini.
Manajerial
Teori ini bisa menjadi harapan dalam sudut pandang manajerial sebagai salah satu langkah untuk mencapai terobosan besar dalam dunia manajerial. Beberapa hal yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan teori ekuitas adalah improvisasi performa dan mencapai kesetaraan. Teori ekuitas menjadi landasan bagi jajaran manajerial, dalam melihat motivasi karyawan diluar kekurangan dari teori ini. Sedangkan teori ekuitas menunjukkan beberapa cara untuk dapat mencapai kesetaraan. Juga ada beberapa hal lain dalam aspek manajerial yang dipengaruhi oleh teori ini seperti menjadi aplikasi dalam memahami perilaku organisasi, menjadi predictor dalam hal reaksi karyawan, dan hal-hal lain.



Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.

For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini


Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 




No comments:

Post a Comment