Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Wednesday, July 26, 2017

Ma’shum-nya Rasulullah SAW



Ma’shum-nya Rasulullah SAW
Sebuah Refleksi Sejarah

Tantangan terberat menjadi laki-laki sejati adalah dalam 2 hal, keberanian mengakui kesalahan dan keberanian untuk meminta maaf. Laki-laki secara fitrah memang dibelaki Allah SWT dengan berbagai sifat. Beberapa kebudayaan baik di timur maupun di barat mengumpulkan 7 sifat yang berbahaya bagi laki-laki (dalam hal ini manusia secara umum), ketujuh sifat tersebut adalah Lust (nafsu seksual), Gluttony (rakus), Envy (iri dengki), Sloth (malas), Wrath (Angkara Murka), Greed (ketamakan) dan Pride (kebanggaan).

Dalam berbagai cerita baik di barat maupun di timur, manusia bisa lebih mudah mengendalikan 6 nafsu pertama. Nafsu seksual, kerakusan, iri, kemalasan, angkara murka dan ketamakan bisa lebih mudah manusia kelola. Namun, bahkan orang suci sekalipun akan sangat sulit melepaskan diri dari rasa bangga atas dirinya. Pernah kita dengar cerita tentang Harut dan Marut? Kedua malaikat yang Allah gariskan berkesempatan menjalani kehidupan sebagai manusia.

Mereka berdua diturunkan di Babilonia, dan singkat cerita karena kecerdasan dan sifat keadilan mereka menjadi hakim, dan berhasil menyelesaikan banyak masalah secara adil. Hingga suatu hari datanglah seorang wanita cantik yang dia memiliki masalah dengan suaminya. Entah karena bisikan apa, mereka berdua sebetulnya tahu bahwa sang wanita bersalah, namun karena kebanggaan mereka sampai merekayasa agar sang suami bersalah dan dihukum berat. Akhir cerita ini cukup menyedihkan, dimana Harut dan Marut akhirnya jatuh ke jalan binatang, dan tentu tidak ada kebaikan menanti bagi mereka yang jatuh di jalan binatang.

Seorang mantan malaikat, tahu malaikat kan? Sesuai yang sering kita simbolkan sebagai kesucian, ketulusan dan ketaatan mutlak pada kuasa Tuhan sampai terjatuh ke jalan binatang. Lantas bagaimana dengan manusia? Apalagi ditegaskan oleh Allah SWT sendiri dalam Al-Qur’an bahwa kitalah tempatnya salah dan lupa. Tentu kita tidak bisa mendeklarasikan diri sebagai mahluk suci, bebas dari kesalahan. Karena dasarnya dari lupa dan salah itulah Allah SWT mengesahkan kita sebagai manusia.
Dengan membawa lupa dan salah itulah Allah SWT memberikan ganjaran besar, baik yang taat dan tidak taat pada-Nya. Jika kita ta’at kepada Allah SWT, dijanjikan ganjaran lebih baik dan dinaikan derajat kita hingga lebih mulia dari malaikat. Jika tidak, maka kita diposisikan lebih rendah dari binatang dengan jalan binatangnya, dengan gambaran ekstrim seekor harimau sekalipun tidak akan memakan anaknya, namun seorang ibu dan ayah bisa lebih tega menelantarkan anaknya, atau seorang anak bisa dengan enteng menghabisi nyawa ayah dan ibu-nya.

Kenyataannya sejarah selalu berulang dan ungkapan Allah SWT tadi masih relevan. Bahkan seorang Umar bin Al-Khattab hingga akhir hayatnya masih tersenyum dan menangis saat salam di tahiyat akhir. Tersenyum saat salam sambil menegok kanan teringat bagaimana beliau pernah membuat berhala dari tepung dan saat beliau lapar “tuhan berhala” tadi beliau makan. Menagis saat salam sambil menengok kiri teringat dosa masa jahiliah dahulu ketika beliau dengan tega mengubur anak perempuannya hidup-hidup.
Sekarang, siapakah yang membawa sang Umar bin Khattab kembali dari jalan binatang dan jalan kebodohan? Tentu tidak lain adalah Rasulullah Muhammad SAW. Bukan hanya Umar saja, ratusan hingga saat ini 1.4 milyar orang berusaha beliau selamatkan dari jalan kehinaan melalui ajaran dan syariat beliau. Tentu, semua ini berlaku bagi mereka yang percaya.

Meskipun anda tidak percaya dengan kerasulan Muhammad SAW, namun tidak bisa dipungkiri bahwa beliau adalah sosok manusia yang ditempatkan oleh Michael Heart sebagai orang paling berpengaruh di dunia. Selain itu, sejarah kehidupan beliau telah ditulis secara rinci dan akurat dan sebagian cerita kehidupan beliau diriwayatkan secara mutawattir (banyak saksi yang meriwayatkan) dan sedikit hanya sedikit mitos dan kebohongan menyelimuti kehidupan beliau. Tentu berbeda bagi anda yang menyukai hal-hal mitos, namun jika anda mencari kebenaran cerita Rasulullah silahkan buka Al-Qur’an, kitab hadis Muttafaqun ‘alaih (imam bukhari dan muslim) serta berbagai kitab sirah baik yang ditulis ulama-ulama klasik maupun cendekiawan modern.

Maka diantara banyak tokoh spiritual yang ajarannya menjadi agama bagi manusia, beliau memiliki catatan sejarah mungkin paling lengkap sepengtahuan saya. Karena jika anda tidak bisa mempercayai tulisan manusia, bisa anda lihat sendiri makam beliau di Madinah dan atau petilasan-petilasan lain yang pernah beliau lalui. Dan saya yakin akan banyak orang yang berani bersaksi bahwa leluhur mereka dahulu betul-betul pernah bertemu dengan Muhammad SAW baik di Madinah maupun Mekah.

Dengan segala keyakinan dan kepercayaan, saya simpulkan bahwa segala hal tentang kehidupan Rasulullah Muhammad SAW adalah kebenaran dan fakta. Termasuk ketika Allah SWT sendiri mendeklarasikan Rasulullah SAW sebagai manusia yang terlindungi dari kesalahan (ma’shum), bahkan diantara semua nabi dan rasul beliaulah satu-satu nya yang diberikan keistimewaan untuk memberikan syafa’at kepada manusia. Semoga kita, yang percaya dengan kerasulan dan kenabian beliau, diberikan syafa’at tersebut.

Maka menarik jika kita melihat bagaimana orang ma’shum ini, bebas dari kesalahan ini, bahkan digelari manusia “orang amanah” (Al-amin dalam bahasa arab) menjalani kehidupannya. Dan lebih mulia lagi, jika kita mampu sedikit demi sedikit meneladani bagaimana beliau menjalani hidup. Allahu Akbar, Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah, hal tersebut memang bukan perkara sepele, apalagi bagi saya, penulis yang lemah dan tidak berdaya ini. Tapi bismillah, setidaknya ada hikmah yang bisa kita ambil dari kisah beliau dalam menggunakan ke-ma’shumannya.

Sebelum beliau diangkat menjadi rasul, beliau terlebih dahulu digelari Al-amin oleh orang-orang kafir Quraisy. Mulai dari bagaimana beliau memperlakukan barang titipan, hingga kejujuran beliau dalam berdagang semua adalah contoh nyata kejujuran. Tidak segan menunjukkan kecacatan produk, jujur tentang rasio keuntungan, bertanggung jawab saat ada kerusakan barang, dan lain sebagainya. Akhirnya, dengan modal tersebut keuntungan berganda adalah sifat dari bisnis beliau.

Ditambah dengan kecerdasan dan kecerdikan, beliau bisa dengan tepat menemukan dan memecahkan akar masalah. Contoh terbaik adalah saat menyelesaikan konflik saat akan memasang hajar aswad. Singkat cerita selepas beberapa tahun suku quraisy memutuskan untuk memugar Ka’bah. Selepas pemugaran tentu ornament-ornamen Ka’bah seperti Kiswah, Hijr Ismail, dan Hajar Aswad harus dikembalikan ke tempatnya semula.

Masalah muncul saat akan memindahkan Hajar Aswad. Status-nya sebagai batu surga yang Allah turunkan ke bumi berarti kemuliaan bagi keluarga siapapapun untuk memasangnya. Tentu, dalam hegemoni kaum Quraisy banyak keluarga yang memiliki posisi setara karena mereka semua adalah keturunan hebat dari Abdi Man’af dan Abdi Daar. Pedang sudah dihunus dan Kota Mekah berada di ujung perang saudara.

Akhirnya diputuskan, siapapun orang yang esok hari masuk ke masjid Al-Haram pertama kali akan menjadi pemecah masalah dan menuntaskan perselisihan. Takdir Allah, Muhammad bin Abdullah AL-Amin adalah orang pertama yang memasuki masjidil haram. Mengetahui duduk masalahnya karena keinginan baik masing-masing keluarga untuk memuliakan Ka’bah dan Hajar Aswad, beliau menyelesaikannya dengan sekaligus melibatkan seuruh keluarga itu dalam proses pemindahan Hajar Aswad.

Dibentangkan kain, beliau sendiri yang meletakan Hajar Aswad di tengah-tengah kain. Kemudian ujung kain diangkat bersama-sama oleh perwakilan keluarga-keluarga Quraisy hingga ke dekat tempat bersemayamnya Hajar Aswad. Kemudia Rasulullah sendiri yang meletakan Hajar Aswad dalam gegap gempita kaum quraisy. Pertama, bangunan mulia Ka’bah selesai dipugar dan Kota Mekah selamat dari pertumpahan darah. 

Sebuah contoh mulia, jauh sebelum beliau diangkat menjadi Rasul, beliau menunjukkan kapasitas sebagai manusia mulia. Prosesi penyelesaian masalah Hajar Aswad adalah perwujudan dari proses panjang kehidupan beliau, sebagai anak-anak yang bebas dari ketidakmafaatan, pemuda bersemangat nan jujur, hingga menjadi orang dewasa yang matang dan dapat dipercaya. Gelar Al-Amin juga merupakan proses panjang dari episode-episode kehidupan beliau. Dimana kejujuran beliau telah dirasakan banyak orang, diyakini banyakan orang, disampaikan banyak orang, dan akhirnya beliau berhasil membuktikannya dihadapan orang-orang.

Bandingkan dengan sekarang, dengan kekuatan media satu episode kehidupan seseorang dikisahkan seolah beliau adalah “sebaik-baiknya orang”. Ketika orang-orang bertanya, dibuatlah rekayasa seolah “ya dia itu baik sekali, percayalah padanya”. Dan ketika orang percaya dan meminta bukti, dibuatlah bukti entah bukti apa benar-tidaknya. Disebarluaskan, padahal orang-orang sering tidak tahu apakah hal itu nyata atau hanya manis di mata saja. Dan ketika ada orang yang cukup kritis mempertanyakan bukti itu, dia dibungkam dan dituduh melawan, karena sederhana, dia memiliki cara pandang berbeda dari yang “diskenariokan”.

Gelar Al-Amin Rasulullah Muhammad SAW bukan proses singkat selama 5 tahun atau apapun itu. Proses panjang sejak beliau lahir hingga beranjak dewasa (sekitar 40 tahun) lah yang membuat beliau digelari Al-Amin, betul-betul selama itu beliau belum pernah berbohong, bahkan hingga beliau meninggal, tidak ada satupun dusta terucap. Bahkan saat bercanda, bahkan terhadap musuh, apalagi dengan kawan dan sekutu.

Maka, saya pribadi ingin menyimpulkan bahwa diangkatnya Rasulullah SAW sebagai Rasul karena Allah sendiri mengehendaki demikian, pertama. Dan kedua, beliau Rasulullah SAW berhasil membuktikan kapasitasnya sepanjang hidupanya. Baik sebelum atau setelah mejadi Rasul, bahkan dari kesaksian para mu’allaf dimasa itu, berpalingnya mereka dari agama nenek moyang mereka lebih sering bukan dari denting pedang atau dari kerjasama politis, ahlak Raslullah Muhammad SAW menjadi alasan utama mereka meninggalkan ajaran nenek moyang mereka. Artinya, kemuliaan islam sendiri tercermin nyata dalam diri Rasulullah SAW, dan itulah islam, nothing more nothing less.

Bandingkan dengan dewasa ini, jika bukan karena kemajuan media, bukan karena pembangunan paksa cara pandang melalui opini-opini yang (maaf) seringkali tidak tepat, saya yakin kita bisa membuka mata lebih jelas dan melihat sosok tauladan utama, yang hidup 14 abad lalu.

Ditambah lagi, dengan kebanggaan dan kekuatan dari para penguasa, orang yang Allah berikan kelebihan dari yang lain, mulailah dibuat untuk meyakinkan orang bahwa mereka “terbaik”. Hingga tidak heran, meskipun jaman sudah modern masih kita temukan pemujaan berlebihan terhadap tokoh tertentu, bahkan dalam kasus ekstrem tokoh-tokoh berkuasa ini mendapat perlakuan sama dengan dewa oleh para pengikutnya. Jika tidak mendapat perlakuan demikian, lebih parah lagi tokoh berkuasa ini meminta dan menuntut diperlakukan seperti dewa, luar biasa.

Hingga pada puncaknya, segala hal yang terang menunjukkan kecacatan dan kesalahan dihapus paksa dari hadapan manusia. Mulai dari klarifikasi, membuat kambing hitam, membuat setting pengalihan isu, hingga menyalahkan golongan tertentu atas kegagalan dan kecacatan mereka. Diturunkanlah ketakutan di tengah masyarakat, sehingga jika rakyat berani menanyakan perilaku wanprestasi para tokoh penguasa, akhirnya adalah kematian.

Coba kita lihat bagaimana Rasulullah Muhammad SAW menghadapi ketidakmampuan beliau. Pernah suatu ketika ada masalah dan beliau diminta orang Quraisy memberikan wahyu. Diluar dugaan, wahyu tidak turun dalam waktu yang cukup lama. Apa yang Rasulullah SAW lakukan? Apakah beliau membuat wahyu palsu? Tidak! Beliau jujur mengatakan wahyu belum turun, dan beliau meminta waktu, menunggu datangnya wahyu. 

Tentu, hal ini membuat pengikut beliau yang masih baru mulai ragu. Bahkan banyak diantara mereka yang akhirnya kembali murtad, tentu, karena turut dibakar dengan propaganda terus menerus dari kaum quraisy. Waktu terus berjalan dan belum ada tanda-tanda wahyu akan turun. Bukannya membuat klarifikasi, beliau malah mengambil keputusan dengan meninggalkan Kota Mekah. Tentu hal ini membuat bertanya-tanya banyak orang dan Orang Kafir Quraisy tertawa, menyaksikan keberhasilan propaganda mereka.

Di tengah kesendirian beliau menangis dan meminta Allah SWT turun, dan turunlah wahyu yang ditunggu-tunggu itu (Qur’an surat Ad-dhuha, cerita detailnya bisa anda lihat di asbabun nuzul (sebab turun) surat ini). Dengan ayat dahsyat menggelora dengan menegaskan Allah tidak pernah sedikitpun meninggalkan Rasulullah SAW, membuat kafir Quraisy kembali gigit jari, dan ummat islam meraih kembali keyakinan dan kepercayaan dirinya.

Pertanyaan sederhana, mengapa Rasulullah tidak mengarang ayat-ayat untuk membungkan kaum kafir quraisy? Jawabannya sederhana. Pertama beliau adalah sosok Ummi (tida bisa membaca dan menulis) dan kedua beliau bersedia mengakui kesalahan dan ketidakmampuannya. Bagaimanapun wahyu adalah hal Ghaib dan menjadi hak-Nya Allah untuk menurunkannya. Waktu nya kapanpun juga terserah Allah.

Sekarang? Saat dunia dan perjalanan dunia berada pada pilihan manusia untuk memenuhi atau tidak memenuhi komitmennya orang berlomba-lomba membuat alasan untuk melindungi kelemahannya. Semakin berkuasa dirimu, semakin mampu kamu membuat citra dirimu semanis mungkin dihadapan masyarakat. Bahkan tidak dipungkiri memang saat ini di dunia sedang berada pada masa memberikan kesan ma’shum kepada golongan tertentu dan mendiskreditkan golongan lain. Luar biasa, manusia yang hina, penuh salah dan lupa, berani mendeklarasikan dirinya ma’shum! Gelar yang Allah bahkan memberikannya hanya kepada satu hamba dari hamba-hambanya yang mulia.

Jika memang anda berkeinginan menjadi ma’shum, maka lihatlah bagaimana Rasulullah SAW hidup dengan gelar ma’shum nya. Menjadi cerita legendaris bahwa beliau pernah mengimami seorang sahabat dalam sebah sholat malam. Dalam satu raka’at beli habis membaca al-baqarah dan ali-imran! Wajar jika istri beliau Aisyah bernai bersaksi bahwa ketika beliau sholat malam, kakinya selalu bengkak-bengkak. Tidak hanya itu, setidaknya dalam sehari beliau memohon ampun pada Allah minimal 70 kali! Padahal beliau ma’shum dan sudah dijamin posisinya di surga sana!

Lantas, apa yang akan anda lakukan dengan “gelar ma’shum” yang anda sematkan pada diri anda sendiri? Ya semoga sholat malam dan mohon ampun kepada Allah menjadi hal yang anda lakukan. Dan semoga standarnya minimal sama dengan Rasulullah SAW. Karena saya sebagai penulis yang lemah ini, angkat tangan, subhanallah betapa lemahnya hamba-Mu ini.

Uraian panjang diatas tadi menunjukkan sesuatu yang nyata, bahwa episode kehidupan Rasulullah SAW adalah episode kehidupan sosok manusia dan muslim sejati. Dan sudah sewajarnya kita berusaha meniru beliau sebaik mungkin. Allahu akbar, laa hawla wa laa quwwata illa billah, yang memang sangat berat.

Bayangkan, saat anda dalam kondisi sakaratul maut, menggunakan sisa-sisa tenaga anda berdiri dan meminta qishas atas kesalahan yang pernah anda lakukan? Tidak! Itu mustahil, sakaratul maut itu sakit! Tapi Rasulullah melakukannya. Beliau berdiri, dan meminta semua kesalahan beliau di qishas oleh para jama’ah yang hadir.

Tentu hal ini memicu kesedihan mendalam, hingga para sahabat menangis sesenggukan. Tapi ada seorang sahabat dia berdiri dan meminta hak-nya untuk melakukan qishas. Seluruh sahabat merah padam, bahkan Umar bin Khattab kuat-kuat mencengkeram gagang pedangnya untuk ditebaskan ke batang leher orang tidak tahu diri itu. Nabi menahan, dan bertanya, apa masalahnya?

Sahabat tersebut berkata bahwa dalam sebuah perang, cemeti unta Rasulullah tidak sengaja mengenainya. Rasulullah SAW berbalik, siap menerima pukulan cemeti. Sang sahabat berkata lagi, “ya Rasulullah saat itu saya tidak memakai baju”. Semakin murka para sahabat, namun Rasulullah menenangkan mereka semua. Degan sabar beliau melepas bajunya, menyerahkan punggung lemahnya untuk dipukul dengan cemeti.

Tidak terduga, sang sahabat malah memeluk beliau erat, dan berkata “ya Rasulullah mana tega aku berbuat demikian (memukul dengan cemeti) sedangkan ini adalah saat terakhir aku bisa bertemu denganmu ya Rasulullah!” pecahlah tangis di masjid nabawi. Semua orang larut dalam kesedihan, menyaksikan manusia mulia, nabi dan rasul kita semua akan selamanya kemabali ke sisi Allah SWT. Laa haula wa laa quwwata illa billah!.

Apakah ada pemimpin dengan kapasitas seperti itu sekarang? Tidak. Bahkan jika mereka meninggal, semua dosa masa lalu harus dikubur dalam-dalam. Apalagi jika menjalankan syariat Qishas, haha, mungkin akan sangat berat ya? Tapi apapun itu kenyataannya sekarang banyak mereka yang berkuasa menggelari diri mereka sebagai “ma’shum”, yasudah. Biarkan dianggap seperti itu ya? Dan semoga Allah SWT memberikan hidayah.

Saya tidak tahu apakah tulisan panjang ini termasuk apa, tetapi kenyataannya, ada kisah indah tentang seorang manusia, pemimpian, dan panutan ummat yang hidup 14 abad lalu. Kehidupannya dipenuhi dengan cerita indah yang menjadi hikmah bagi kita semua. Dan hikmah terbesar adalah, kebanggaan berlebihan, ketakukan mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah langkah awal manusia jatuh ke jalan binatang.

Jalan binatang, dimana dengan kesombongan manusia biasa dan lemah berani mendeklarasikan diri, keluarga dan kelompoknya, sebagai orang-orang ma’shum, bebas dari kesalahan. 


Wallahu ‘Alam

Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Tulisan ini juga sudah dimuat di selasar.com, untuk membaca bisa klik pranala dibawah ini

https://www.selasar.com/jurnal/36678/Maksumnya-Rasulullah-saw

Untuk Artikel Lainnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/07/karena-kita-manusia.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/07/kenapa-rasulullah-saw-melakukan-defile.html

Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya

No comments:

Post a Comment