Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Tuesday, November 3, 2015

Bisnis Buku Soloraya

BUKU SURAKARTA UNTUK INDONESIA, UNIFIKASI SOLORAYA


MANAGEMENT COMPETITION 2015
HMJ MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RAHMAT ABDI SUMARYONO (F0213081)
MUHAMMAD ABDULLAH ‘AZZAM (F0213062)
AHMAD AGUS NUGROHO (F3313010)


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015


1.      Soloraya, Awal Pandangan Kami
Membaca latar belakang dari kasus yang diberikan dalam management competition HMJM FEB UNS memberi gambaran baru bagi kami, meskipun notabene kami adalah penghuni sementara Soloraya, dalam hal ini Kota Surakarta. Kondisi bisnis percetakan, dunia perbukuan, dan intrik serta retorikanya menjadi wawasan baru bagi kami, sehingga memberikan beberapa pandangan baru, bagi kami, ketika mencoba menelisik wilayah Soloraya. Dengan kondisi pasar seperti yang disajikan, maka pandangan umum (Common Sense) yang terlintas adalah, Soloraya merupakan penggambaran dari Atlantis dunia perbukuan. Mengapa demikian, wilayah ini (Soloraya) memberikan suplai buku dalam jumlah besar, dengan beragam varian dan harga ke seluruh Indonesia, dengan status “konvensional” atau dalam bahasa ahli sejarah “dunia lama”. Karena, dijelaskan bahwa pengrajin buku di Soloraya sebagian besar masih menggunakan alat-alat konvensional, dengan tanpa penerapan manajemen resiko, sistem kredit berdasarkan kepercayaan, dan SDM yang masih tergolong “mampu memenuhi” kebutuhan pasar. Maka, sebuah tantangan tersendiri ketika harus memberikan saran dan analisis resiko tentang bagaimana bersaing dan memasuki pasar buku di Soloraya.
Sebagai Atlantis dunia perbukuan, maka wilayah ini bisa dibilang “tidak ramah dengan tender”. Karena bagaimanapun, tender memiliki standarisasi tertentu, yang bisa jadi, memunculkan pembengkakan biaya jika dilakukan dengan cara dan gaya lama seperti di wilayah Soloraya. Maka, secara umum, mayoritas orang akan berpikir untuk mengamankan nilai tender, ada baiknya tidak dilakukan di wilayah Soloraya, lebih aman bekerja dengan wilayah lain yang lebih maju seperti Bandung Raya atau Jogjakarta. Begitulah pandangan sekilas, jika melihat Soloraya sebagai “dunia lama” bisnis percetakan dan perbukuan. Akan tetapi, kami memiliki pandangan lain, yang mungkin dapat merubah perspektif dunia lama ini, menjadi sebagaimana Atlantis sesungguhnya, dia muncul ke permukaan, dengan sederat kekuatan dunia lama yang nyatanya memiliki keunggulan komparatif, dan pada jangka panjang akan mengintervensi pasar perbukuan dan percetakan nasional. Hal ini sangat mungkin terjadi, dan kami, kelompok AAR akan mengambil dari perspektif kedua ini.
Memanfaatkan sebaik-baik nya tingkat UMK yang rendah, aksesibilitas pada bahan baku yang lebih murah, SDM yang sudah “mampu memenuhi” kebutuhan pasar, dan pasar yang belum termonopoli bisa menjadi kekuatan komparatif, bahkan keunggulan kompetitif pasar percetakan dan perbukuan Soloraya dibanding dengan wilayah lain di Indonesia. Maka, keputusan untuk memasuki pasar Soloraya dengan tender yang dimenangkan PT. Dea Abadi merupakan keputusan yang tepat, tentunya, dengan beberapa persiapan dan langkah yang akan kami paparkan berikut ini.
2.      Unifikasi Soloraya
Dengan segala keunikan yang dipaparkan diatas, diperluakn pertimbangan yang matang baik jangka panjang maupun pendek. Maka, kami mengajukan solusi dengan judul “Unifikasi Soloraya” untuk memecahkan permasalahan yang dipaparkan, disertai analisis untuk jangka pendek. Unifikasi Soloraya kami mengambil teori Klaster (Cluster Theory) yang banyak dipaparkan oleh ahli ekonomi, diantaranya Michael Porter. Untuk rujukan jurnal kami memakai tulisan Adrian T.H. Kuah dengan judul Cluster Theory and Practice : Advantages for the Small Business Locating in a Vibrant Cluster, dari Journal of Research in Marketing and Entrepreneurship, Volume 4, Issue 3, hal 206-228, tahun 2002.
Klaster adalah sebuah sistem bisnis, dimana beberapa perusahaan dalam bidang yang sama, atau saling melengkapi bergabung dalam sebuah wilayah geografis tertentu (Porter dalam Kuah,2002). Maka, untuk dapat memberikan efisiensi proses produksi buku dalam jangka pendek, dalam hal ini adalah tender yang dimenangkan PT. Dea Abadi, Soloraya yangs secara geografis telah menjadi pusat dalam industri buku dan percetakan kelas menengah kebawah bisa dikelola secara formal untuk menjadi sebuah klaster yang berfungsi sebagaimana mestinya. Semestinya, klaster bersifat semi-formal dan ada hubungan saling terkait antar pelaku industri. Dicontohkan dalam pembentukan Silicon Valley dan Rute 102 Boston, dengan diawali berdirinya beberapa perusahaan sejenis di lokasi tersebut kemudian diformalkan, dengan beberapa bentuk kerjasama yang saling terjadi, dapat tercipta sebuah pusat industri, maka, diharapkan dengan berlandaskan pada tender yang dimenangkan PT. Dea Abadi bida membentuk sebuah klaster percetakan dan perbukuan di Soloraya.
Beberapa fungsi klaster yang dapat kami gambarkan, adalah;
1.      Kalster bersifat saling terkait. Seluruh komponen bisnis yang terlibat dalam klaster harus saling dukung untuk mensukseskan tujuan yang disepakai oleh klaster
2.      Klaster bersifat kontinyu. Bisa membentuk klaster sementara untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Akan tetapi, klaster yang berpengaruh memang perlu dibentuk dalam waktu yang lama.
3.      Klaster bersifat memberi manfaat. Anggota klaster harus memperoleh manfaat dari klaster, minimal, dengan ikut dalam klaster anggota klaster akan memperoleh perbaikan citra, dan benefit lain.
4.      Klaster bersifat bebas, maka diperlukan ikatan formal. Pada dasarnya klaster dibentuk dari persamaan geografis. Agar dapat mencapai hal-hal diatas memang diperlukan ikatan legal-formal antar anggota klaster.
Berdasarkan penjelasan mengenai klaster diatas, program Unfikasi Soloraya merupakan penciptaan sebuah klaster bisnis di bidang percetakan dan perbukuan di Soloraya, dengan beranggotakan penyuplai, percetakan terkait dan PT. Dea Abadi. Masing-masing anggota klaster memiliki deskripsi kerja sebagaimana bidang yang digeluti, dan tentu saja, secara formal bertujuan untuk membantu penyelesaian tender yang dimenangkan PT. Dea Abadi. Untuk bagan kerjasama akan kami gambarkan sebagai berikut:
Alur tersebut dapat diterapkan dalam dua jangka waktu. Jangka waktu pendek, yaitu 45 hari pengerjaan tender, dan jangka panjang, yaitu mausknya PT. Dea Abadi pada bisnis percetakan dan perbukuan Soloraya.
Alur Jangka Pendek
Alur jangka pedek akan meanfaatkan fungsi pendelegasian dalam bisnis. Pendelegasian ini akan dilakukan untuk bagian suplai, produksi dan distribusi. Mitra yang akan didelegasikan adalah perusahaan yang memiliki akses suplai, perusahan yang berproduksi, dan partner PT. Dea Abadi untuk  urusan Distribusi. PT Dea Abadi memiliki partner perusahaan untuk urusan distribusi, maka dimungkinkan partner perusahaan tersebut dapat memotong anggaran distribusi yang mesti ditanggung. Maka, untuk jangka pendek, alur tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
1.      PT. Dea Abadi bersama PT. Solo Grafika mencari perusahaan partner untuk didelegasikan beberapa proses produksi.
2.      Perusahaan partner disini akan memperoleh beberapa opsi pengerjaan yang dilakukan PT. Solo Grafika, dalam hal ini, pendelegasian mempertimbangkan beberapa kriteria diantaranya :
a.       Kapabilitas perusahaan dilihat dari pengadaan alat usaha, kualitas SDM dan rekam jejak produksi.
b.      Besedia untuk mengikuti aturan yang ditetapkan PT. Dea Abadi melalui aturan tender.
c.       Lokasi perusahaan yang tidak terlalu jauh dari PT. Solo Grafika selaku produsen utama
3.      Lini produksi dari tender dibagi sesuai dengan proporsinya. Diberikan tenggat waktu dalam produksi masing-masing lini produksi tersebut.
Penerapan 3 syarat tersebut, dipertimbangkan karena apabila produksi secara sendiri dilakukan oleh PT. Solo Grafika akan cukup sulit, misalkan. Apabila hanya ditangan oleh PT. Solo Grafika, maka penyediaan alat-alat berserta biayanya harus ditanggung oleh PT. Dea Abadi, yang otomatis akan menambah biaya produksi. Maka, lebih baik untuk mendelegasikan beberapa lini produksi kepada perusahaan lain yang memiliki kapabilitas yang lebih-kurang sama dengan PT. Solo Grafika. Kemudian, dengan pendelegasian diharapkan dapat memperingkas proses produksi, meskipun memang akan ada biaya tambahan untuk biaya pendelegasian, akan tetapi relatif lebih murah daripada harus mengadakan sendiri alat-alat produksi yang diperlukan.
Usulan kami untuk hal ini, utamanya adalah benefit terakhir dari proses pendelegasian ini, yaitu pembentukan fondasi klaster untuk bisnis yang lebih lanjut. Diharapkan, dengan adanya pendelegasian maka PT. Dea Abadi telah memiliki mitra untuk melanjutkan bisnis percetakan dan perbukuan di Soloraya secara lebih lanjut. Sehingga, terwujudnya Unifikasi Soloraya sebagai klaster bisnis percetakan dan perbukuan lebih memungkinkan, karena klaster utama ini telah teruji pada pelaksanaan tender.
Alur Jangka Panjang
Alur yang dijelaskan diatas, dapat diterapkan dalam proses jangka panjang. Tujuan proses jangka panjang ini adalah menjadikan Soloraya sebagai klaster untuk usaha percetakan dan perbukuan kelas menengah. Sedangkan tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Seleksi mitra yang dilakukan oleh PT. Dea Abadi dan PT. Solo Grafika, dengan catatan, PT. Solo Grafika masih mau untuk terlibat dalam kegiatan bisnis dengan PT. Dea Abadi.
2.      Kembali menghubungi partner yang diikutsertakan dalam pendelegasian tender sebelumnya untuk kerjasama lebih lanjut
3.      Membentuk interaksi hubungan legal-formal anatara pihak-pihak yang terlibat. Untuk deskripsi kerja yang dapat kami sajikan adalah :
a.       PT. Dea Abadi sebagai distributor.
b.      PT. Solo Grafika dan perusahaan lain sebagai produsen.
c.       Penyuplai tunggal atau beberapa penyuplai.
4.      Mengelola tender, proyek, secara bersama sesuai dengan kesepakatan legal formal yang telah disepakati.
Untuk alur jangka panjang akan digambarkan sebagai berikut :
Alur jangka panjang tersebut tergabung dalam klaster unifikasi soloraya. Dengan klaster, akan diperoleh beberapa manfaat berikut, sekaligus menjawab beberapa hambatan dalam bisnis di Soloraya.
1.      Pelaksanaan tender lain yang memerlukan waktu lebih cepat, karena terintegrasinya sistem suplai, produksi, dan distribusi.
2.      Terwujudnya sistem kepercayaan yang formal, tidak hanya terbatas pada saling percaya untuk mengelola kredit. Dengan adanya sistem formal diharapkan dapat menghindarkan persaingan tidak sehat minimal antar anggota klaster.
3.      Terwujudnya sebuah wadah untuk menanmpung keunggulan-keunggulan komparatif yang dimiliki pengusaha percetakan dan perbukuan Soloraya, sehingga dapat menjadi keunggulan kompetitif dengan wilayah lain.
4.      Keunikan bisnis percetakan dan perbukuan Soloraya dapat diperhitungkan di pasar buku nasional, dengan terbentuknya sistem yang lebih formal dan lebih baik.
            Analisis Resiko
Kami akan memaprkan analisis resiko dari program Unifikasi Soloraya atau program pembentukan klaster bisnis percetakan dan perbukuan di Soloraya, dan lebih umum penyajian analisis resiko di pasar bisnis perbukuan di Soloraya.
1.      Keunggulan komparatif mungkin masih menjadi prioritas bagi sebagian besar pengusaha bisnis percetakan dan perbukuan Soloraya, terutama kelas menengah dan kebawah. Padahal, bisnis akan terus berkembang, dan penggunaan alat-alat konvensional bisa jadi akan tergantikan dengan alat-alat moderen yang otomatis akan menggeser keungglan komparatif yang selama ini dimiliki.
2.      Dengan adanya praktik berdasarkan kepercayaan yang terjadi, memang pada jangka pendek memberikan kemudahan dalam kredit, akan tetapi, pada jangka panjang keunikan ini akan memicu perang harga. Pada dasarnya, perang harga memang menguntungkan bagi konsumen, tapi dapat mengancam kontinuitas bisnis, dikarenakan yang dikorbankan pada perang harga adalah pengembangan bisnis yang diperoleh dari keuntungan maupun investasi.
3.      Pengerjaan produksi dengan memakai mesin tradisional pada tahap lanjut akan membuat murahnya bahan baku menjadi tidak berguna. Murahnya bahan baku idealnya juga diimbangi dengan kecepatan produksi, sehingga menhasilkan arus barang menuju pasar yang lebih lancar. Ditambah lagi, lambatnya proses produksi (jika dibandingkan mesin moderen) dapat mengakibatkan proses JIT rumit untuk dilaksanakan.
4.      Distribusi menjadi kendala atau ancaman berikutnya yang dapat mengancam keberlangsungan bisnis. Biaya distribusi mungkin belum dihitung sebagai variabel  biaya yang diperhitungkan oleh sebagian besar produsen. Maka, dengan tidak adanya sebuah perusahaan distribusi yang cepat dan kapabel maka bisa memperbesar biaya yang seharusnya sudah cukup murah di produksi, terutama melihat murahnya bahan dan ongkos produksi.
3.      Kesimpulan dan Saran

Pilihan bijak dan baik dengan turut memasuki pasar percetakan dan perbukuan di Soloraya dengan segala keunikan dan keunggulan komparatif yang dimiliki. Akan tetapi, memang diperlukan persiapan lebih untuk hal ini, terutama dari segi pertimbangan resiko yang mungkin terjadi. Dengan menciptakan dan menjalin kemitraan, serta mengkondisikan Soloraya sebagai klaster bisnis yang ramah untuk bisnis percetakan dan perbukuan, bisa menjadi salah satu solusi dan meminimalkan resiko yang dapat muncul dari partisipasi bisnis di wilayah Soloraya. Maka, alangkah baiknya jika PT. Dea Abadi bida menginisiasi berdirinya klaster demikian di Soloraya. Kerjasama awal dengan PT. Solo Grafika bisa menjadi langkah awal untuk memulai pendirian klaster ini, untuk memudahkan tender, hendaknya dilakukan pendelegasian proses-proses produksi. Sehingga, kedepannya, dengan Unifikasi Soloraya, tercipta sebuah klaster percetakan dan perbukuan yang kuat, dan diperhitungkan di ranah nasional.

No comments:

Post a Comment