Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Tuesday, October 13, 2015

Inspire : Talk with Rian Mantasa and Luqman Hanif.Kajian Fakultas Ekonomi



Press Release Kajian Fakultas Ekonomi
Badan Pengkajian Pengamalan Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
24 September 2015

“INSPIRIE : TALK WITH RIAN MANTASA and LUQMAN HANIF”

Pembicara : Rian Mantasa Salve Prastica, S.T (mahasiswa peraih IPK 4.0 UNS) Luqman Hanif (MAWAPRES D3 FEB UNS 2015)
Perform : Muhammad Abdullah Azzam (Moderator)
Lokasi : Depan Gedung UKM FEB UNS
Pelaksanaan : 16.15-17.35

Bismillah, Alhamdulillah, setelah sekian lama akhirnya kami berhasil menyelesaikan rilisan media untuk acara kafe terakhir sebelum rangkaian kaderisasi. Kami membuat seuah konsep pembuktian, proofing beberapa stigma-salah-kaprah di kalangan mahasiswa modern dewasa ini, diantaranya, anggapan bahwa seorang mahasiswa cerdasa dan berprestasi, adalah mahasiswa yang berfokus hanya pada studi semata, dengan tidak berkecimpung di dunia organisasi, pengabdian sosial, dan bisnis. Maka, sebagian besar mahasiswa cenderung menjadi mahasiswa pasif yang tidak mempunyai daya nalar kritis, dan lamban menanggapi isu-isu sosial, budaya, maupun isu-isu lain, dan cenderung melakukan tindakan kontraproduktif seperti pergaulan bebas, narkoba, dan hal-hal lain yang merusak. Kami dari BPPI memandang diperlukan pencerahan dengan menunjukkan bukti nyata, terutama bagi fakultas ekonomi, yang notabene fakultas yang memegang fungsi penting dalam keberlanjutan pemerintahan suatu negara. 

Dengan mengundang Rian Mantasa, dan Luqman Hanif, dua orang role model dalam prestasi dan kontribusi, kami mengajak mahasiswa FEB UNS untuk turut mencerahkan pikiran mereka, sehingga mampu memberi kontribusi lebih kepada bangsa dan negara. Bertempat di depan dedung UKM, kedua pembicara menyampaikan berbagai inspirasi. Mas Mantas, mahasiswa teknik dengan IPK 4.0 menceritakan bahwa masa lalunya penuh dengan rintangan. Jalan hidup yang cenderung dipilihkan oleh orang tua membuat Mantas menjadi orang yang tidak memiliki tujuan. Hingga suatu ketika, ada perubahan besar dalam hidupnya yang membuat dia menemukan tujuan hidup, yaitu, untuk menebar kebikan. Kebaikan yang ditebar bukan tanpa halangan, beliau pernah dikucilkan oleh civitas akademika fakultas teknik dikarenakan menentang budaya titip absen, kemudian dimarjinalkan karena idealismenya. 

Akhirnya, setelah bertemu dengan sebuah komunitas dan pergesekan dua pendapat anatara pendukung budaya “study only” dengan “being active” membuat Mas Mantas mengambil cara berbeda, dengan menjadi “being active”, bertentangan dengan kebanyakan mahasiswa teknik yang lebih memilih “study only”. Hasilnya, memotong jatah tidur, membuang hal-hal tidak berguna, dan terus bergerak menjadi pilhan Mas Mantas. Merajai asisten dosen teknik dengan memegang 16 mata kuliah, aktif di 10 organisasi, dan rutin melakukan kegiatan sosial menjadi makanan sehari-hari. Tentu saja, Allah SWT tidak melanggar janjinya, dan mengganjar Mas Mantas dengan prestasi purna, magna cum laude alias IPK 4.0 di akhir masa studinya, serta membuat Jerman membuka pintu lebar-lebar untuk Mas Mantas.

Berbeda dengan mas Luqman Hanif, mahasiswa FEB yang tidak banyak orang tahu anggapan orang di masa lalu tentang dirinya. Terobsesi untuk menjadi berbeda, dipilihkan oleh Allah jalan yang tidak beliau suka, bertemu dengan sekelompok oknum yang cenderung pasif, dan anggapan miring orang yang pernah mengenal beliau membuat jalan hidupnya sedikit unik. Beliau mencintai dan ingin masuk ke jurusan seni, jurusan orang-orang kreatif seperti yang beliau impikan, tetapi Allah berkehendak lain dengan memasukan beliau ke jurusan D3 Keuangan Perbankan FEB UNS, tempat yang beliau tidak inginkan. Setelah masuk ke FEB UNS< beliau mendapati mayoritas mahasiswa FEB adalah “para pemalas” yang tidak mau mengejar dan memburu obsesi mereka sendiri, cenderung pasif, dan tidak mau berkarya. Dibuktikan dengan sedikit sekali penghuni gedung UKM apabila dibandingkan dengam 3000 mahasiswa FEB secara keseluruhan. Maka, beliau menempuh jalan lain dengan bertahan pada obsesinya.
Terobsesi untuk menciptakan barang yang belum pernah dibuat orang lain, beliau menciptakan sebuah “modern bow” yang dibuat dari kayu lapis bekas, dan dilombakan pada ajang Solo Recycle Competition. Juri profesional yang menilai dibuat takjub karena beliau tidak pernah mengetahui cara kerja dari sebuah panah moderen, tetapi berhasil membuat produk yang “nyaris serupa” baik fungsi maupun cara kerjanya. Akhirnya, tidak tanggung-tanggung uang tunai 2.500.000 san predikat juara satu serta “larangan” ikut lomba sejenis di Soloraya menjadi hadiah kerja keras beliau. Apakah beliau berhenti? Tentu saja tidak, menjadi berbeda, itulah visi beliau, dan diwujudkan dengan mencoba berpartisipasi dalam kompetisi mahasiswa berprestasi. Perjuangan melafalkan naskah dan berbicara Bahasai Inggris menjadi cerita lucu, ketika gelar Mawapres D3 FEB UNS 2015 berhasil beliau raih.
Ketika sesi tanya jawab, ada peserta yang menanyakan pertanyaan menarik, bagaimana menyampaikan kesibukan dengan orang tua. Jawaban sederhana, mereka, beliau berdua ternyata tidak pernah melupakan komunikasi dengan orang tua masing-masing. Selalu meminta izin sebelum melaksanakan kegiatan menjadi kuci kemesraan hubungan beliau berdua. Kesimpulan dari Kafe sore ini, adalah bahwa prestasi tidak diraih dengan santai, tetapi penuh perjuangan, keringat, bahkan darah. Tetapi, yang perku dicatata, tuhan tidak pernah melupakan apa yang Dia janjikan, dan “tidak dibalas perbuatan baik kecuali dengan kebaikan” –Al-Qur’an, bukanlah isapan jempol belaka. Beliau berdua telah membuktikan, dan tentu saja, caranya adalah keluar dari tempurung, dari zona nyaman, dan bertempur di tempat-tempat beracun demi menebar kebaikan.

Resensi oleh Muhammad Abdullah ‘Azzam

No comments:

Post a Comment