Manajemen Operasi
1.
Dapatkah Smith dan Hensen melakukan
sesuatu untuk meningkatkan kinerja?
2.
Apakah ada pendekatan alternatif bagi
operasi yang sedang berjalan untuk departemen pemeliharaan?
3.
Bagaimana produksi dapat mengejar
output yang hilang diakibatkan oleh pemeliharaan terjadwal?
A.
Optimalkan peralatan = optimal kerja
Masalah tidak berjalannya sistem operasi, dalam hal
ini peralatan-peralatan penunjang sistem operasi perusahaan dapat memicu
berbagai dampak. Kegagalan mesin dan produk dapat berdampak luas pada operasi,
reputasi dan keuntungan organisasi. Pada sebuah perusahaan yang termekanisasi
secara kompleks, kerusakan yang tidak dapat ditoleransi dari mesin dapat
mengakibatkan menganggurnya karyawan dan fasilitas, hilangnya pelanggan dan
kepercayaan, dan berubahnya keuntungan menjadi kerugian. Sedangkan di kantor,
kerusakan generator, sistem pendingin, dan komputer dapat menghentikan operasi.
Hal-hal tersebut adalah sekian banyak dampak yang dapat muncul dikarenakan
kerusakan atau kegagalan sebuah sistem operasi.
Kasus yang dihadapi oleh Smith dan Hensen,
sebetulnya merupakan kasus sebab-akibat. Ketidakoptimalan yang muncul di lini
produksi yang dipegang Hensen, disebabkan karena ada kerusakan, dalam hal ini
kerusakan yang memang memerlukan perbaikan cukup lama. Sebab utama dari
kemunculan kerusakan demikian dikarenakan lini pemeliharaan dibawah Smith
memang tidak melakukan “pemeliharaan”, terfokus pada perbaikan. Dampaknya,
diperlukan pengorbanan ekstra dari tenaga dan waktu untuk memperbaiki kerusakan
jenis itu. Dikarenakan ini sebab akibat, maka diperlukan tahapan-tahapan dalam
mencapai keoptimalan bagi masing-maisng pihak, secara luas, bagi masing-masing
lini.
Lini pemeliharaan dibawah Smith, merupakan lini yang
seolah disalahkan. Dikarenakan, kegagalan ini memang muncul porsi terbesar
adalah dari lini pemeliharaan. Mengapa tidak melakukan kontrol dan pemeliharaan
berkala pada mesin dibanding menunggu adanya alaram perbaikan seperti yang
dijelaskan?. Maka, bagi lini pemeliharaan dibawah Smith diperlukan beberapa
perbaikan sebagai berikut ;
1. Menggerakkan
inisiatif dan rasa memiliki
Dari
perspektif SDM masalah ini dapat dilihat bahwa memang belum ada inisiatif dari
lini pemeliharaan untuk “bergerak” dan “bekerja”. Penanaman inisiatif dan sense
of belongging merupakan urgensi bagi setiap perusahaan, bahkan bagi
masing-masing lini. Hal ini memang tidak bisa diterapkan dalam tahapan teknis,
dengan hasil terukur. Tetapi, dengan membuat karyawan menyadari dan memiliki
hal ini dapat meminimalkan masalah-masalah mendatang. Langkah ini kami sebut
langkah ke 0.
2. Peningkatan
kemampuan perbaikan
Diperlukan
kecepatan dalam melakukan produksi, pemakaian waktu yang terlalu lama untuk
urusan perbaikan tidak bisa ditoleransi. Maka, ketika perusahaan lain mampu
melakukan perbaikan dengan lebih cepat, idealnya Smith berani untuk
meningkatkan kapasitas perbaikan orang-orangnya. Pelatihan dengan simulasi
dapat dilakukan kontinum, apalagi, sistem yang mereka terapkan masih seperti
pemadam kebakaran. Apabila mereka tidak mau mengganti sistem kerja mereka, hal
ini yang harus Smith lakukan.
3. Berkorban dengan
melakukan kontrol rutin, servis ringan
Dengan
melaksanakan kontrol rutin, dapat mendeteksi kerusakan-kerusakan yang dapat
muncul, sehingga saat dilakukan perbaikan dapat lebih cepat karena tahu
masalahnya. Dengan melakukan hal ini juga dapat melakukan perbaikan
kerusakan-kersakan kecil. Melakukan kontrol dan servis ringan dapat membuat
lini milik Smith dan Hensen berinteraksi, ya setidaknya akan meuncul rasa
kebersamaan.
4. Bernegosiasi
dengan perusahaan untuk membuat sistem pemeliharaan berkala
Smith mau
untuk mengganti sistem kerja dia. Sehingga berani meminta sistem pemeliharaan
berkala pada bos perusahaan. Dengan sistem ini, lini pemeliharaan akan memiliki
pekerjaan yang rutin dan terjadwal. Dan tentu saja, Hensen tidak akan
“membunuh” orang pada hari itu dikarenakan sistem pendinginnya rusak.
5. Penyediaan
redundansi
Setelah
terbentuk pemeliharaan berkala, diperlukan beberapa sistem cadangan yang akan
bekerja ketika mesin-mesin tengah diperbaiki secara berkala. Pengadaan
redundansi merupakan hal yang menyita biaya cukup banyak, tetapi akan sangat
mendukung sistem pemeliharaan berkala yang dilakukan perusahaan. Memang
diperlukan biaya lebih, tetapi kerja perusahaan jadi lebih baik. Maka, hal ini
patut untuk dipertimbangkan.
6. Koordinasi
rutin, melatih bagian produksi untuk melakukan self service
Lebih baik jika
masalah-masalah kecil seperti penggantian baterai, pembersihan debu, dan
pengaturan sirkulasi udara tidak perlu harus dilakukan oleh lini pemeliharaan.
Pekerjaan kecil tersebut dapat dilakukan secara mandiri oleh lini produksi,
sehingga dapat mempercepat proses produksi. Maka, pelatihan untuk melakukan
self service sangat diperlukan. Smith dan Hensen juga akan saling bertemu dan
berbagi pengetahuan. Harapannya, masing-masing lini dapat lebih mengenal, saling
memahami, dan membantu. Demi kesuskesan perusahaan.
Hal-hal diatas dapat dilakukan oleh Smith guna
memperbaiki kinerjanya, dampaknya, adalah perbaikan kinerja dari Hensen.
Sedangkan Hensen yang terlihat sebagai korban idealnya melakukan hal-hal seperti
ini. pertama, tidak perlu berteriak-teriak untuk membunuh orang, daripada
berteriak-teriak lebih baik melakukan sesuatu yang tidak terjadi kerusakan
didalamnya, kemudian, daripada marah-marah pada bos, lebih baik membantu Smith
mengadvokasi terwujudnya sistem pemeliharaan berkala dan pengadaan redundansi.
Terakhir, ketika diadakan self service training, sebaiknua Hensen hadir agar
tidak merepotkan lini Smith ketika terjadi masalah-masalah sepele yang
sebenarnya bisa mereka atasi sendiri. Demikian, beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk mengoptimalkan kerja Hensen dan Smith.
B.
Alternatif bagi Operasi yang Sudah
Berjalan
Tidak ada yang salah sebenarnya dengan sistem
operasi yang dilakukan bagian pemeliharaan. Memang tugas mereka untuk
memperbaiki suatu kerusakan. Yang jadi masalah, sistem yang mereka bangun,
malah menyebabkan masalah bagi lini lain, terutama produksi. Dampaknya,
persaingan di antara perusahaan kabel menjadi tidak seimbang, dan perusahaan
mereka terpaksa menelan kekalahan. Kenapa? Mesing yang kurang handal, biaya
pebaikan kerusakan yang sangat besar dan memakan waktu cukup alam, serta kerja
bagian pemeliharaan yang seperti pemadam kebakaran.
Masalah-masalah tersebut memiliki beragam solusi dan
dapat dilihat dari berbagai perspektif. Akan tetapi, jika mempertimbangkan
bagian operasi, maka akan diperlukan tahapan-tahapan pemabangunan, sehingga
sistem yang dibangun lebih kuat dalam menghadapi kendala-kendala kerusakan.
Pertama harus dilakukan, adalah merubah sistem kerja
departemen perbaikan. Bukan lagi seperti pemadam kebakaran, idealnya,
departemen perbaikan bekerja seperti detektor metal yang sensitif menghadapi
masalah kerusakan. Bukannya menunggu kerusakan terlanjur terjadi. Melakukan
kontrol berkala secara mandiri, servis-servis sederhana secara rutin dapat
menjadi pilihan. Dikarenakan apa, belum ada sistem yang dibangun perusahaan
guna mengakomodir hal ini.
Kemudian, kewajiban yang muncul dari perusahaan
dapat menempuh dan mencoba sistem pemeliharaan berkala. Sebelum, mengandalkan
sistem pemeliharaan perventif. Dengan sistem pemeliharaan berkala, dapat
mengakomodir tindakan inisiatif yang dilakikan bagian pemeliharaan sebelumnya.
sekaligus, dapat memaksa bagian perbaikan untuk melakukan hal seperti ini,
dikarenakan sudah berupa sistem operasi yang harus dilakukan. Dengan
pemeliharaan berkala, meskipun menghentikan sementara, setidaknya tidak membuat
perusahaan kerepotan menanggung biaya kerusakan yang cukup besar.
Kemudian, penyediaan redundansi dan pemeliharaan
perventif dapat menjadi alternatif. Kedua hal ini memakan biaya cukup mahal
memang, tetapi lebih baik dikarenakan dapat menjamin sekian persen keandalan
sistem dan keandalan mesin. Dengan menyediakan redundansi, sistem pemeliharaan
berkala tidak akan terlalu mengganggu produksi, karena ada sistem yang masih
bisa berjalan. Dengan melakukan pemeliharaan perventif, ketidak mampuan bagian
perbaikan dapat ditutup bahkan digantikan dengan mereka. Terutama jika
perbaikan secara mandiri memakan biaya sangat besar dibanding dengan pemeliharaan
perventif.
C. Operasi
Mengejar Ketertinggalan
Bagaimanapun, sistem pemeliharaan terjadwal memang mengganggu produksi.
Terutama, jika perusahaan tidak bisa menyediakan redundansi. Maka, operasi
memiliki kewajiban sangat besar guna mengejar ketertinggalan produksi.
Meskipun, hal ini terlihat sangat sulit dan rumit, tetapi jika berkaca pada
konteksi ideal, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh bagian operasi, yang
apabila diurutkan dapat membantu operasi mengejar ketertinggalan produksi
dikarenakan adanya perbaikan berkala. Hal-hal tersebut adalah ;
1. Penentuan
skala prioritas
Masing-masing
produksi memiliki skala prioritasnya tersendiri, tidak semua proses produksi
memiliki bobot sama. Lebih mudahnya, ada istilah untuk melakukan operasi bagi
produk-produk yang lebih urgent dan dibutuhkan oleh pasar, meskipun produk
tersebut bukan merupakan bagian dari opersi rutin perusahaan. Dengan penentuan
skala prioritas, perusahaan masih tetap bisa memenuhi apa yang dibutuhkan
pasar. Kemudian, yang perlu dipaham, perbaikan berkala tidak mematikan seluruh
sistem yang berjalan, karena perbaikan berkala ini biasanya menyediakan
beberapa alternatif yang dapat dipakai untuk melaksanakan produksi yang lain.
Jika kemudian yang terkena jatah perbaikan berkala adalah lini produk yang
dubutuhkan pasar, maka hal-hal berikut dapat menjadi alternatif.
2. Optimalisasi
mesin-kosong
Idelanya perusahaan
menyediakan redundansi, atau mesin-mesin kosong guna menanggulangi hal-hal
seperti pemeliharaan terjadwal. Dengan adnaya redundansi perusahaan dapat lebih
mudah untuk mengalokasi dan mengelola produksi agar terus berjalan secara lebih
normal. Maksudnya, meskipun tidak terjadi secara ideal, setidaknya tidak ada
istilah libur pada proses produksi.
3. Penjadwalan
lembur
Apabila perusahaan
tidak dapat memberikan redundansi, maka lembur dapat menjadi pilihan. Meskipun
dalam lembur perusahaan harus menyediakan berbagai macam tunjangan dan
insentif, tetapi hal ini masih lebih memungkinkan untuk dilakukan daripada
menunggu pengadaan redundansi. Lembur yang terjadwal juga memberikan opsi
tambahan pemasukan bagi karyawan, dengan harapan mereka dapat memperoleh income
lebih besar. Lembur yang baik juga dapat memicu semangat karyawan, terutama
jika karyawan memiliki kepribadian Y. Diperlukan transparansi pemberian
insentid lembur, dalam hal ini kejujuran dari pihak karyawan dan perusahaan
dalam mengelola lembur, sehingga lembur dapat menjadi maksimal.
4. Penerapan
TQM optimal
Kekuarangan
kuantitas dapat ditambal dengan kualitas. Maksudnya, meskipun perusahaan
memiliki produksi minim, perusahaan dapat memicu peningkatan kualitas dari
barang yang diproduksi. Dengan penerapan TQM, harapannya meskipun dilakukan
pemeliharaan terjadwal, perusahaan masih memiliki keunggulan kompetitif pada
kualitas produk yang diproduksi.
No comments:
Post a Comment