Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Sunday, January 19, 2014

media untitled

a person who can control public opinion, wins.

"press"

opini publik tercipta dari informasi semacam apa yang diterima dan diolah oleh publik. besar kecilnya impact, atau opini publik seperti apa yang terbentuk sangat tergantung dari kapasitas pengirim informasi, yang dimainkan oleh media, baik itu media cetak, elektronik, atau media-media lainnya.

koninchiwa minna, akhirnya ane bisa posting juga, walaupun tadi sempat mual-mual, karena ngga enak badan, benar-benar ngga enak badan, yah doain ane aja ye gan..
oke, siang ini ane mau mbahas media, gatau kenapa pingin aja nulis tema yang satu ini. tapi tulisan ini adalah intisari dari pemikiran ane selama ini, soalnya, walaupun dampaknya belum bisa dibuktikan secara kuantitatif tapi secara kualitatif, mau tidak mau kita percaya, media memegang peranan penting, dalam perjalanan ke arah kebaikan atau untuk penghancuran sekalipun.

untuk pembaca dari indonesia nih, masih ingatkah kita masalah makanan ber formalin yang nge tren karena diangkat terus menerus oleh acara repo*tase i*ve*tigasi? sehingga membuat omset pengusaha lokal yang menjadi sasaran pemberitaan menurun drastis, sedangkan pengusaha asing yang tidak tersentuh press tenang-tenag saja. atau bagi masyarakat mancanegara, ingatkah teror phobia yang dihembuskan media media besar seperti C*N atau V*A yang meunculkan sindrom islamic phobia yang sampai detik ini masih menghambat proses toleransi yang bertujuan untuk menjaga perdamaian dunia. atau berbagai kasus lainnya, yang dengan dimotori media, segala sesuatu yang fakta bisa berubah menjadi fiktif dan yang fiktif menjadi fakta.

perlu kita sadari, sepintar apapun masyarakat dunia, secerdas apapun mereka dalam melakukan filtering terhadap informasi yang masuk, opini mereka tetap bisa diarahkan, karena pada dasarnya, dengan pengemasan yang baik, proses filtering akan menjadi sia-sia ketika tetap terjadi distorsi dalam distribusi informasi yang di gerakkan oleh media.

jadi, media terbukti betul, dapat membuat secerdas apapun suatu masyarakat, tetap akan dapat disetir opininya, jika tujuan mulia media berubah menjadi suatu alat pengontrol opini yang bertugas melayani kepentingan sejumlah kecil elit yang tidak mau terganggu kepentingannya.

kita mengetahui derajat amerika dan barat dalam segi intelektualitas dan sosialitas, kapasitas mereka jauh diatas masyarakat negara dunia ketiga, tetapi dengan mudahnya, hanya dengan peledakan sebuah gedung dan tumbal 4000 nyawa, mereka merestui pembantaian 20.000 nyawa dan 2000 gedung di afghanistan, atau hanya dengan isu senjata pemusnah massal, mereka yang merupakan "pendukung demokrasi" mau menjadi suksesor pemakzulan demokrasi di negara berdaulat seperti iraq. apalagi indonesia, yang notabene merupakan negara dengan kualitas intelektualitas masyarakatnya jauh di bawah negara-negara maju, cukup dengan isu sapi 1 milyar (bayangkan, 6000 ton sapi deal, hanya disogok 1 milyar) atau isu kardus dollar (kilang minyak senilai milyaran dollar mau ditukar dengan kardus berisi 200.000 dollar), segera terbentuklah opini publik yang menyatakan si anu dan si anu korupsi de el el. menyebalkan. padahal hari sebelumnya ada berita dan informasi yang lebih mantap, seperti kasus talangan trilyun yang meilbatkan orang nomer 2 negara atau proyek revitalisasi atlet yang di nikmati berjamaa'ah, tapi hanya dengan sebuah kasus kecil yang dibungkus dan di bombardir kearah masyarakat, dan whalla, lupa dengan kasus jos yang heboh hari sebelumnya.

mantagg sogg!! itu kata hezkiel, fans death metal yang ngetren di situs 9Gag ala indonesia. bayangkan betapa kuatnya media mampu menyetir opini, mampu meutarbalikkan fakta, apalagi di zaman "up to second" sekarang (tidak percaya? lihat Twitter.com), kita benar-benar menjadi sasaran empuk pengarahan dan pengaturan opini, dan tentunya sangat tidak mengenakkan, dan apalagi kita mengetahui bahwa media-media itu berada di bawah kontrol kelompok tertentu yang bertujuan untuk menganeksasi kekuasaan politis di negeri ini! betapa mengerikan, jika sampai detik ini kita masih berlaku seperti sapi glonggongan yang pasrah saja di cekoki jutaan kubik berita racun yang membuat kita menjadi orang yang kehilangan keyakinan dan prisnsipnya.

lantas bagaimana? kapasitas blogger atau situs-situs online bukan tandingan gurita media, kita hanya mampu menyuarakan sedikit kebenaran yang mungkin akan menjadi debu atau dilupakan oleh pembaca. forum-forum diskusi yang kelasnya kelas lokal hanya akan membawa dampak bagi yang terlibat saja, sedangkan kita berbicara tentang opini publik, dan forum forum chat room di jejaring sosial sama sekali tidak akan membuka mata para "user" internet. tapi itulah kapasitas kita, yang bisa kita lakukan sekarang untuk mempertahankan identitas kita hanya tetap berkarya menyampaikan kebenaran, terus secara perlahan secara kontinyu berpendapat, selagi negara ini masih membebaskan pembentukan opini, dan tetap terus membentuk dan mempertahankan prinsip kita untuk terus berpegang teguh kepada kebenaran dan integritas. karena semungkar apapun, se jahat apapun manusia, tetap dia akan terus mencari kebenaran, manakah sebenarnya yang benar, dan manakah yang salah, kecuali mereka yang telah membuang identitas mereka sebagai manusia.

jadi, siapapun anda, dimanaganu agan dan jadi apapun agan, selama agan masih peduli dengan keadilan dan kejujuran, agan bisa menjadi pahlawan, hanya dengan berusaha menyampaikan informasi yang benar, tidak peduli didengar atau tidak, itulah yang agan butuhkan untuk menjadi seorang pahlawan.

wallahu a'lam

penulis, muhammad Abdullah Azzam
Mahasiswa S1 Manajemen FEB UNS, Surakarta.
*tidak ada maksud menghina atau melecehkan dalam pemilihan lambang ataupun konten isi, ini hanyalah opini publik dari pengamatan dalam sudut pandang awam.

No comments:

Post a Comment