Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Sunday, June 28, 2020

Resensi Film : The Message, Pesan Kedamaian yang Tidak Pernah Usang


 
Sumber : Koleksi Pribadi Penulis

Film The Message
Pesan perdamaian yang tidak pernah usang

Salah satu hikmah dari wabah Covid-19 adalah nikmat waktu luang luar biasa. Nikmat ini memberikan kepada kita kesempatan untuk mencoba berbagai hal baru, menambah wawasan, hobi baru, hingga mungkin aktifitas produktif baru selain rutinitas kita. Lihat saja, sekarang umum kita saksikan muda-mudi hingga dewasa bersepada baik itu di pagi, sore bahkan malam hari, sederhana, guna menjaga kebugaran tubuh. Maka memang, wabah ini luar biasa dampaknya baik secara sosial, kesehatan dan ekonomi, namun memang tidak ada salahnya coba untuk mengambil hikmah, dan mensyukuri, wujud kasih sayang Allah SWT di masa pandemic ini.

Bagi saya, mahasiswa semester akhir di program pascasarjana, dan masih ditambah sebagai jajaran manajer di sebuah perusahaan kelas menengah, banyak hal sangat dipengaruhi oleh pandemic ini, mulai dari kehidupan studi hingga pekerjaan. Bagaimana studi ditempuh menggunakan video conference, bahkan muncul opsi konferensi ilmiah via online, kantor dengan segala protokolnya, hingga penyiapan strategi bisnis di masa pandemic. Semua ini sangat luar biasa, menyita pikiran dan tenaga. Namun berbeda dengan kerja fisik,  dengan sedikit manajemen waktu dan karena semua dilakukan di rumah, jadi ada banyak waktu bisa digunakan untuk melakukan hal lain, salah satunya menonton film.

Sebelum saya melanjutkan, semacam disclaimer, betul tidak ada individu dengan tantangan sama saat pandemic ini, maka setiap orang penulis anjurkan untuk tetap saling bantu sesame, saling bantu antar tetangga. Karena inilah salah satu cara bagi kita untuk melalui masa pandemic dengan nilai kebaikan sempurna.

Oke, kembali ke nonton film tadi, disebabkan minimnya hiburan, karena di rumah internet pun susah, koleksi film lawas menjadi pilihan. Bahkan VCD player di rumah pun harus bekerja lagi, karena dia menjadi salah satu solusi untuk mengalihkan diri ini dari acara tidak jelas di televisi. Akhrinya film kartun lawas, seperti petualangan Asterix dan Obelix. Film box office dari tahun 2000 an, mulai dari Braveheart, The Patriot, hingga The Kingdom of Heaven. Atau film fantasi legendaris, mulai dari The Lord of The Ring hingga seri Harry Potter, menjadi pengisi waktu luang selama studi dan kerja masih dilakukan rumah.

Diantara film-film tadi, ada satu buah film, umur film itu lebih tua dari umur biologis penulis sampai detik ini, dan bisa dikatakan inilah film paling bermutu jika dibandingkan dengan film-film sebelumnya. Tentu membandingkan sebuah film non-holywood dengan film holywood lalu mengklaim film asing itu lebih baik adalah kegilaan tersendiri. Namun, jika film tersebut mampu menyajikan gambaran ringkas kehidupan manusia paling mulia, bahkan disebut Michael Heart sebagai manusia paling berpengaruh di dunia, apakah bisa dibandingkan dengan cerita soal penyihir dan orcs? Tentu tidak. Film inilah film Ar-Risalah, atau The Message dalam bahasa inggris. Memiliki durasi sekitar 3 jam, meringkas kisah panjang sejarah hidup dan dakwah Rasulullah SAW, dalam perspektif adil dan berimbang.

Tentu, menonton film ini bukan kali pertama bagi penulis. Saat keluarga penulis membeli perangkat computer di 2004, inilah film pertama di computer tersebut, saat sedang malam bina iman dan taqwa baik di TPA ataupun sekolah dasar, film ini menjadi suplemen utama, dan lain sebagainya. Maka hakikatnya, adegan, kisah dan akhir film ini, sudah sangat akrab dengan kehidupan penulis, apalagi ketika di pondok pesantren, saat penulis memiliki kesempatan menyelesaikan berbagai varian buku sirah nabawiyyah. Namun, ada satu hal, sangat berbeda jika membandingkan film di masa kecil itu, dengan pengalaman menonton ulang film ini, dulu penulis fokus membaca subtitle, namun saat ini penulis bisa menikmati betul naskah dan dialog si aktor dalam bahasa aslinya.

Film ini memiliki 2 versi, versi bahasa arab dan bahasa inggris. Dan karena penulis hanya memiliki sertifikat IELTS 7.0, akhirnya penulis hanya mampu menikmati film the Message dalam versi bahasa inggris saja. Namun amat benar sekali, bahkan dari versi bahasa inggris saja, banyak hal, jauh berbeda dengan apa yang mampu diterjemahkan oleh si pembuat subtitle, dan film ini jauh dari sekedar adegan Perang Badar, Perang Uhud dan terbunuhnya paman nabi Hamzah bin Abdul Muthalib. Sangat banyak adegan yang berhasil menggambarkan bagaimana islam, baik melalui masalah klasik, hingga masalah kontemporer saat ini.

Jika penulis ingin mengambil contoh. Islam dewasa ini dipandang sebagai agama orang gila perang. Seluruh isu terorisme, konflik berdarah, selalu dinisbatkan kepada ummat islam. Sangat menyedihkan memang, tetapi inilah kenyataannya. Namun dalam film ini, saat adegan build-up menuju adegan favorit, perang badar, digambarkan kondisi saat itu dan mengapa ummat islam dibawah pimpinan Rasulullah SAW harus mengangkat senjata.

Setelah Rasulullah berhasil menyelesaikan fondasi kehidupan bernegara di Madinah, orang Mekkah sangat geram dengan hal tersebut, dan dibawah pimpinan Abu Jahal dan Kroninya, mereka memutuskan untuk melakukan sesuatu. Seluruh harta benda, yang masih merupakan hak dan milik para Muhajirin, dirampas, termasuk didalamnya rumah milik Abu Bakar RA, dan Rasulullah SAW, semuanya dibawa kepada caravan-karavan menuju Syam. Berita ini, dalam adegan di Film dibawa oleh Salhur, seorang munafik, dengan tujuan memprovokasi ummat islam. Apakah ummat islam marah? JELAS, tidak ada manusia dengan fungsi akal dan hati yang sehat, tidak tersakiti saat harta, benda dan keluarganya disakiti sedemikian rupa. 13 tahun di Mekkah mereka menahan siksaan dan kebencian, dan saat akhirnya mereka memperoleh kedamaian, harta keluarga mereka dirampas dan diperdagangkan? Inilah yang penulis sebut “dzalim”.

Maka beramai-ramai ummat bertemu Rasulullah SAW, meminta solusi, meminta jalan keluar. Namun apa kata Rasulullah SAW? Damai, damai dan damai. Bahkan ada adegan percakapan panjang antara Hamzah RA paman nabi dengan Rasulullah SAW, yang berakhir dengan perginya Hamzah RA dengan kecewa, karena Rasulullah SAW tidak kunjung memberikan perintah berperang, dan terus menyuruh untuk damai dan bersabar, karena meminjam istilah di film, Rasulullah SAW sangat membenci pedang.

Pada akhirnya memang terjadi Perang Badar, adegan favorit penulis dalam film, dan titik balik dari perjuangan dakwah islam. Tapi dari build-up terjadinya pertempuran ini yang digambarkan dengan apik di dalam film, ditambah dengan fakta historis yang sejarawan baik barat atau timur bersepakat, semua ini disebabkan karena tindakan opresif dan provokatif yang dilakukan musyrikin Mekkah, kalau dalam bahasa anak-anaknya, mereka yang mulai duluan. Perampasan harta, tidak provokasi, belum termasuk penyiksaan dan penindasan yang terjadi selama 13 tahun saat dakwah islam masih tertatih-tatih di Mekkah, dan inilah wujud pembelaan diri kaum muslimin pada waktu itu.

Ini jugalah yang menjadi alasan kenapa negara bernama Amerika Serikat bisa muncul bukan? Tidan penjajahan dan pajak semena-mena dari inggris, mulai dari pajak jendela, teh, hingga stempel. Ini cukup untuk membuat rakyat koloni Inggris di Amerika Utara mengangkat senjata dan melawan. Ini juga alasan kenapa terjadi Serangan Umum 1 Maret dan Perang Gerilya Jenderal Sudirman, bahkan peringatan Hari Pahlawan 10 November. Karena rakyat Indonesia yang baru merdeka tidak mau tanah airnya diinjak-injak sekali lagi oleh Belanda dan Sekutu. Artinya sejarah banyak dibangun oleh perlawanan manusia atas penindasan yang dialaminya, dan inilah hak manusia untuk melawan. Apakah dengan dirampasnya harta dan dilecehkannya harga diri, dan kamu bisa melawan lalu kamu tidak melawan membuat kamu lebih keren? Tidak, inilah titik awal menuju kebinasaan.

Dan meskipun ummat islam berperang, aturan kedisiplinannya sangat luar biasa ketat. Larangan untuk merusak pepohonan, tempat ibadah dan binatang ternak. Larangan untuk membunuh wanita, anak-anak dan orang tua renta, dan perangilah mereka yang memerangi dirimu saja, larangan membunuh mereka yang bekerja di ladang, mereka yang berada di tempat-tempat ibadah. Bahkan ketika mendapatkan tawanan, mereka dilarang mengikat tawanan, tawanan diminta berjalan bersisian dengan mereka, dan diberi makan, menu dan porsi yang sama. Inilah aturan perang kaum muslimin dan ini ditampilkan dengan sangat apik di film tadi, namun tentu subtitle tidak mampu menerjemahkan semuanya dengan apik, serius, syariat yang orang awam sulit memahaminya, ditampilkan dengan sangat mudah dan elegan, serta menyentuh dasar-dasar peperangan dalam islam dengan sangat apik, asal, kita mampu memahami bahasa inggris atau bahasa arab saja.

Seringkali islam juga dipandang sebagai agama, dimana kedudukan perempuan dipandang rendah, bahkan cenderung diasingkan dari hak-hak bersosial. Namun jika dibandingkan dengan masa jahiliyyah, sebelum datangnya islam di Jazirah Arab, dimana mengubur hidup-hidup anak perempuan adalah sebuah budaya, perempuan tidak berhak memperoleh warisan, bahkan seringkali seorang istri dianggap sebagai benda warisan dari suaminya, ini adalah fakta sejarah dan benar-benar terjadi. Fakta yang menunjukkan sebelum datangnya islam, tatanan sosial masyarakat jahiliyyah benar-benar memposisikan perempuan sebagai benda, sebuah barang.

Maka dalam sebuah adegan ketika Salhur, si munafik membawa berita dari Madinah, bagaimana Rasulullah menetapkan bahwa perempuan memperoleh hak waris, ini membuat gentar masyarakat jahiliyyah. Mengapa? Kebudayaan mereka, dimana hal tersebut sangat terbelakang dan merugikan kaum perempuan dicerabut sampai akar-akarnya, dan bahkan karena anjuran inilah Musyirikin Mekkah menyebut Rasulullah SAW gila, dan kemudian menjadi bahan tertawaan mereka.

Lalu isu kesetaraan antar manusia tanpa memandang warna kulit, dimana hal ini menjadi perbincangan belakangan setelah munculnya protes atas kebrutalan polisi dan rasisme sistematis di Amerika Serikat. Amerika Serikat, konon katanya negara penuh kebebasan, belum bisa menghilangkan rasisme sepenuhnya dari kehidupan mereka, dan ini sudah memasuki pertengahan tahun 2020! 14 tahun lalu melalui Al-Quran, Allah SWT menyampaikan bagaimana saat kembali ke hadapan-Nya, tidak ada istilah perbedaan warna kulit. Iman dan amal sholih lah, penentu siapa memperoleh nikmat, siapa memperoleh siksa. Hal ini pun tergambar pada bagaimana ummat islam saat ini beribadah. Saksikan saja setiap musim haji, semua ummat muslim, tidak melihat warna kulit ataupun status sosial, semua tunduk khusyuk di Arafah, sama-sama memakai kain ihram, sama-sama memohon ampunan dan berdoa kepada Allah SWT. Luar biasa bukan?

Dan sekali lagi, film The Message menggambarkan hal ini dengan sangat luar biasa. Bagaimana episode setelah Masjid Nabawi selesai dibangun, dan Rasulullah SAW mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar, Salhur kebagian bersaudara, memeluk dan mencium Bilal, seorang mantan budak berkulit hitam. Apa yangdia katakana pada adegan setelahnya saat dia membawa kabar dari Madinah?

“Aku tidak bisa menerima kebijakan memeluk dan berciuman dengan budak!”

Pada kisah ini, Bilal sudah menjadi manusia merdeka, setelah dibebaskan oleh Abu Bakar, namun tetap saja Salhur dan kaum musyrikin memanggil dia dengan sebutan sama, budak berkulit hitam. Ditambah lagi dalam kebijakan Rasulullah SAW beliau menekankan tentang aspek kesetaraan yang dimiliki oleh manusia, tidak peduli apapun latar belakangnya. Dalam satu adegan saat Salhur membawa berita dari Madinah, seluruh pandangan miring tentang islam dibantah seluruhnya dan inilah syariat islam sesungguhnya. Kesetaraan rasial, hak-hak perempuan, kewajiban menghormati agama dan keyakinan orang lain, kewajiban memenuhi perjajian-perjanjian, hingga hak atas hewan tunggangan, semua dibahas pada satu adegan dan semua memberikan gambaran ringkas tentang bagaimana islam dan Rasul-Nya membawa perubahan, revolusi budaya secara fundamental bagi masyarakat arab. Dan tentu, ini semua untuk tujuan yang lebih baik lagi.

Tidak terhitung betapa banyaknya adegan-adegan luar biasa, episode kehiudpan Rasulullah SAW yang digambarkan dengan apik pada film ini, mulai dari bagaimana kaum muslimin move on dari Perang Uhud, bagaimana menghadapi Perjanjian Hudaibiyyah, hingga fathu Mekkah, semua digambar dengan apik, luar biasa, dan menunjukkan alasan mengapa Rasulullah SAW benar membawa sebuah kebenaran hakiki.


Namun sayangnya, sebagaimana kata para ulama, “islam itu dihijabi (ditutupi) oleh orang muslim”, dimana kemuliaan islam seringkali dikaburkan oleh kelakuan ummat-nya. Bagaimana Rasulullah SAW mengangkat harkat dan martabat perempuan, ditutupi dengan pandangan sebagian kecil orang muslim sendiri tentang larangan mereka untuk memperoleh hak atas ilmu pengetahuan. Kesetaraan rasial dihadapan Allah SWT, ruh bersosial dalam kehidupan bermasyarakat kabur oleh tindakan-tindakan kaum muslimin sendiri saat mereka melancarkan genosida, atau mungkin kejahatan berdasarkan warna kulit. Bagaimana islam sangat menghargai dan mengehendaki perdamaian dirusak dengan sebagian kecil elit politik, yang mengaku muslim tapi senantiasanya membuat sabotase, memprovokasi rakyatnya sendiri, dan menyanjung pecah-belahnya ummat. Padahal di negeri-negeri yang jauh, banyak saudara kita sesame muslim, hidup dibawah tindakan opresif dan represif, hanya karena mereka memilih untuk menjadi muslim, namun seringkali pemimpin-pemimpin itu lebih suka melihat rakyatnya saling bantai dan benci, daripada menolong sesame muslim.

Menjadi hal penting kiranya, kita lebih dalam mempelajari dan mengenal sosok mulia yang namanya selalu kita sebut dalam sholat. Kajian langsung, online dan buku-buku sirah nabawiyyah jelas menjadi sumber-sumber primer, sebisa mungkin kita selesaikan barang 1 buku yang kredibel, atau rutin kajian sirah mulai dari lahir hingga meninggalnya Rasulullah SAW. Namun jika sifat kemanusiaan kita masih mengalahkan kita, tidak ada salahnya kemampuan bahasa inggris kita dipergunakan, untuk menyelesaikan film ini sesuai dengan naskah bahasa inggrisnya, syukur-syukur kalau bisa mendengarkan dan menyelesaikan naskah berbahasa arab. Karena jelas, subtitle tidak bisa menggambarkan keseluruhan kisahnya.

Terkahir, karena penulis termasuk manusia, dan Alhamdulillah masih beragama islam, jika ada salah kata atau hal yang menyinggung, maaf sekali. Karena bisa jadi, penulis juga termasuk, mereka-mereka yang mengaburkan kemuliaan islam. Karena islam terlalu mulia jika hanya dibicarakan oleh manusia yang selama hidupnya tidak mendalami agama itu sendiri. Namun setidaknya, dengan tulisan ini bisa menumbuhkan semangat untuk semakin mecintai Rasulullah SAW melalui sumber daya yang kita miliki, dan ya, bahwa ulama-ulama kita, memberikan banyak sarana yang memudahkan kita untuk menunjukkan cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Wallahu ‘Alam.



 Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.


For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini

kunjungi juga profil selasar saya di : https://www.selasar.com/author/abdullah/
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 


















No comments:

Post a Comment