Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Tuesday, June 23, 2020

40 Hari


Source : BBC.com 

40 Hari
Sebuah prosa kemanusiaan

Bukan waktu yang lama, hanya satu bulan lebih sepuluh hari. Biasanya para mahasiswa tingkat akhir mulai bangkit kesadarannya untuk menyelesaikan studi pada momen seperti ini. Jika studi mereka berhasil selesai dalam rentang waktu ini mereka akan mengikuti sidang skripsi, jika gagal biasanya mereka akan berkata “aku akan berkeliling dunia!”. Entah studinya selesai atau tidak aku tidak tahu.

Terhitung waktu yang singkat juga, karena dalam waktu sesingkat itu bagi para atlit mereka hanya bisa sementara meyembuhkan cedera angkel mereka. Jadi, meskipun final piala dunia akan dilaksanakan 40 hari, atlet itu akan pulang dan pergi rumah dan ruang perawatan agar ketika hari H, saat final dia bisa hadir di lapangan. Jika saja dia membolos 1 hari saja dari berkunjung ke ruang perawatan, bisa dijamin mereka tidak akan tampil maksimal bahkan tidak bisa tampil. Setelah itu hasilnya menang atau kalah tidak akan berhubungan dengan mereka, karena mereka akan kembali ke ruang perawatan.

Juga bukan waktu yang membosankan karena di waktu itu kamu bisa melakukan banyak hal. 40 hari libur musim dingin biasanya digunakan orang-orang eropa untuk mencari matahari. Di saat bersamaan orang asia yang kuliah di eropa akan berlomba mencari kerja sambilan, konon katanya bayarannya cukup untuk biaya pernikahan di Indonesia. Artinya 40 hari itu cukup membuat orang eropa dan asia bahagia, bahkan di Indonesia waktu sepanjang itu bisa menjadi kunci meraih kebahagiaan setengah agama.

Namun lain bagiku dan bagi orang yang aku temui. 40 hari bisa saja berlalu dengan sangat mengerikan, karena pada momen itu secara acak aku bisa saja pergi meninggalkan dia, dan jika aku pergi, ya dia ikut pergi bersamaku. Kadang mereka merasakan kehadiranku dengan rasa sakit tidak wajar di ulu hati, bisa juga dia tidak merasakan apa-apa. Tapi setiap kali aku pergi sekujur tubuh mereka dari tumit hingga ubun-ubun akan merasakan sesuatu. Ya sejujurnya sesuatu itu akan sangat menyakitkan.

Hari ini adalah awal dari 40 hari aku bertemu dengan sosok itu, bukan sosok istimewa, karena dia akan merasakan rasa sakit sama seperti yang lain. Bukan sosok terkutuk seperti Ariel Sharon, dimana rekan ku masih asik menarik ulur waktu kepergiannya, diselingi tawa dari kolega lain yang sibuk menulis, sedangkan kolega satunya hanya tertidur saja karena tidak ada yang perlu ditulis. Jadi sosok ini hanya akan aku ajak pergi dengan wajar, sebenarnya aku ingin bertukar tempat dengan rekan kerjaku, namun sepertinya dia sangat menikmati pekerjaannya.

Saat aku datang, kedua rekan kerjaku menatap dengan mengerenyit. Eh kenapa? Salah satu rekan kerja terlihat tidak menulis, sedang satunya sibuk menulis, dan sangat jarang sekali aku temukan di 40 hari demikian rekan kerja yang satu itu sibuk menulis. Siapa gerangan yang akan aku temani selama 40 hari itu? aku mencuri lihat dan aku hanya bisa terenyuh. Sosok itu hanya anak kecil! Memang hal ini mungkin terjadi tetapi, pertama, saat ini aku berada di padang pasir, tidak apa-apa selain pasir sejauh mata memandang. Kedua, sosok kecil itu sendirian di tengah-tengah nya! Tidak ada sesiapa yang menemaninya. Aku menggaruk kepala sementara kedua rekan kerjaku hanya menggeleng setengah tidak yakin. Aku sedikit banyak mengerti sebabnya karena aku juga baru saja dari tempat itu, tapi jika sosok kecil itu sampai harus melewati proses mengerikan ini, bukankah lebih baik jika dia bertemu denganku di tempat itu?

40 hari tidak mesti berakhir dengan di hari terakhir aku pergi dengan mereka. Pada beberapa kesempatan hari-hari aku bersama mereka selesai lebih cepat, karena tuan-ku menginginkan untuk segera bertemu dengan mereka. Di kesempatan lain waktunya sampai bisa ditunda, beberapa alasannya adalah Tuan ku menganggap orang itu masih bisa berbagi kebaikan lebih banyak lagi. Namun melihat kondisi demikian, aku nyaris bisa memastikan sosok kecil itu akan pergi dengan cepat. Jangan lupa ini di tengah padang pasir, jika kamu tidak kehausan di siang hari, maka pada malam hari serigala liar siap memotong lepas arteri karotidmu. Itulah kenapa rekan kerjaku tetap melanjutkan pekerjaannya dengan muka tidak menyenangkan, meskipun aku masih belum tahu kehendak Tuan, tetapi mungkin mereka merasa aku pasti pergi dengan sosok kecil itu.

Hari berlalu dan sosok kecil itu terus berjalan membelah desing angin dan sengatan matahari. Dia mengenggam sebuah bungkusan di tangan kanan nya, wujudnya seperti pakaian tetapi aku tidak tahu untuk apa hal itu, karena kamu tidak membutuhkan kain di padang pasir kan? Tetapi dalam setiap malam, si kecil selalu memeluk kain-kain itu erat (dan entah kenapa dia bisa selalu menemukan tempat perlindungan dari terkaman serigala). Setiap malam salah satu rekan kerjaku semakin sibuk menulis, apalagi jika sosok itu menangis dan menggumamkan doa-doa. Aku hanya bisa menunggu sembari ditemani rekan kerjaku yang satu lagi, dan entah kenapa aku masih heran dengan melihat rekan kerjaku ini bisa bersantai. Padahal ketika aku datang biasanya dia yang paling sibuk.

Hari sudah berlalu dan baju yang anak itu kenakan sudah mulai berwarna kusam. Pasir dan debu menghiasi wajah dan pakaiannya. Aku menyaksikan bahwa langkahnya semakin lemah, dan dia hanya mampu menggumam lirih, setiap kali dia menggumam, rekan kerjaku semakin sibuk dan semakin sibuk. Aku menyiapkan diriku, mungkin Tuan ingin segera bertemu dengan nya kah? Aku mulai mendekati sosok itu, kedua rekan kerjaku sudah siap menutup buku catatannya. Pada saat aku menyentuh ubun-ubun-nya, Tuan ku memberikan putusan nya.

Aku dipindahkan ke tempat lain.

Oh, tuan menghendaki sosok mungil itu hidup lebih lama ternyata. Kedua rekan kerjaku tersenyum dan membuka kembali catatan mereka, sedangkan aku menyaksikan dari jauh scenario apa yang tuan rencanakan?. Di horizon aku melihat sesuatu berwarna putih bergerak cepat menuju anak kecil itu, aku bisa merasakan ada banyak rekan kerja diatas benda itu.

Dalam waktu singkat benda putih itu mendekati anak kecil itu, dan keluarlah sosok-sosok lain yang lebih besar. Mereka yang biasanya aku antar menuju tuanku di tempat itu, juga berukuran sebesar sosok-sosok itu. Anak kecil itu didekati, diberikan air oleh sosok-sosok itu, dan salah satu dari mereka kudengar bertanya “apa yang kamu bawa?”. Sosok kecil itu menunduk dan dengan lirih dia menjawab

“ini milik ibu dan kakak-kakak ku, mereka sudah tidak bersamaku lagi”

Dalam waktu sesingkat itu semesta bergeming. Namun, kami mampu mendengarnya, mendengar suara gemuruh Singasana Tuan-ku. Gemuruh itu membuat kami semua merinding karena kami tahu, scenario-Nya yang lebih agung akan dimulai, dan kedua, dia menahan rindu-Nya untuk bertemu anak itu, menahan betul-betul rindu-Nya.


Syiria will always be free. 

Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.


For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini

kunjungi juga profil selasar saya di : https://www.selasar.com/author/abdullah/
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 



No comments:

Post a Comment