Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Friday, July 3, 2020

Semanggi Berdaun Empat


Source : https://metro.co.uk/2016/03/17/st-patricks-day-2016-the-difference-between-a-shamrock-and-a-four-leaf-clover-5758043/


Semanggi Berdaun Empat
Sebuah Prosa Kemanusiaan

Aku pernah mendengar cerita kalau kamu menemukan semanggi berdaun empat, maka keberuntungan akan menyertaimu. Sederhananya, pada momen itu kamu adalah manusia paling beruntung! Luar biasa bukan? Maka pada zaman dahulu pasangan kekasih berlomba menemukannya bersama pasangannya. Jika mereka berhasil menemukan semanggi berdaun empat tersebut, bersama mereka akan simpan rapih pada buku kesukaan masing-masing, dengan harapan keberuntungan akan menyertai hubungan asmara mereka.

Sungguh kepercayaan romantic, namun tetap saja tidak berdasar. Aku sendiri tidak tahu kebenaran rumor itu, namun aku tahu jika daun semanggi yang tumbuh liar di lantai-lantai hutan adalah sumber cadangan air yang bagus dalam kondisi survival. Aku juga tahu rasa dedaunan itu asam-asam-segar, dimana beberapa daerah menjadikan nya sebagai sayur mayur dan lalapan. Jika diriku sedang dalam kondisi frustasi, menyengaja aku mencari-cari di taman kampus untuk melepaskan penat dan lelahku, enak! Jika aku harus memilih, ganja ataupun opium tidak bisa mengalahkan sensasi rasa dari daun semanggi.

Namun hari itu, hari dimana asap membumbung diseluruh penjuru negeri aku pertama kali menemukannya, semanggi berdaun empat! Sebuah kebetulan di hari berbau mesiu ini. Apakah hari ini akan menjadi keberuntunganku? Apakah aku akan bertemu kekasih hatiku? Akankah turun hujan emas dari langit? Inikan mitos yang orang orang itu bilang!

Bah! Apalah! Sejak kapan aku percaya dengan hal seperti ini? Aku tidak peduli, toh semanggi ini, mereka memiliki cerita bagaimana mereka tumbuh, bagaimana mereka menjadi satu dalam rangkaian utuh 4 kelopak daun, dan akhirnya berakhir menjadi makanan manusia, ternak atau pupuk hijau. Hari ini semanggi ini adalah rejekiku, adalah obat yang pas untuk membawaku lari dari dunia yang bergolak ini. Tuhan terimakasih! Atas berkat luar biasa ini.

Karena ini momen istimewa, dan daun semanggi ini juga istimewa, maka aku akan memakan mereka satu persatu, sembari memerhatikan lekat-lekat sosok mereka.

Semanggi pertama berwujud paling besar, tapi paling lusuh. Aku melihat ada sedikit lubang disana, mungkin karena dia tumbuh tidak sempurna, atau mungkin karena ulat. Sosok terlihat seperti ingin dipetik terlebih dahulu, karena dia berdiri didepan teman-teman nya, dan seingatku diantara gerombolan semanggi di taman tadi, dialah yang paling mencolok yang akhirnya membuatku mengambil dia dan ketiga temannya. Sungguh semanggi yang menarik dalam ketidaksempurnaan nya, sedikit aku buang bagian yang rusak, bagaimanapun aku tidak mau sakit karena memakan bekas makanan hewan. Lalu pada saat yang tepat, dan setelah dia bersih dan aku puas merobek-robek nya, aku masukkan dia ke mulutku. Sudah kuduga, rasanya agak aneh, tapi asam-manis nya masih terasa nikmat.

Daun kedua adalah daun paling mulus, berwarna hijau muda tanpa ada cacat sedikitpun. Sunggu daun yang menawan, aku hampir sayang memakannya. Namun apa boleh buat kan? Dia ditakdirkan tuhan untuk aku makan. Dia berada di posisi paling bawah, seingatku, paling dekat dengan semanggi berdaun 3 yang lain, yang masih kecil, paling terlihat menjaga! Seperti sosok kakak tampan. Aku bersihkan dia sedikit, memastikan tidak ada sisa tanah, lalu hap! Berakhir sudah menjadi hidangan bagiku, sudah kuduga, rasa daun muda nan bersih ini lebih nikmat dibanding daun pertama tadi.

Lalu daun ketiga, dia sedikit aneh karena secara bentuk ada sebuah bagian daun yang bopeng, tapi aku tahu itu bukan karena serangga atau apa, mungkin faktor genetik. Karena aku tahu daun itu tidak ada berbeda dengan yang lain, mereka sama-sama berdiri paling depan dibanding yang lain. Tentu saja jika aku tidak menemukan semanggi berdaun empat ini, mungkin aku sudah memilih daun yang lebih muda, meskipun mereka daun semanggi biasa. Bodo amat lah, aku makan saja, untuk melengkapi kenikmatan dari kelopak daun pertama dan kedua tadi. Rasa pahlawan! Apalah.

Lalu daun terakhir adalah daun paling kecil. Memang lebih kecil bahkan dari yang kedua, tapi dialah yang melengkapi kelopak daun semanggi ini menjadi semanggi berdaun empat. Mungkin dia yang terlambat tumbuh? Atau seharusnya dia tidak berada bersama ketiga kelopak daun sebelumnya? Bagaimanapun dia adalah rezeki terakhirku, dan bagian dari semanggi berdaun empat keberuntungan ini. Terimakasih tuhan, telah memberiku pengalaman makan luar biasa ini, akan aku nikmati potongan terakhir ini sepenuh hati, dengan memejamkan mata.

Dor. Dor. Dor. Dor.


Selamat tinggal para pahlawan, symbol keberuntungan dan perbaikan bagi negara dan bangsa ini. 

Untuk para pemenang dalam Reformasi Mei 1998


Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.

For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini

kunjungi juga profil selasar saya di : https://www.selasar.com/author/abdullah/
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 


No comments:

Post a Comment