Source : https://www.instagram.com/p/BVIj6A8Fu5A/?taken-by=azzam_abdul4 |
Dul dan Ekstrakurikuler
Sore itu, OSNK berkeliling ke
seluruh asrama dan mulai memukul-mukul tong sampah. Bukan, bukan disuruh
sholat, aliran sesat apaan yang sholat setelah waktu ashar? Bukan juga karena
ada bom atau sejenisnya. Tapi sebuah kabel listrik terlihat membujur dari
gedung sekolah menuju pohon rambutan di sebelah lapangan basket. Terlihat juga
beberapa orang santri berpakaian aneh-aneh bersiap dan tengah melatih
gerakan-gerakan tertentu.
Meskipun sekilas mirip penyiapan
latihan disebuah kamp teroris, tapi jujur bukan seperti itu. Rutin setiap awal
tahun, PPNK selalu mengadakan pengenalan ekstrakurikuler. Jangan dikira karena
kami tinggal di pedalaman kami tidak memiliki kegiatan ekskul. Santri-santri
disini diberikan kebebasan sepenuhnya untuk mengembangkan dirinya! Keren kan?
Meskipun ujungnya kemampuan beladiri jadi cara tercepat menguasai teknik kabur,
dan jago dalam olahraga jadi cara terampuh memperoleh popularitas di kalangan
santriwati, haha! Intinya di PPNK tetap ada ekskul, dan ekskul di PPNK tidak
hanya mendefinisikan masa mudamu, namun bisa jadi mendefiniskan status sosial
mu di struktur masyarakat PPNK.
Mungkin kalau lihat di anime-anime
Jepang, Kapten Tsubasa misalnya, anak-anak muda usia SMP dan SMA bahkan rela
berdarah-darah demi memperjuangkan klub/ekskul yang dia ikuti. Menjadi pemain
terbaik nasional atau dunia misalkan, umum menjadi ambisi anak-anak SMP atau
SMA disana. Lebih kerennya lagi, cita-cita tadi digambarkan di seluruh ekskul,
mulai dari ekskul kelas berat macam American Football hingga ekskul sepele kaya
siesta (tidur siang). Bener-bener keren dan membuat membara! Akhirnya di
berbagai SMP dan SMA biasa semangat macam tadi turut menjadi motivasi seseorang
untuk bergabung di ekstrakurikuler tertentu.
Tetapi seperti kata orang bijak,
kenyataan itu seringkali pahit. Cita-cita mulia tadi seringkali turun derajat
karena hal-hal sepele. Misalkan yang umum, cewek-cewek berlomba pingin jadi
anggota cheerleader alasan utamanya agar kecantikannya diakui. Cowok-cowok
berlomba masuk jadi tim basket agar maskulinitas-nya diakui. Sedangkan cowok
dan cewek yang masuk klub gajelas seperti klub menggambar adalah orang-orang
buangan. Yang masuk ke ekskul pramuka adalah generasi gosong masa depan, dan
yang masuk ke klub Patroli Keamanan Sekolah adalah calon satpam.
Tentu semua tadi hanya stigma yang
melekat ya, belum tentu semua orang berpikiran sama. Maaf kalau tersinggung.
Tapi, jika melihat kehidupan di PPNK stigma-stigma tadi berubah 180 derajat.
Karena di PPNK seseorang mengkuti ekstrakurikuler tertentu seringkali hanya
dengan satu alasa, “agar selama di PPNK dia memiliki kehidupan”.
Berwarna tidak-nya, nyaman
tidak-nya hidup santri-santri selama dia belajar di PPNK sangat ditentukan oleh
ekskul-ekskul yang dia ikuti. Semakin bergengsi ekskulnya, akan semakin
berwarna hidupnya. Maka tidak jarang seorang santri bisa memiliki 2 atau lebih
ekskul dan dia berusaha maksimal bekarya disana.
Ekskul di PPNK juga menentukan
kedekatan kita dengan kakak-kakak kelas. Mau tidak mau, hierarki sosial berdasarkan
senioritas bisa ditemukan di PPNK. Apalagi kakak kelas di PPNK melalui OSNK-nya
memiliki hak untuk mengelola adik-adik tingkat dibawahnya, dalam seluruh aspek
kehidupan sehari-hari. Maka, dengan bergabung di ekskul (apalagi jika ekskul
itu sering ikut lomba dan juara) membuat santri-santri junior memiliki koneksi
lebih baik dengan kakak-kakak kelas, yang artinya, kehidupannya selama di PPNK
bisa lebih nyaman.
Terakhir, prestasi santri dalam
bidang kurikuler maupun non-kurikuler akan selalu disebutkan by name (sebelum
era internet). Jadi, santriwan atau santriwati yang tenar biasanya adalah
mereka yang berprestasi. Selain itu, beberapa ekskul memiliki hak istimewa
untuk berlatih bersama atau berlatih di lingkungan lawan jenis. Otomatis,
dengan mengikuti ekstrakurikuler tertentu, akan memperbesar peluang menjadi
santri populer. Dalam hal ini, pribadimu akan dinilai sangat istimewa oleh
lawan jenis. Keren kan? Lewat ekskul kamu bisa menikmati masa muda, mendapat
kenyamanan hidup, dan popularitas. Siapa yang nggak mau coba?
Maka meskipun setengah terpaksa,
ane tetap datang ke agenda pengenalan ekskul (disamping biar ngga kena babat
rotan) untuk melihat ekskul apa yang cocok ane masukin. Sesuai realitas di
dunia luas sana, stigma-stigma tadi tetap berlaku di PPNK (duh), hanya dengan
sedikit perbedaan.
Agenda pengenalan ekskul selalu
dilakukan dengan runut sesuai genrenya. Biasanya dimulai dengan ekskul budaya,
beladiri dan olahraga, pecinta alam dan ditutup dengan pasukan pengibar
bendera. Dan ane akan bilang, semakin awal ekskul mu tayang, semakin rendah
poin-poin keuntungan ikut ekskul yang ane jelasin di atas (popularitas dan
sebagainya). Dan stigma semacam itu harus kamu tanggung selama bertahun-tahun
kamu menjadi santri.
Disaat orang masih tidak peduli dan
masih sebel karena mendengar pukulan rotan, tayanglah ekskul budaya. Ekskul
budaya ini secara sederhana adalah ekstrakurikuler yang tidak memerlukan kerja
otot. Termasuk ekskul budaya adalah klub menggambar, kaligrafi, graffiti,
pidato dan klub menulis. Mirisnya, beragam ekskul ini ditayangkan secara
bersamaan! Maksudnya dalam satu display, aka nada seorang berkacamata
menjelaska ekskul apa saja ini, beberapa adik kelas memegang karya seperti
gambar dan graffiti dan bekeliling lapangan basket, seseorang berorasi di
tengah lapangan diiringi 2 orang membaca puisi.
Penampilan ekskul budaya bisa
dilukiskan dengan satu kata, kekacauan. Keberjalanannya pun juga sama,
kekacauan. Alasan utamanya adalah, pertama, bisa jadi display ekskul adalah
satu-satunya waktu untuk tampil eksis. Kedua, keberjalanan ekskul seringkali
hanya berjalan maksimal 3 bulan. Ketiga, pondok kurang mendukung kompetisi
ekskul-ekskul ini (kecuali pidato). Terakhir, orang-orang dengan bakat alam
sama sekali tidak berminat untuk ikut ekskul semacam ini.
Akhirnya, ekskul-ekskul semacam ini
hanya menjadi tempat menampung orang-orang tidak jelas yang setidaknya mencari
kegiatan saja. Atau malah para buangan (sedih banget) yang tidak bisa memiliki
kehidupan di kamar. Bahkan kalaupun ada karya yang kita hasilkan dari ekskul
budaya tadi, sangat minim ruang display untuk karya-karya tadi. Ingat, saat itu
belum zaman internet, tepatnya berselisih 3 bulan dari mulainya zaman internet
di PPNK.
Maka, ekskul-ekskul ini sangat
rendah peminatnya. Beberapa orang kakak kelas sering mengeluhkan hal ini. Tapi ya
itulah kehidupan, miris memang karena selalu ada segolongan orang yang
tersingkir dari kehidupan.
Setelah kekacauan tadi berakhir
(karena jujur selain kekacauan ane ngga bisa nemuin kata-kata lain) dan
orang-orang sedikit aneh tadi keluar dari lapangan, masuklah para manusia yang
berteman dengan bola. Eskul olahraga. Bersamaan mereka datang membawa bola
sepak dan bola futsal. Bola ditimang-timang, diajak beratraksi, baik itu ditaruh
di kepala dan sejenisnya. Setelah mulai seru, datanglah santri-santri yang
diberkahi tubuh tinggi atletis, mereka membawa bola berwarna oranye.
Ya, tim bola basket. Tidak kurang
setiap kali display ekskul golongan ini menunjukkan batas nyata antara orang
keren dan orang kurang keren, orang berbakat dan kurang berbakat, orang populer
dan kurang populer, dan orang atletis dan kurang atletis. Sebagaimana di
sekolah-sekolah umum, para penghuni ekskul berkaitan dengan bermain bola
(playing with baallls) selalu diisi orang-orang berbakat
(meskipun saat iklan
ada kecap yang mengatakan "KaMi MeneRimA OrAng YanG MaU bEruSahA" (lol, wkwkwk). Karena
gengsi di ekskul yang seperti ini nilainya sangat tinggi.
Kamu bisa lihat buktinya di
anime-anime olahraga bahkan kuroko no basuke sekalipun. Seorang cebol berambut
biru bisa dapet ahh sudahlah, pokoknya cewek sangat suka dengan tipe cowok yang
berkeringan karena bermain bola (playing with baallls), tidak kurang santriwati
PPNK. Karena bemain bola (playing with baallls) menunjukkan nilai-nilai
maskulin laki-laki.
Maka tidak jarang para bintang
lapangan juga menjadi bintang di kehidupan sehari-hari, apalagi PPNK memiliki
KoemTRI rutin tahunan. Acara akbar kompetisi olahraga antar santri di PPNK yang
melibatkan banyak kompetisi bermain bola (playing with baallls) antar angkatan
di semua jenjang. Meskipun cuman acara lokal, jika kamu menjadi Man of The
Match dalam pertandingan namamu akan tersebar luas di seluruh penjuru PPNK.
Maka, memperoleh popularitas paling
cepat adalah dengan mengikuti ekskul semacam ini. Tetapi, sangat disayangkan
popularitas di ekskul bermain bola (playing with baallls) hanya bersifat
individu. Misal dalam sebuah tim futsal, yang dikenal tentu hanya kiper,
striker, libero dan back terbaik, padahal bisa jadi dalam tim futsal ada
sekitar 10 pemain. Maka, jika kamu gagal bersinar di ekskul bemain bola (playing
with baallls), ya mungkin nasibmu tidak jauh berbeda dengan yang ikut ekskul
budaya. Berusaha keras tanpa imbalan setimpal.
Berikutnya, mulailah hadir
orang-orang dengan seragam-seragam tertentu yang bernuansa asia timur. Ya, para
peserta ekskul beladiri (martial arts). Di PPNK ada 3 beladiri yang dijadikan
ekskul, dan akan ane urutkan berdasarkan level popularitas, Karate, Thifan
Tsufuk, dan Tae Kwon Do. Sifat pengikut ekskul beladiri tadi juga akan ane
jelaskan satu-satu.
Karate, beladiri mainstream dan
dikenal luas di dunia. Berasal dari jepang yang mengutamakan kekukatan pukulan.
Bang Mun, adalah bintangnya ekskul karate di PPNK. Dia adalah satu-satunya
santri yang memperoleh sabuk hitam selain Senpai dan Sensei nya (guru karate
adalah orang luar pondok). Dia hadir ketengah lapangan semabari dikelilingi 3
orang.
Tanpa ba-bi-bu ketiga orang tadi
mulai memukuli dan menendang Bang Mun, dan Bang Mun hanya melakukan
gerakan-gerakan ilmu kebal luar biasa, dan terlihat pukulan-pukulan tadi hanya
berasa geli di tubuhnya. Setelah selesai dipukuli, tiga orang tadi bertambah
menjadi 5 dimana 2 orang datang membawa pisau dan mulai mengeroyok Bang Mun. bak-buk-buk,
dalam aktu singkat kelima orang termasuk yang membawa pisau semuanya terkapar
di tanah.
Aksi pamer kekuatan dan ketangkasan
yang sedikit ekstrim tadi benar-benar sering mempesona para santri baru. Ditambah
popularitas Karate yang umum dikenal para lulusan SD dan SMP, ekskul ini selalu
memiliki peminat paling banyak dibandingkan semua ekskul secara keseluruhan. Dan
biasanya, setelah beberapa bulan belajar memukul, mulai muncul santri-santri
dengan gaya jagoan (ha ha) dan sejenisnya. Ane lebih berpikir bukan karena
Karatenya, tapi karena mereka memiliki kedekatan tertentu dengan Bang Mun.
Ekskul kedua memiliki kostum paling
keren. Warna dasar merah darah dengan aksen hijau membawa kesan elegan dan
anggun. Gerakan cepat dan luar biasa elegan membuat suasana setiap kali display
ekskul selalu lebih indah. Diiringi lagu pembuka game age of empire II, membuat
seolah kita dibawa jauh ke China, melihat aksi para pangeran masa lalu. Selain itu,
popularitas sebuah novel yang didasarkan pada beladiri ini membuat beladiri ini
memiliki tempat tersendiri di hari para santri.
Adalah Thifan aliran Tsufuk
namanya. Beladiri yang para pengamalnya jauh dari kesan sangar seperti misal
Bang Mun, bahkan sekilas para atlit beladiri ini mirip seperti orang-orang
culun. Karena sama sekali tidak ada otot-otot kekar betonjolan. Tapi, melihat
kemampuan para atlit untuk “terbang” benar-benar luar biasa.
Motivasi “ingin terbang” itulah
yang membuat banyak orang akhirnya ikut dalam ekstrakurikuler satu ini. Bukan main,
dalam beberapa tahun peminat ekskul ini bersaing ketat dengan karate. Dan jika
kebetulan hari latuhannya bersamaan mungkin Badan Intelejen Negara akan salah
mengira latihan ekskul ini sebagai sarana penyiapan teroris (hahaha) dilakukan
di pondok pesantren sih! (eh, nggak lah ya, wkwk).
Berikutnya, ekskul yang paling suka
mematahkan dan menghancurkan sesuatu dengan kaki. Ya, Tae Kwon Do. Ekskul ini
memiliki atraksi unggulan berupa mematahkan berbagai jenis kayu dengan kaki. Mulai
kayu triplek sampai kaki-kaki meja dan kursi. Krak! Begitu suaranya.
Terus? Udah? Iya, udah. Atraksi semacam
itu memang tidak cukup untuk mempesona semua santri. Tapi karena tae kwon do
termasuk olah raga internasional, cukup banyak alumni-alumni tae kwon do dari
SD maupun SMP yang bergabung kembali dengan ekskul ini di PPNK. Jadi tetap ada
peminat-peminat yang cenderung loyal dengan ekstrakurikuler ini.
Nah, popularitas dan harapan dalam
ekstrakurikuler beladiri memang tidak bisa sejalan jika tidak dibarengi usaha. Dalam
sebuah ekskul beladiri populer seperti karate dan thifan, paling yang bertahan
sampai akhir hanya 20-30% nya saja. Pada akhirnya semua ekskul beladiri
berakhir seperti Tae Kwon Do, hanya yang berniat yang bertahan dan bisa
memperoleh benefit di akhirnya.
Popularitas memang sulit diperoleh
dari ekskul ini, tapi kenyamanan hidup di pesantren bisa diperoleh. Sabuk hitam
karate, atau senkei diatas 15 bisa menjadi pembeda besar dalam kehidupan. Orang
akan berpikir 2 kali saat akan melakukan tindak kejahatan atau menindas mu
(dalam hal ini buli membuli). Dengan ekstrakurikuler beladiri, kamu benar-benar
bisa jadi pendekar sungguhan.
Berikutnya, bisa dibilang ekskul
dengan kegiatan menarik dan cukup memiliki nilai. Atraksi eksul ini saat
display benar-benar meriah, dan kedua ekskul ini dibawahi sebuah bidang
langsung di OSNK. Ekskul kepramukaan! Terdiri dari 2 ekskul besar, pecinta alam
(ALMANAK PPNK) dan pasukan pengibar bendera.
Stigma tentang ekskul di sekolah
luar yang berbeda dengan PPNK hanya ini (HA!) Sebutan ikan asin atau manusia
gosong tidak berlaku di PPNK untuk para santri yang beruntung bisa ikut ekskul
pasukan pengibar bendera PPNK. Disini mereka adalah super star! Artis level
dewa. Pecinta alam, umm, mungkin bisa disebut bumbu pelengkapnya.
Coba bayangkan, meskipun kerjaannya
hanya mengibarkan bendera, tapi para peserta ekskul ini betul-betul jadi artis
mahabesar di PPNK. Meskipun hanya baris-berbaris kerjaannya, tapi mereka
betul-betul sangat mudah memperoleh popularitas dan kenyamanan hidup di PPNK. Bahkan
disetiap display eksul mereka selalu memperoleh kehormatan menjadi atraksi
penutup dan selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh santri. Mereka, kalau sudah
memasuki zaman internet, hanya dengan memasang di bio “Paskibra PPNK” di
facebook, ratusan friend request dari santriwati sudah mengantri.
Selain itu, karena dibawah asuhan
langsung sebuah bidang di OSNK, jelas mereka mendapat cover penuh dari kakak
kelas, para senior. Selai itu, karena prestasinya mentereng, pondok juga mendukung
penuh ekstrakurikuler satu ini. Maka wajar jika akhirnya mereka menjadi kasta
sosial elit tersendiri. Meskipun masih menghadapi hinaan dan ejekan karena
memang ekskul ini konyol (sumpah sampai sekarangpun ane masih nganggep pasukan
pengibar bendiri itu konyol!! Silahkan kalau mau bully ane! Nggak papa!!) tapi
tetap saat melihat firend request dimana bidadari khayangan ngantri untuk di
accept, betul-betul bikin perut kita mules.
Tapi mungkin ane akan bilang, semua
hal itu didapatkan karena usaha dan niat. Diantara semua ekskul, hanya paskibra
yang mungkin jam latihannya bisa setiap hari selama satu pekan. Latihan berat
yang kadang sampai meresikokan muka kena gampar pantofel dari para senior. Latihan
yang sering tidak kenal waktu. Kalau mau melihat realitas perjuangan anak muda
memperjuangkan apa yang dia sukai, macam kapten tsubasa atau kuroko no basuke,
kamu bisa lihat paskibra PPNK.
Maka di sisi ini, ane akan bilang “kehidupan
dan hasilnya kamu yang menentukan”. Semua ekskul tadi (selain ekskul budaya)
memiliki hasil yang sama-sama enak, jika kamu mau berusaha keras. Meskipun kamu
tidak punya bakat, kamu bisa menumbuhkan bakat itu dengan usaha dan keinginan. Semua
disediakan PPNK, tinggal bagaimana kamu akan memilih untuk menjalaninya.
Maka melihat wajah cerah para
santri baru temen-temen ane, ane hanya bisa menyesal kenapa saat itu ane hanya
tersenyum sinis. Menghindari kesibukan dan keringat, ane hanya memilih ekskul
budaya (ekskul gambar) dan tidak peduli dengan ekskul-ekskul yang lain. Karena saat
itu, dengan kemalasan itu ane sudah menutup rapat-rapat kesempatan ane untuk
mampu berkarya lebih baik lagi di masa mendatang. Ya, penyesalan kadang hanya
dirasakan di akhir, namun saat itu, ane hanya memiliki satu pilihan : menjalani
kehidupan yang ane pilih.
-Continued
Azzam Abdullah Artwork/Azzam Abdullah
(masih) kuliah di UNS. Mencoba Menulis dan Menggambar.
follow @azzam_abdul4 on Instagram. or sent me email on : felloloffee@gmail.com
Untuk seri sebelumnya bisa tengok disini :
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/06/hikayat-santren-dul-dan-bahasa-arab-ana.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/06/hikayat-santren-dul-dan-santriwati.html
Thank you for Support!
Share, Follow and Comment!!
Azzam Abdullah Artwork/Azzam Abdullah
(masih) kuliah di UNS. Mencoba Menulis dan Menggambar.
follow @azzam_abdul4 on Instagram. or sent me email on : felloloffee@gmail.com
Untuk seri sebelumnya bisa tengok disini :
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/06/hikayat-santren-dul-dan-bahasa-arab-ana.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/06/hikayat-santren-dul-dan-santriwati.html
Thank you for Support!
Share, Follow and Comment!!
No comments:
Post a Comment