Assalamualaikum,
akhirnya bisa nulis lagi. hah,,hah,, asli beberapa hari ini rasanya ane pingin meledak, tapi ya sudahlah, meledak aja jadi tulisan biar asyik.
Btw ane nulis ini sambil diiringi gedumbrengan dari FKIP UNS Prodi (X), jadi ya biarlah, soalnya si mbak teriak-teriak mulu, bikin mules.
Siang Hari ini bukan bahasan berat ataupun serius, cuman pengalaman ane sepekan lalu, pas idul qurban dan ane dapet job buat mengantarkan kambing-kambing qurban ke daerah-daerah terpencil. Ceritanya, BPPI FEB UNS, lembaga ane menyeenggarakan program peduli sosial, bersama BEM FEB dan MEPA UNS, kebetulan kita dapet job menyediakan kambing qubran yang nantinya akan disembelih bareng-bareng di dusun Candi, desa Jtirejo, Ngargoyoso, Karanganyar. Dengan berbagai perjuangan dan Php, kita bisa mengumpulkan 6 ekor kambing dari berbagai sumber. Karena jumlahnya banyak, ane dan temen-temen terpaksa nyewa sebuah mobil pick up untuk mengantarkan kambing-kambing tersebut ke lokasi yang disebutkan.
Pengalaman ane dengan sopir mobil pick up ini yang menarik, karena ane terpaksa jadi co-pilot dan duduk di sebelah si sopir, mau nda mau ane kudu mengikuti seleranya dia dengan musik-musik koplo, dan pengalaman-pengalaman dia berkendara hingga ke aceh dan manado. Awalnya obrolan-obrolan itu tidak lain hanya obrolan kosong saja, menjaga suasana biar nggak ada yang mengantuk, dan tentu biar tidak tercipta suasana canggung antara sopir dan saya. Tapi, semua berubah saat perjalanan pulang, kembali ke UNS.
Saya sempat terkejut ketika di tengah perjalanan sang sopir bertanya "mas, kamu puasa ndak? kalau puasa sebelum sampai desa kita beli minum dulu biar enak", dan betul dia berbuka saat jatah berbuka, dan kemungkinan besar dia juga menunaikan ibadah puasa arafah. Jujur, yang demikian diluar bayangan dan perkiraan saya, dan saya beristighfar banyak-banyak untuk ke-sok-tau an saya dan prasangka buruk saya. setelah itu saya meyakini, mungkin Allah SWT tengah merencanakan sebuah pengalaman ajaib, lagi dan lagi dalam hidup saya yang kecil dan singkat ini.
selepas bertemu dengan tokoh masyarakat dusun candi guna menyerahkan kambing, kami bergegas kembali ke UNS, solo, karena banyak keperluan yang harus kami selesaikan. karena jalan yang saya pilih memerlukan waktu dan jarak tempuh cukup lama, sang sopir menyarankan saya untuk mengikuti jalan yang akan beliau ambil, dari ngargoyoso menuju jamus. karena saya juga berpikiran untuk cepat sampai ke UNS, saya menurut saja. betul, kami melaju sangat cepat (namun saya yakin jalan yan diambil lebih jauh) dan sepanjang jalan lagu-lagu rock lawas megiringi perjalanan kami.
saya dilewatkan ke berbagai tempat yang belum pernah saya tahu, mulai sebuah bukit di perbatasan sragen-karanganyar yang memiliki pemancangan luar biasa, namun, dipakai untuk pesta miras, hingga sebuah desa bernama desa surabaya, dimana sebuah jembatan disana senantiasa menewaskan satu orang setiap tahun. ketika kami memasuki waktu isya dan saya tahu betul adzan isya belum berkumandang, saya ditawarkan untuk beristirahat dan sholat di sebuah masjid, yang saya sama sekali tidak tahu ada dimana. sang sopir pun juga tidak menceritakan ini daerah mana, dan apa kaitannya masjid tersebut dengan dirinya. yang jelas, karena saya lelah, saya bergegas mengambil air wudhu dan memasuki masjid.
saat memasuk masjid, betapa terkejutnya saya ketika ada bapak-bapak di dalam masjid yang menyapa sang sopir dengan ramah, bahkan mengizinkan untuk mencium tangan-nya. begitu juga dengan seorang kakek yang bersama bapak tersebut, bahkan kalau tidak salah dengar mereka memanggil sang sopir dengan sebutan "anak lanang" (jawa ; anak laki-laki). sebelum keterkejutan saya berhenti, datanglah seorang muadzin yang kira-kira seumuran dengan bapak saya, dan lagi-lagi sang muadzin disalami oleh sang sopir dengan khidmat bahkan saya pun diajak bersalaman namun karena saya tidak enakan saya hanya tersenyum saja.
selepas adzan, saya dipanggil untuk duduk bersebelahan dengan sang muadzin dan sang supir, dan saat itu, sang supir menjelaskan kalau muadzin tadi adalah bapaknya. alamak! muadzin itu, dia memakai jubah khas timur tengah, berjanggut panjang dan rapi, memiliki atsar sujud yang ketara bahkan dia tidak isbal! jauh berbeda dengan sang supir yang suka musik koplo tadi. saya sendiri sampai berkata-kata "masya allah, apa ini..??".
selepas sholat dan sedikit berbicang, kami kembali meneruskan perjalanan. sopir bercerita bahwa bapakya dahulu juga seorang pemabuk, bahkan konon pernah mengambil nyawa orang lain. namun, saat ini bapaknya telah berubah, katanya, saya pun menimpali, bahwa sang supir juga luar biasa, dia mampu memberikan pandnagan-pandangan yang sifatnya moderat, menjembatani kalangan ammah dengan kalangan yang memiliki kepahaman agama yang baik,karena sebelum kami bertemu dengan muadzin, kedua bapak-bapak yang kami temui tengah berdebat akan sesuatu.
sebelum berpisah, ada sebuah perkataan sederhana yang sang sopir ungkapkan,
"mas, sebenarnya islam itu mudah mas, ditambah lagi setiap orang punya ukuran atas islam-nya. yang terpenting mas terutama untuk saya yang begini, adalah bagaimana menarik orang-orang yang nda beragama, nda punya tuhan, atau beragama lain untuk merasakan indahnya islam"
ya, beliau memang pernah mengkonsumsi minuman, bahkan sampai sekarang masih merokok. tapi, bukankah hidaya milik siapa saja?
karena islam itu, mempersatukan dan membangun,
Wallahu 'Alam
Created by :
akhirnya bisa nulis lagi. hah,,hah,, asli beberapa hari ini rasanya ane pingin meledak, tapi ya sudahlah, meledak aja jadi tulisan biar asyik.
Btw ane nulis ini sambil diiringi gedumbrengan dari FKIP UNS Prodi (X), jadi ya biarlah, soalnya si mbak teriak-teriak mulu, bikin mules.
Siang Hari ini bukan bahasan berat ataupun serius, cuman pengalaman ane sepekan lalu, pas idul qurban dan ane dapet job buat mengantarkan kambing-kambing qurban ke daerah-daerah terpencil. Ceritanya, BPPI FEB UNS, lembaga ane menyeenggarakan program peduli sosial, bersama BEM FEB dan MEPA UNS, kebetulan kita dapet job menyediakan kambing qubran yang nantinya akan disembelih bareng-bareng di dusun Candi, desa Jtirejo, Ngargoyoso, Karanganyar. Dengan berbagai perjuangan dan Php, kita bisa mengumpulkan 6 ekor kambing dari berbagai sumber. Karena jumlahnya banyak, ane dan temen-temen terpaksa nyewa sebuah mobil pick up untuk mengantarkan kambing-kambing tersebut ke lokasi yang disebutkan.
Pengalaman ane dengan sopir mobil pick up ini yang menarik, karena ane terpaksa jadi co-pilot dan duduk di sebelah si sopir, mau nda mau ane kudu mengikuti seleranya dia dengan musik-musik koplo, dan pengalaman-pengalaman dia berkendara hingga ke aceh dan manado. Awalnya obrolan-obrolan itu tidak lain hanya obrolan kosong saja, menjaga suasana biar nggak ada yang mengantuk, dan tentu biar tidak tercipta suasana canggung antara sopir dan saya. Tapi, semua berubah saat perjalanan pulang, kembali ke UNS.
Saya sempat terkejut ketika di tengah perjalanan sang sopir bertanya "mas, kamu puasa ndak? kalau puasa sebelum sampai desa kita beli minum dulu biar enak", dan betul dia berbuka saat jatah berbuka, dan kemungkinan besar dia juga menunaikan ibadah puasa arafah. Jujur, yang demikian diluar bayangan dan perkiraan saya, dan saya beristighfar banyak-banyak untuk ke-sok-tau an saya dan prasangka buruk saya. setelah itu saya meyakini, mungkin Allah SWT tengah merencanakan sebuah pengalaman ajaib, lagi dan lagi dalam hidup saya yang kecil dan singkat ini.
selepas bertemu dengan tokoh masyarakat dusun candi guna menyerahkan kambing, kami bergegas kembali ke UNS, solo, karena banyak keperluan yang harus kami selesaikan. karena jalan yang saya pilih memerlukan waktu dan jarak tempuh cukup lama, sang sopir menyarankan saya untuk mengikuti jalan yang akan beliau ambil, dari ngargoyoso menuju jamus. karena saya juga berpikiran untuk cepat sampai ke UNS, saya menurut saja. betul, kami melaju sangat cepat (namun saya yakin jalan yan diambil lebih jauh) dan sepanjang jalan lagu-lagu rock lawas megiringi perjalanan kami.
saya dilewatkan ke berbagai tempat yang belum pernah saya tahu, mulai sebuah bukit di perbatasan sragen-karanganyar yang memiliki pemancangan luar biasa, namun, dipakai untuk pesta miras, hingga sebuah desa bernama desa surabaya, dimana sebuah jembatan disana senantiasa menewaskan satu orang setiap tahun. ketika kami memasuki waktu isya dan saya tahu betul adzan isya belum berkumandang, saya ditawarkan untuk beristirahat dan sholat di sebuah masjid, yang saya sama sekali tidak tahu ada dimana. sang sopir pun juga tidak menceritakan ini daerah mana, dan apa kaitannya masjid tersebut dengan dirinya. yang jelas, karena saya lelah, saya bergegas mengambil air wudhu dan memasuki masjid.
saat memasuk masjid, betapa terkejutnya saya ketika ada bapak-bapak di dalam masjid yang menyapa sang sopir dengan ramah, bahkan mengizinkan untuk mencium tangan-nya. begitu juga dengan seorang kakek yang bersama bapak tersebut, bahkan kalau tidak salah dengar mereka memanggil sang sopir dengan sebutan "anak lanang" (jawa ; anak laki-laki). sebelum keterkejutan saya berhenti, datanglah seorang muadzin yang kira-kira seumuran dengan bapak saya, dan lagi-lagi sang muadzin disalami oleh sang sopir dengan khidmat bahkan saya pun diajak bersalaman namun karena saya tidak enakan saya hanya tersenyum saja.
selepas adzan, saya dipanggil untuk duduk bersebelahan dengan sang muadzin dan sang supir, dan saat itu, sang supir menjelaskan kalau muadzin tadi adalah bapaknya. alamak! muadzin itu, dia memakai jubah khas timur tengah, berjanggut panjang dan rapi, memiliki atsar sujud yang ketara bahkan dia tidak isbal! jauh berbeda dengan sang supir yang suka musik koplo tadi. saya sendiri sampai berkata-kata "masya allah, apa ini..??".
selepas sholat dan sedikit berbicang, kami kembali meneruskan perjalanan. sopir bercerita bahwa bapakya dahulu juga seorang pemabuk, bahkan konon pernah mengambil nyawa orang lain. namun, saat ini bapaknya telah berubah, katanya, saya pun menimpali, bahwa sang supir juga luar biasa, dia mampu memberikan pandnagan-pandangan yang sifatnya moderat, menjembatani kalangan ammah dengan kalangan yang memiliki kepahaman agama yang baik,karena sebelum kami bertemu dengan muadzin, kedua bapak-bapak yang kami temui tengah berdebat akan sesuatu.
sebelum berpisah, ada sebuah perkataan sederhana yang sang sopir ungkapkan,
"mas, sebenarnya islam itu mudah mas, ditambah lagi setiap orang punya ukuran atas islam-nya. yang terpenting mas terutama untuk saya yang begini, adalah bagaimana menarik orang-orang yang nda beragama, nda punya tuhan, atau beragama lain untuk merasakan indahnya islam"
ya, beliau memang pernah mengkonsumsi minuman, bahkan sampai sekarang masih merokok. tapi, bukankah hidaya milik siapa saja?
karena islam itu, mempersatukan dan membangun,
Wallahu 'Alam
Created by :
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
Penerima Manfaat Baktinusa Angkatan 6
No comments:
Post a Comment