Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Wednesday, September 28, 2016

Fragmen Pemimpin


Fragmen Pemimpin
(Muhammad Abdullah ‘Azzam, baktinusa UNS)
-Terlalu sederhana jika harapan seratus juta orang dilimpahkan pada seorang anak manusia

Memilih pemimpin, bagi beberapa orang seperti memilih kehidupan di surga atau di neraka, ketika jago-nya tidak menang seolah menjadi pertanda selama beberapa periode mendatang neraka menantinya. Lain ketika jagonya menang seolah harum aroma surga firdaus sudah semerbak menghiasi bumi. Bahkan dalam sebuah pemilihan, ketika sang jagoan menang tidak jarang sang pemilih dengan tanpa instruksi dari siapapun menggelar acara syukuran besar- besaran, menyambut apa yang disebut “kemenangan”. Bersamaan dengan itu, jutaan orang yang memilih sang pemimpin berdoa khusyuk, menghaturkan harapan, doa, dan cita-cita. Lebih sering adalah sebuah harapan untuk hidup yang lebih baik.

Sejarah mencatat, dalam iringan waktu 71 tahun kelahiran republic Indonesia, dan 70.000 tahun kehidupan manusia, kepemimpinan bukan sebuah pembebanan mutlak. Para pemimpin sejarah pada nyatanya seringkali tidak mampu menjawab harapan rakyatnya sendirian. Bahkan lebih sering lagi ditemukan kasus pemimpin lalim, dimana kehadiran mereka hanya untuk membawa penderitaan pada rakyatnya. Tidak jarang juga sejarah mencatat para pemimpin yag akhirnya direbut paksa kekuasaannya oleh rakyat.

Kepemimpinan bukan sebuah system satu arah dengan satu tokoh, bukan pula sebuah catatan kegemilangan dan kehancuran satu tokoh, bukan pula scenario tunggal dan bersifat parsial. Tapi kepemimpinan adalah cerita dengan banyak tokoh, catatan kegemilangan bersama dan tentu saja bersifat saling berkaitan satu bagian dengan yang lain. Jika kita berbicara konteks peradaban dengan pola pikir ini, keerhasilan Alexander bukan semata karena kehbatan si Putra Phillip, namun karena kegemilangan 40.000 pasukan Macedonia, dan dukungan penuh 12 jenderal utama Macedonia. Dengan pola pikir ini, keberhasilan seorang Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel juga merupakan buah dari usaha leluhur-leluhur yang dinafaskan dengan hadits Nabi Muhammad tentang kegemilangan islam.

Lebih baik sejujurny jika kita melihat pemimpinan dan kepemimpinan sebagai sebuah fragmen, bagian-bagian, mozaik-mozaik yang terserak dan berwarna warni. Dimana apa yang kita lihat dan rasakan, juga merupakan akibat dan konsekuensi dari apa yang kita perbuat. Jika kita berbicara lebih jauh, aspek keyakinan baik sekecil apapun akan berdampak langsung pada kejadian-kejadian dan proses-proses dari sebuah kepemimpinan. Bahkan tidak menutup kemungkinan hal tersebut mempengaruhi kejadian berkaitan dengan pemimpin dan kepemipinan di masa depan.

Maka, sekali lagi naif jika kita memberikan dan membebankan harapan 100 juta orang hanya pada pundak seorang manusia. Karena harapan dan terwujudnya harapan sama dengn terwujudnya sebuah nafas bersama antara masing-masing fragmen, bagian dari unsur-unsur kepemimpinan tersebut. Peradaban, dengan cita-citanya dibentuk dari kumpulan fragmen-fragmen tersebut, berarti, kepeminpinan adalah kita, dan kita adalah bagian dari sebuah kepemimpinan. Maka kita tidak bisa menyatakan sebuah kegagalan dalam pemerintahan adalah beban kesalahan dari seorang pemimpin yang dipilih masyarakat. Dilain sisi, kepemimpinan yang dipilih dan diberi amanah juga memiliki porsi kesalahan, jika kita berbicara soal peradaban.

Contoh paling terlihat, bangsa ini tentunya mengharapkan sebuah figure kepemimpinan yang kueat, disegani, dan menepati janji. Namun selama 18 tahun kelahiran reformasi, belum ada satupun model kepemimpinan yang senafas dengan harapan masyarakat. Namun, apakah pemimpin bangsa ini bukan orang yang lolos kualifikasi seorang pemimpin? Tidak, beliau semua adalah putra terbaik bangsa Indonesia. Namun saat itu, kondisi masyarakat memungkinkan kelahiran figure pemimpin (nyatanya) kurang sesuai dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Tetapi juga, seorang pemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan mensinergikan kepentingan-kepentingan dalam ranah kepentingannya. Fragmen-fragmen harapan itu dirangkai dan diarahkan menjadi sebuah bentuk perwujudan cita-cita bangsa, cita-cita perdaban.

Maka penulis melihat kepemiminan sebagai sebuah fragmen, sebuah potongan-potongan terpisah dalam suatu wadah. Wadah disini bis awadah super besar dengan sebagian banyak penetingan bernama bangsa dan peradaban, bisa juga sebuah wadah-wadah sederhana dalam keluarga, bahkan wadah lebih kecil bernama individu. Pemimpin yang dilahirkan dari masyarakat memiliki tanggung jawab membawa fragmen-fragmen tersebut pada tujuan yang diinginkan, dan tentu disesuaikan dengan wadahnya. Sedangkan fragmen tersebut bergerak dan bersinar sesuai warnanya, memaksimalkan masing-masing cahaya yang dimiliki, membawa keindahan, bersama mewujudkan harapan.

Tetapi perlu diingat, ukuran wadah akan menentukan keindahan dan hasil dari proses kepemimpinan. Memaksakan sebuah kepentingan kebangsaan dalam wadah pribadi akan menimbulkan bencana. Mekasakan kepentingan pribadi untuk mempengaruhi seluruh fragmen akan mewujudkan egoisme dan ketidakstabilan. Lebih baik diingat, ada sebuah dzat yang mewadahi dan mengampu semua fragmen yang ada, jika orientasi sebuah kepemimpinan digerakkan atas tujuan-Nya, atas cita-cita dalam ayat-Nya, maka wadah apapun akan mampu terakomodir, dan setiap fragmen akan membawa cerita indah dalam perjalanan sebuah peradaban.

Wallahu ‘Alam

#baktinusa #SLT #kepemimpinan #dompetdhuafa


No comments:

Post a Comment