Arem-arem Menjadi Saksi
-Release kegiatan Aksi Cinta Budaya
Indonesia, Baktinusa Regional UNS
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam
Arem-arem, sejenis
makanan populer di Indonesia khususnya di tanah Jawa. Dibuat dengan memasukan
beberapa genggam beras kedalam bungkusan daun pisang berbentuk silinder,
kemudian ditambah isian berjenis-jenis sambal seperti sambal hati sapi, sambal
kentang, ataupun sambal ayam, dan dimasak dengan cara dikukus. Secara sekilas,
arem-arem berbentuk seperti lontong berukuran kecil, beberapa penikmat kuliner
awal mungkin mengira arem-arem adalah semacam lontong yang dimodifikasi, namun
sebenarnya arem-arem tidak sesederhana itu. Jajanan tradisional dengan sensasi
rasa kenyang cukup kuat ini menyimpan cerita tersendiri terutama tentang sejarah
panjang orang-orang jawa pada masa lalu.
Dengan jumlah penggunaan
beras lebih sedikit, karena adanya isian sambal diatas, memakan arem-arem
seolah memakan nasi sekaligus lauknya dalam sekali lahap. Kandungan gizi? Jelas
kaya, karena berbagai isian tadi betul-betul lauk-pauk yang dicacah kecil-kecil
sehingga muat sebagai isian arem-arem. Pertanyaan sederhananya, mengapa
orang-orang terdahulu mendesain arem-arem sedemikian rupa? Sehingga penikmat
arem-arem akan merasakan sensasi “makan besar” dalam sebuah jajanan tradisional
mungil?. Beberapa orang mungkin sudah akrab dengan budaya jawa, jadi tidak lagi
asing dengan potongan tipis telur rebus, hidangan gudangan, dan arem-arem,
dimana semua makanan diatas mengutamakan satu jenis hidangan, bisa untuk mengenyangkan
banyak perut, dengan sensasi rasa sama, sumber daya bisa dihemat, dan tentu
saja enak.
Dengan merubah nasi dan
sambal-sambal tadi menjadi sebuah arem-arem, orang jawa mengharapkan sensasi
memakan sambal hati bisa dinikmati oleh banyak orang. Bandingkan dengan
menyajikan sambal hati dengan sepiring nasi, penulis bisa menjamin lebih
sedikit jumlah orang yang bisa menikmati dengan lebih banyak sumber daya yang
perlu dikeluarkan. Bandingkan dengan merubah porsi tadi menjadi arem-arem,
penulis sangat yakin, akan lebih banyak lagi arem-arem yang bisa dibuat,
apalagi bungkus arem-arem menggunakan daun pisang, dimana dahulu daun pisang
bisa ditemukan dimana-mana. Begitulah arem-arem bercerita, sebuah konsep
hidangan mengutamakan kebersamaan dan pemerataan sumber daya, dengan cara makan
mudah dan praktis, dan tentu saja cocok bagi mereka dengan jam istirahat
singkat.
Maka dipagi hari itu kami
bergerak, menghimpun gulungan-gulungan arem-arem dari pedagang-pedagang kecil
di Pasar Ledoksari Surakarta. Berbasah-basah karena saat itu gerimis, bersegera
karena ada 190 paket sajian yang harus kami penuhi. Terdengar celoteh pedagang
saat kami datang dan membeli banyak dagangan, terdengar sahutan dari pedagang
sebelah, belum beruntung karena tidak kami beli. Begitulah suasana pagi hari di
pasar tradisional, ruh kehidupan ekonomi berpadu dengan nuansa budaya dan
citarasa asli Indonesia.
Kami membawa arem-arem
tadi ke porsima, diiringi godaan para penghuni poros aksi mahasiswa, gedung
pergerakanannya mahasiswa UNS yang kelaparan karena belum sarapan. Apa dikata,
kami perlu memenuhi pesanan klien terlebih dahulu, sehingga hanya kami timpali
saja senda gurau mereka. Bergerak cepat tangan-tangan kami mengemas ratusan
jajanan, termasuk arem-arem yang luar biasa filosofis, dan tentu, enak.
Beberapa orang sempat usil dengan mencomot dan “mencicipi” jajanan tadi, namun
Alhamdulillah pedagang dipasar tadi memberi bonus bagi kami.
Alhasil, setelah klien
kami, para mahasiswa fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam yang tengah berseminar
tentang energi nuklir menikmati paket jajanan tradisional tadi, kami baru bisa
melepas lelah sambil menikmati nasi liwet hasil kedermawanan seorang teman.
Menghitung biaya dan pemasukan, kami berhasil menghimpun 150.000 rupiah untuk
pesanan hari itu dan pesanan hari sebelumnya. Tangan kami sibuk mengupas
arem-arem bonus, dan luar biasa, seperti membuktikan fungsi dari desain
arem-arem, senyum segera merekah selepas gulungan-gulungan kecil itu mengisi
energi kami.
-ACBI UNS, Baktinusa 6 UNS dan Baktinusa
5 UNS
No comments:
Post a Comment