Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Thursday, May 26, 2016

ACBI Baktinusa UNS : Arem-arem Menjadi Saksi

Arem-arem Menjadi Saksi
-Release kegiatan Aksi Cinta Budaya Indonesia, Baktinusa Regional UNS
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam

Arem-arem, sejenis makanan populer di Indonesia khususnya di tanah Jawa. Dibuat dengan memasukan beberapa genggam beras kedalam bungkusan daun pisang berbentuk silinder, kemudian ditambah isian berjenis-jenis sambal seperti sambal hati sapi, sambal kentang, ataupun sambal ayam, dan dimasak dengan cara dikukus. Secara sekilas, arem-arem berbentuk seperti lontong berukuran kecil, beberapa penikmat kuliner awal mungkin mengira arem-arem adalah semacam lontong yang dimodifikasi, namun sebenarnya arem-arem tidak sesederhana itu. Jajanan tradisional dengan sensasi rasa kenyang cukup kuat ini menyimpan cerita tersendiri terutama tentang sejarah panjang orang-orang jawa pada masa lalu.

Dengan jumlah penggunaan beras lebih sedikit, karena adanya isian sambal diatas, memakan arem-arem seolah memakan nasi sekaligus lauknya dalam sekali lahap. Kandungan gizi? Jelas kaya, karena berbagai isian tadi betul-betul lauk-pauk yang dicacah kecil-kecil sehingga muat sebagai isian arem-arem. Pertanyaan sederhananya, mengapa orang-orang terdahulu mendesain arem-arem sedemikian rupa? Sehingga penikmat arem-arem akan merasakan sensasi “makan besar” dalam sebuah jajanan tradisional mungil?. Beberapa orang mungkin sudah akrab dengan budaya jawa, jadi tidak lagi asing dengan potongan tipis telur rebus, hidangan gudangan, dan arem-arem, dimana semua makanan diatas mengutamakan satu jenis hidangan, bisa untuk mengenyangkan banyak perut, dengan sensasi rasa sama, sumber daya bisa dihemat, dan tentu saja enak.

Dengan merubah nasi dan sambal-sambal tadi menjadi sebuah arem-arem, orang jawa mengharapkan sensasi memakan sambal hati bisa dinikmati oleh banyak orang. Bandingkan dengan menyajikan sambal hati dengan sepiring nasi, penulis bisa menjamin lebih sedikit jumlah orang yang bisa menikmati dengan lebih banyak sumber daya yang perlu dikeluarkan. Bandingkan dengan merubah porsi tadi menjadi arem-arem, penulis sangat yakin, akan lebih banyak lagi arem-arem yang bisa dibuat, apalagi bungkus arem-arem menggunakan daun pisang, dimana dahulu daun pisang bisa ditemukan dimana-mana. Begitulah arem-arem bercerita, sebuah konsep hidangan mengutamakan kebersamaan dan pemerataan sumber daya, dengan cara makan mudah dan praktis, dan tentu saja cocok bagi mereka dengan jam istirahat singkat.

Maka dipagi hari itu kami bergerak, menghimpun gulungan-gulungan arem-arem dari pedagang-pedagang kecil di Pasar Ledoksari Surakarta. Berbasah-basah karena saat itu gerimis, bersegera karena ada 190 paket sajian yang harus kami penuhi. Terdengar celoteh pedagang saat kami datang dan membeli banyak dagangan, terdengar sahutan dari pedagang sebelah, belum beruntung karena tidak kami beli. Begitulah suasana pagi hari di pasar tradisional, ruh kehidupan ekonomi berpadu dengan nuansa budaya dan citarasa asli Indonesia.

Kami membawa arem-arem tadi ke porsima, diiringi godaan para penghuni poros aksi mahasiswa, gedung pergerakanannya mahasiswa UNS yang kelaparan karena belum sarapan. Apa dikata, kami perlu memenuhi pesanan klien terlebih dahulu, sehingga hanya kami timpali saja senda gurau mereka. Bergerak cepat tangan-tangan kami mengemas ratusan jajanan, termasuk arem-arem yang luar biasa filosofis, dan tentu, enak. Beberapa orang sempat usil dengan mencomot dan “mencicipi” jajanan tadi, namun Alhamdulillah pedagang dipasar tadi memberi bonus bagi kami.

Alhasil, setelah klien kami, para mahasiswa fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam yang tengah berseminar tentang energi nuklir menikmati paket jajanan tradisional tadi, kami baru bisa melepas lelah sambil menikmati nasi liwet hasil kedermawanan seorang teman. Menghitung biaya dan pemasukan, kami berhasil menghimpun 150.000 rupiah untuk pesanan hari itu dan pesanan hari sebelumnya. Tangan kami sibuk mengupas arem-arem bonus, dan luar biasa, seperti membuktikan fungsi dari desain arem-arem, senyum segera merekah selepas gulungan-gulungan kecil itu mengisi energi kami.


-ACBI UNS, Baktinusa 6 UNS dan Baktinusa 5 UNS

No comments:

Post a Comment