Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Tuesday, May 24, 2016

Sedang Digodok : Skema Kredit Khusus untuk UKM Online


Kredit Usaha Mikro dan Kecil
Critical Review
Sedang Digodok : Skema Kredit Khusus untuk UKM Online
Manajemen Perbankan Kelas A
Kelompok Tujuh
Antonius Khrisna Bayu HP (F0213  )
Muhammad Abdullah ‘Azzam (F0213062)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016
Penjabaran Kasus
Potensi yang besar itu perlu ditopang dalam hal pendanaan. Seiring dengan meningkatnya nilai transaksi, kebutuhan akan pendanaan juga bakal menanjak. Masalahnya, saat ini UMKM sebagai salah satu pilar penting di dunia e-commerce, masih terkendala banyak rintangan.
Menkominfo Rudiantara dalam wawancaranya dengan Bareksa mengungkapkan UMKM dalam konteks e-commerce ada dua. Pertama, UMKM yang menjadi e-commerce player atau start-up. Kedua, UMKM yang masuk ke dalam ekosistem e-commerce, menjadi merchant atau peserta yang ikut berjualan di sebuahmarketplace.
Keduanya tentu sama-sama membutuhkan sumber pendanaan yang memadai sehingga usahanya berkembang. Untuk UMKM start-up yang cenderung membutuhkan dana besar, pemerintah perlu memikirkan strategi pendanaan melalui venture capital. Sedangkan UMKM merchant online dapat langsung mendapatkan pendanaan melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan beberapa penyesuaian.
Penyesuaian KUR diperlukan karena perbankan saat ini masih menerapkan persyaratan konvensional sehingga akan sulit bagi UMKM yang bisnisnya berbasis online untuk mendapatkan kucuran dana. UMKMonline kerap terkendala persyaratan administrasi dan metode penilaian bank. Termasuk di dalamnya adalah persyaratan jaminan dan metode penilaian kredit.
Pendanaan di Petajalan E-dagang
Untuk memecahkan isu tersebut, pemerintah telah memasukkan pendanaan sebagai salah satu program prioritas di Petajalan E-dagang (e-commerce roadmap). Pemerintah telah menyusun rancangan Peraturan Pemerintah tentang e-commerce di mana di dalamnya diatur ihwal pembentukan Badan Layanan Umum yang dapat menyalurkan subsidi, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan menyediakan sumber pendanaan bagi UMKM online.
Dalam skema baru ini, mekanisme KUR sekarang akan disesuaikan sehingga dapat mengakomodasi model bisnis online. Hal ini termasuk revisi tata cara penilaian risiko kredit, persyaratan dokumen, dan ketentuan pinjaman. Penilaian risiko kredit bagi UMKM online akan disesuaikan dengan risiko bisnisonline. Persyaratan dokumen lebih dipermudah. Dan ketentuan jaminan aset atau kolateral akan disesuaikan mengikuti karakteristik bisnis e-commerce.
Soal kolateral ini, kepada Bareksa, Menkominfo Rudiantara mengatakan justru bisnis online lebih transparan dan telah menyediakan data yang diperlukan perbankan atau lembaga keuangan. "Karenamerchant sudah jelas barang dagangannya, penghasilannya berapa per bulan, alamatnya di mana, semuanya sudah terekam. Ini yang dalam sistem perbankan disebut sistem KYC (Know Your Customer). KYC sudah terpenuhi sehingga penyaluran KUR bisa tidak hanya fokus pada kolateral." 
Ernst & Young dalam laporannya mengenai Petajalan E-commerce Indonesia, bahkan merekomendasikan agar pemerintah mendorong perbankan menyalurkan KUR kepada UMKM dengan memberikan insentif tertentu.
Dan pemerintahan Jokowi-JK rupanya telah mulai secara riil bergerak ke arah ini. Diungkapkan CEO OLX Daniel Tumiwa kepada Bareksa, ”Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam dua bulan terakhir telah melakukan sosialisasi dan akan menilai kredit dari nilai transaksi dan bukan jaminan aset,” (AD | kd)
Sumber: Senin, 25 April 2016 11:00:49 WIB
Oleh Rini Winati
Bareksa.com







Permasalahan
Kredit usaha kecil dan menengah merupakan isu krusial di Indonesia, karena sektor ini memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan dana yang dipaparkan Mari Elka Pangestu, sektor UMKM mampu memberikan sampai 5,8 jt lapangan kerja (2010). Namun, dalam beberapa masalah terkait pendanaan, jelas UMKM memiliki derita tersendiri. Sistem usaha berdasarkan kekeluargaan, volume bisnis cenderung kecil, dan aspek kepercayaan personal dimata perbankan jelas dipermasalahkan, siapa yang kenal dengan pemilik warung susu di pinggir jalan?. Semenjak era Megawati sampai Jokowi, isu UMKM senantiasa menjadi isu hangat dan dagangan politik yang sangat laris.
PNPM mandiri era Susilo Bambang Yudhoyono misalnya, dinilai mampu membangkitkan kesadaran berdikari masyarakat. Begitupula dengan program lain yang tidak bisa kita hitung dengan jari. Namun, permasalahan pendanaan senantiasa belum dapat dipecahkan, apalagi, semakin majunya zaman membuat varian UMKM semakin beragam salah satunya UMKM berbasis media online, alias tidak bisa dinilai aset-nya (aset riil). Pendanaan bank untuk UMKM yang masih belum mengakomodir masalah ini dinilai menjadi titik permasalahan kenapa meskipun memiliki potensi besar, UMKM jenis ini masih “mandeg” dalam pertumbuhannya. Jadi bagaimanakah peran bank? Ditambah dengan isu bantuan modal dari China untuk UMKM Indonesia tentunya menjadi menarik untuk dibicarakan.
Pembahasan
A.    UMKM Online, Masak sih?
Pertanyaan mendasar disini adalah seberapa besar sesuanggunya potensi yang dipegang UMKM Online. Apabila berbicara konteks pulau Jawa, mungkin betul sangat menarik untuk diperbincangkan, namun, apakah UMKM jenis ini menjadi fondasi utama bisnis kecil menengah di wilayah Indonesia yang lain?. Bisa dibilang, UMKM online memerlukan investasi infrastruktur cukup besar dan teknologinya mahal, ditambah sebenarnya, UMKM bisa dikatakan adalah lingkup usaha dengan fokus memenuhi pasar lokal.
Maka, apabila solusi dari masalah ini adalah memaksakan perbankan didaerah untuk menerapkan kebijakan yang sama, bisa dinilai tidak efisien, kenapa, masih cukup banyak pangsa pasar perbankan yang tidak berkutat pada bisnis ini. sebagian besar UMKM memang sering memanfaatkan media awan untuk berkomunikasi bahkan berdagang, namun tidak semuanya menjadikan bisnis tersebut sebagai fondasi utama.
Menarik disini justru pada pembahasan pemberian pinjaman atas dasar nilai transaksi. Kalau perubahannya pada hal semacam itu, penulis sangat mendukung, mengapa, kemudahan akan diperoleh bagi semua jenis usaha kecil dan menengah. Karena bisa dibilang inilah kekuatan UMKM bila dibandingkan dengan industri raksasa. Meskipun volume penjualan mereka kecil, namun bila dilihat dari nilai transaksi dalam bisnis, bisa lebih adil untuk melihat potensi pemberian pinjaman pada pihak-pihak tersebut. Untuk UMKM Online ada gagasan penulis dalam pembuatan bank Maya.
B.     Bank Maya
Bank maya adalah sebuah sistem perbankan dimana informasi mengenai 5C untuk syarat pemberian kredit diperoleh dari data-data transaksi online milik para nasabah. Akan ada beberapa pilihan akun transaksi yang harus dibiarkan untuk dilihat oleh bank terutama arus kas, namun tetap ada beberapa akun yang akan diijinkan oleh bank Maya ini untuk menjadi rahasia perusahaan (misal : asal usul dana perolehan perusahaan). Dengan seperti ini akan ada beberapa benefit bagi pihak bank maupun nasabah. Pihak bank akan lebih nyaman dalam menyalurkan kredit dengan pantauan real time pada nasabah karena berbasis data online. Sedangkan nasabah akan memperoleh kemudahan seperti tidak perlu melakukan berbagai urusan secara fisik dengan pihak perbankan.
Konsep bank maya ini bukan berarti membuat bank baru, namun pembuatan divisi kredit khusus untuk yang online-online. Namun sekali lagi, perlu dipertimbangkan apakah benar bisnis online memiliki nilai sebesar itu, karena bagaimanapun percepatan perubahan di era global bisa menjadi pertanda sukses atau gagalnya suatu bisnis.



Penutupan
UMKM dinilai sebagai kekuatan besar dalam perekonomian Indonesia. Namun sebagaimana UMKM pada umumnya, masalah pendanaan menjadi permasalahan krusial yang dihadapi. Pihak bank dinilai masih belum percaya kepada UMKM, dan perbankan beralasan UMKM memang sulit untuk dinilai standarisasi pemberian kredit. Belum selesai permasalahan pada lini UMKM biasa, globalisasi telah memaksa munculnya jenis UMKM baru, UMKM online.
UMKM online dengan keunikannya membuat UMKM jenis ini cukup sulit memperoleh pendanaan, meskipun potensi pasarnya cukup besar. Beberapa gagasan pun mulai dibahas, namun masih dengan menggunakan asumsi bahwa UMKM Online adalah kekuatan baru perekonomian Indonesia moderen. Konsep bank Maya dan konsep penilaian kredit berdasarkan nilai transaksi bisa menjadi pilihan. Bank Maya bisa menjadi solusi melakukan pelacakan pada bisnis UMKM Online, dan konsep penilaian berdasarkan nilai transaksi bisnis bisa menjadi solusi guna menyelesaikan permasalahan pendanaan di sektor UMKM.


No comments:

Post a Comment