Kredit Usaha Mikro dan Kecil
Critical Review
Sedang Digodok : Skema Kredit Khusus untuk UKM Online
Manajemen Perbankan Kelas A
Kelompok Tujuh
Antonius Khrisna
Bayu HP (F0213 )
Muhammad Abdullah
‘Azzam (F0213062)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016
Penjabaran Kasus
Potensi yang
besar itu perlu ditopang dalam hal pendanaan. Seiring dengan meningkatnya nilai
transaksi, kebutuhan akan pendanaan juga bakal menanjak. Masalahnya, saat ini
UMKM sebagai salah satu pilar penting di dunia e-commerce, masih terkendala banyak rintangan.
Menkominfo
Rudiantara dalam wawancaranya dengan Bareksa mengungkapkan UMKM dalam konteks e-commerce ada dua. Pertama, UMKM yang menjadi e-commerce player atau start-up. Kedua, UMKM yang masuk
ke dalam ekosistem e-commerce,
menjadi merchant atau peserta yang ikut berjualan di
sebuahmarketplace.
Keduanya tentu
sama-sama membutuhkan sumber pendanaan yang memadai sehingga usahanya
berkembang. Untuk UMKM start-up yang
cenderung membutuhkan dana besar, pemerintah perlu memikirkan strategi
pendanaan melalui venture
capital. Sedangkan UMKM merchant
online dapat langsung
mendapatkan pendanaan melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan beberapa
penyesuaian.
Penyesuaian
KUR diperlukan karena perbankan saat ini masih menerapkan persyaratan
konvensional sehingga akan sulit bagi UMKM yang bisnisnya berbasis online untuk
mendapatkan kucuran dana. UMKMonline kerap terkendala persyaratan
administrasi dan metode penilaian bank. Termasuk di dalamnya adalah persyaratan
jaminan dan metode penilaian kredit.
Pendanaan di Petajalan E-dagang
Untuk
memecahkan isu tersebut, pemerintah telah memasukkan pendanaan sebagai salah
satu program prioritas di Petajalan E-dagang (e-commerce
roadmap). Pemerintah telah menyusun rancangan Peraturan Pemerintah
tentang e-commerce di mana di dalamnya diatur ihwal
pembentukan Badan Layanan Umum yang dapat menyalurkan subsidi, Kredit Usaha
Rakyat (KUR), dan menyediakan sumber pendanaan bagi UMKM online.
Dalam skema
baru ini, mekanisme KUR sekarang akan disesuaikan sehingga dapat mengakomodasi
model bisnis online.
Hal ini termasuk revisi tata cara penilaian risiko kredit, persyaratan dokumen,
dan ketentuan pinjaman. Penilaian risiko kredit bagi UMKM online akan disesuaikan dengan risiko bisnisonline. Persyaratan
dokumen lebih dipermudah. Dan ketentuan jaminan aset atau kolateral akan
disesuaikan mengikuti karakteristik bisnis e-commerce.
Soal kolateral
ini, kepada Bareksa,
Menkominfo Rudiantara mengatakan justru bisnis online lebih transparan dan telah menyediakan
data yang diperlukan perbankan atau lembaga keuangan. "Karenamerchant sudah jelas barang dagangannya,
penghasilannya berapa per bulan, alamatnya di mana, semuanya sudah terekam. Ini
yang dalam sistem perbankan disebut sistem KYC (Know Your Customer). KYC sudah
terpenuhi sehingga penyaluran KUR bisa tidak hanya fokus pada kolateral."
Ernst &
Young dalam laporannya mengenai Petajalan E-commerce Indonesia,
bahkan merekomendasikan agar pemerintah mendorong perbankan menyalurkan KUR
kepada UMKM dengan memberikan insentif tertentu.
Dan
pemerintahan Jokowi-JK rupanya telah mulai secara riil bergerak ke arah ini.
Diungkapkan CEO OLX Daniel Tumiwa kepada Bareksa,
”Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam dua bulan terakhir telah melakukan
sosialisasi dan akan menilai kredit dari nilai transaksi dan bukan jaminan
aset,” (AD | kd)
Sumber: Senin, 25 April 2016 11:00:49 WIB
Oleh Rini
Winati
Bareksa.com
Permasalahan
Kredit usaha kecil dan menengah merupakan isu krusial di Indonesia, karena
sektor ini memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan
dana yang dipaparkan Mari Elka Pangestu, sektor UMKM mampu memberikan sampai
5,8 jt lapangan kerja (2010). Namun, dalam beberapa masalah terkait pendanaan,
jelas UMKM memiliki derita tersendiri. Sistem usaha berdasarkan kekeluargaan,
volume bisnis cenderung kecil, dan aspek kepercayaan personal dimata perbankan
jelas dipermasalahkan, siapa yang kenal dengan pemilik warung susu di pinggir
jalan?. Semenjak era Megawati sampai Jokowi, isu UMKM senantiasa menjadi isu
hangat dan dagangan politik yang sangat laris.
PNPM mandiri era Susilo Bambang Yudhoyono misalnya, dinilai mampu
membangkitkan kesadaran berdikari masyarakat. Begitupula dengan program lain
yang tidak bisa kita hitung dengan jari. Namun, permasalahan pendanaan
senantiasa belum dapat dipecahkan, apalagi, semakin majunya zaman membuat
varian UMKM semakin beragam salah satunya UMKM berbasis media online, alias
tidak bisa dinilai aset-nya (aset riil). Pendanaan bank untuk UMKM yang masih
belum mengakomodir masalah ini dinilai menjadi titik permasalahan kenapa
meskipun memiliki potensi besar, UMKM jenis ini masih “mandeg” dalam
pertumbuhannya. Jadi bagaimanakah peran bank? Ditambah dengan isu bantuan modal
dari China untuk UMKM Indonesia tentunya menjadi menarik untuk dibicarakan.
Pembahasan
A.
UMKM Online,
Masak sih?
Pertanyaan
mendasar disini adalah seberapa besar sesuanggunya potensi yang dipegang UMKM
Online. Apabila berbicara konteks pulau Jawa, mungkin betul sangat menarik
untuk diperbincangkan, namun, apakah UMKM jenis ini menjadi fondasi utama
bisnis kecil menengah di wilayah Indonesia yang lain?. Bisa dibilang, UMKM
online memerlukan investasi infrastruktur cukup besar dan teknologinya mahal,
ditambah sebenarnya, UMKM bisa dikatakan adalah lingkup usaha dengan fokus
memenuhi pasar lokal.
Maka, apabila
solusi dari masalah ini adalah memaksakan perbankan didaerah untuk menerapkan
kebijakan yang sama, bisa dinilai tidak efisien, kenapa, masih cukup banyak
pangsa pasar perbankan yang tidak berkutat pada bisnis ini. sebagian besar UMKM
memang sering memanfaatkan media awan untuk berkomunikasi bahkan berdagang,
namun tidak semuanya menjadikan bisnis tersebut sebagai fondasi utama.
Menarik disini
justru pada pembahasan pemberian pinjaman atas dasar nilai transaksi. Kalau
perubahannya pada hal semacam itu, penulis sangat mendukung, mengapa, kemudahan
akan diperoleh bagi semua jenis usaha kecil dan menengah. Karena bisa dibilang
inilah kekuatan UMKM bila dibandingkan dengan industri raksasa. Meskipun volume
penjualan mereka kecil, namun bila dilihat dari nilai transaksi dalam bisnis,
bisa lebih adil untuk melihat potensi pemberian pinjaman pada pihak-pihak
tersebut. Untuk UMKM Online ada gagasan penulis dalam pembuatan bank Maya.
B.
Bank Maya
Bank maya
adalah sebuah sistem perbankan dimana informasi mengenai 5C untuk syarat pemberian
kredit diperoleh dari data-data transaksi online milik para nasabah. Akan ada
beberapa pilihan akun transaksi yang harus dibiarkan untuk dilihat oleh bank
terutama arus kas, namun tetap ada beberapa akun yang akan diijinkan oleh bank
Maya ini untuk menjadi rahasia perusahaan (misal : asal usul dana perolehan
perusahaan). Dengan seperti ini akan ada beberapa benefit bagi pihak bank
maupun nasabah. Pihak bank akan lebih nyaman dalam menyalurkan kredit dengan
pantauan real time pada nasabah karena berbasis data online. Sedangkan
nasabah akan memperoleh kemudahan seperti tidak perlu melakukan berbagai urusan
secara fisik dengan pihak perbankan.
Konsep bank
maya ini bukan berarti membuat bank baru, namun pembuatan divisi kredit khusus
untuk yang online-online. Namun sekali lagi, perlu dipertimbangkan apakah benar
bisnis online memiliki nilai sebesar itu, karena bagaimanapun percepatan
perubahan di era global bisa menjadi pertanda sukses atau gagalnya suatu
bisnis.
Penutupan
UMKM
dinilai sebagai kekuatan besar dalam perekonomian Indonesia. Namun sebagaimana
UMKM pada umumnya, masalah pendanaan menjadi permasalahan krusial yang
dihadapi. Pihak bank dinilai masih belum percaya kepada UMKM, dan perbankan
beralasan UMKM memang sulit untuk dinilai standarisasi pemberian kredit. Belum
selesai permasalahan pada lini UMKM biasa, globalisasi telah memaksa munculnya
jenis UMKM baru, UMKM online.
UMKM online
dengan keunikannya membuat UMKM jenis ini cukup sulit memperoleh pendanaan,
meskipun potensi pasarnya cukup besar. Beberapa gagasan pun mulai dibahas,
namun masih dengan menggunakan asumsi bahwa UMKM Online adalah kekuatan baru
perekonomian Indonesia moderen. Konsep bank Maya dan konsep penilaian kredit
berdasarkan nilai transaksi bisa menjadi pilihan. Bank Maya bisa menjadi solusi
melakukan pelacakan pada bisnis UMKM Online, dan konsep penilaian berdasarkan
nilai transaksi bisnis bisa menjadi solusi guna menyelesaikan permasalahan
pendanaan di sektor UMKM.
No comments:
Post a Comment