Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Saturday, April 9, 2016

Mabuk Amanah

Mabuk Amanah







“I Oh I Oh I

I’m feeling drunk and high, so high, so high

Oh I Oh I Oh I

I’m feeling drunk and high, so high, so high”

-coldplay, Hymn for The Weekend


Diatas adalah petikan dari reff lagu hym for the weekend, dinyanyikan oleh coldplay dan berhasil menyedot +/- 100 juta pemirsa di youtube. Perlu ditegaskan ane ngga mendukung coldplay apalagi dengan gagasan LGBT yang mereka dukung, well, maaf, gagasan homoseksual dan kelainan seksual yang mereka dukung, namun secara umum lagu Hymn ini menarik, mengapa, lirik lengkapnya bisa menjadi redefinisi hidup. Lagu ini menceritakan sesosok malaikat, atau sesuatu yang diutus dari atas kebawah, untuk memuaskan dahaga seorang insan yang tengah lelah dan jatuh. Insan ini kemudian merasakan kepuasan dahaga, merasakan kepuasan cinta yang diberikan oleh sang malaikat, bahkan dalam beberapa hal, malaikat ini memberikan bantuan dengan mengangkat beban sang insan melalui batuan sayapnya.

Sang insan memang merasa terbantu, namun, pada reff yang saya tuliskan, insan ini merasakan perasaan “mabuk”, perasaan senang yang berlebihan yang membuat dia merasa “terbang”, merasa senang, sangat senang hingga akhirnya dia “lupa”. Begitulah gambaran sekilas lagu Hymn for the Weekend, dan sejujurnya lagu ini cocok dengan sesuatu yang ingin saya bahas hari ini, tentang mabuk amanah karena sejujurnya konsep yang ditawarkan lagi ini sama persis dengan konsep manusia-menerima-amanah atau seorang aktivis memperoleh amanah untul dikelola.

Manusia pada dasarnya berasal dari ketiadaan, dalam kajian ulama hanya beberapa jenis mahluk yang diciptakan dan mereka sempat menjadi pengemban amanah dari Allah. Diantara mereka ada dari golongan jin dan malaikat, dan jin adalah mahluk yang dibebankan amanah untuk mengelola bumi dan seisinya. Pada suatu ketika, digelar perang untuk membrsihkan sebagian besar bumi dari golongan jin yang membangkang karena pada dasarnya, pembangkang adalah sifat dari jin. Perang ini adalah koalisi malaikat dengan jin saleh yang dipimpin oleh Iblis, ditegaskan, iblis bukan dari golongan malaikat, dia dari golongan jin (sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an dan membantah logika lucifer sebagai fallen angel).

Singkat cerita, koalisi jin dan malaikat menang, hanya tersisa sedikit jin jahat dimuka bumi. Pada era itu, jin dan malaikat bisa terbang dan menembus sidratul muntaha dan ikut dalam majelis Allah SWT. Setelah perang dan prestasi hebat dari jin ini, Allah menentukan akan menyerahkan posisi khalifah dimuka bumi, dan seperti dijelaskan pada surat Al-Baqarah, bukan iblis (pahlawan dari kalangan jin saleh) yang dipilih untuk sebagai khalifah, namun Allah menciptakan mahluk baru, dari tanah liat yang ditiupkan ruuh-nya dengan Ruh Allah (beberapa kalangan teologis membangun argumentasi prinsip apotheosis berdasarkan hal ini), perlu dicatat, bahwa tujuan Allah menciptakan manusia sejak awal adalah menjadi khalifah, ini perlu diperhatikan, kenapa? Kehidupan manusia dan proses diturunkannya Adam AS dari surga adalah bagian dari skenario Allah ini, maka, sebuah kesalahan kalau disebutkan bahwa manusia dipilihkan Allah untuk hidup di surga, surga hanya bagian dari sejarah panjang ummat manusia.

Diturunkannya manusia ke muka bumi sebagaimana yang diceritakan adalah salah satu pembebanan amanah. Kita ketahui bersama, sebelum penciptaan manusia Allah sudah menanyakan kesiapan seluruh mahluk untuk mengemban amanah sebagai khalifah dimuka bumi yang mana seluruh mahluk menolak (kecuali iblis yang memiliki ambisi kesana), semua mahluk menolak kecuali manusia, dan sekali lagi semua ini atas kehendak Allah. Bedanya, manusia disini memiliki pilihan untuk menjalankan amanahnya, bisa menjadi khalifah baik maupun buruk. Kadang dalam menjalankan amanah Allah, kita dibantu dengan luar biasa oleh kehendak Allah, seperti diselamatkan dari hal seperti kepeleset, hingga hal besar seperti peristiwa terbelahnya lautan dan peristiwa pasukan bergajah. Bantuan Allah sesungguhnya bagian dari “kemudahan” yang Allah berikan pada manusia, dan ini yang seringkali dilupakan manusia.

Begitu pula dengan para aktivis, para penggerak diberbagai lembaga atau organisasi tertentu, mereka seringkali dimabukkan oleh amanah yang dibebankan. Beberapa di posisi petinggi lupa akan uang rakyat, beberapa di posisi pegawai lupa akan status sebagai abdi negara, beberapa aktivis seringkali juga lupa, jabatan tenar yang diemban tidak lain karena kepemilikan saham para shareholder yang lain, hal ini perlu dijadikan perhatian, mengapa, karena memahami urgensi ini akan memberikan warna berbeda pada saat kita menjalankan amanah. Amanah dalam pandangan saya, adalah minuman keras bercitarasa tinggi, sebagai pengganti dari minuman keras sungguhan. Keberadaan amanah adalah ujian sekaligus nikmat bagi kalangan manusia, lebih khusus aktivis, mengapa demikian, bagaimanapun amanah adalah minuman keras, mabuk lagi memabukkan.

Maka perlu kembali kita melihat kebelakang, amanah yang tengah diemban ini, siapa yang menitipkan dan purpose dari amanah-nya, dan, keyakinan bahwa amanah ini adalah minuman keras, perlu hati-hati dalam mengemban amanah tersebut. Jangan sampai dimabukkan oleh amanah, jangan sampai kita merasa “tinggi” dengan adanya amanah. Kalapupun kita memperoleh amanah dengan usaha sendiri, ada peran tuhan yang turut membantu turunnya amanah tersebut.


Wallahu ‘Alam

Created by :
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student,uns.ac.id

No comments:

Post a Comment