Barakallahu fiik (semoga Allah memberkahimu). Kata berkah, dan kalimat ini secara umum semakin sering diucap. Menjadi bahasa sehari hari bahkan, yang menggambarkan kondisi ideal. Ketika sesuatu sudah diberkahi, besar Harapan sesuatu tersebut membayangkan kebaikan, berjalan lancar, bahkan menjadi Sumber kebahagiaan dalam sisa hidup. Itulah mengapa, ketika orang menikah disarankan kita mendoakan, dengan doa barakallahu lakuma, wa baraka alaikum, wa jamaa bainakuma fii khair. Kata "berkah" menjadi emphasis, menjadi titik tekan dalam doa ini.
Dalam budaya populer, salah satu grup band religi, Wali, juga memasukkan dalam salah satu syairnya, "hidup Indah bila mencari berkah". Artinya, kalau keberkahan yang dicari dalam hidup, Insya Allah, hidup akan Indah. Luar biasa, dapat merubah tidak hanya kondisi namun juga cara Pandang dalam menjalani kehidupan. Luar biasa sekali si berkah ini.
Kemudian akan muncul pertanyaan, kenapa berkah semakin mudah kita ucapkan? Mengapa tanpa sadar dalam setiap keputusan dan cerita kehidupan kita sering meminta agar langkah yang kita ambil diberkahi. Ada apa gerangan..?
Berkah sebenarnya bukan sesuatu yang tangible. Sangat susah kalau berkah diukur dengan indikator materialism, karena dalam banyak kasus keberkahan ini tidak bisa digambarkan bahkan tidak dirasakan secara langsung oleh mereka yang memperolehnya. Sangat susah juga jika berkah dibebankan pada sial atau beruntungnya seseorang, karena kenyataannya, sesuatu yang kita rasakan, kita jalani pun tidak akan diketahui sial atau beruntungnya sebelum kita mencapai titik akhirnya.
Namun berkah ini ada syarat minimal untuk dapat mencapainya. Sesuatu bisa dikatakan diberkahi jika memperoleh syarat-syarat tertentu dan syarat ini sangat Erat kaitannya dengan sesuatu yang bersifat spiritual. Dalam islam, salah satu syarat turun nya berkah jika yang sedang atau akan dilakukan tidak bertentangan dengan syariat. Maka halal-haram nya sesuatu, sah tidak nya sesuatu, bagaimana nurani berbicara atas sesuatu dapat dijadikan indikator, mungkinkan sesuatu yang kita lakukan akan diberkahi atau tidak.
Saya bukan ahli fiqh dan pandangan ini bisa jadi benar, bisa jadi syarat. Tapi secara sederhana, kalau sesuatu sudah membuat marah Yang Maha Kuasa, mana mungkin sesuatu itu diberkahi? Ya karena pada akhirnya, jika ditanya berkah itu memang diberikan, bahkan dalam beberapa pendapat diturunkan oleh Allah kepada yang Allah pandang pantas menerimanya. Ini kalau dalam pandangan islam ya, artinya, seluruh variable kehidupan kita akan selalu ada campur tangan Allah. Namun ya tadi, bagaimana kita mengkondisikan agar campur tangan itu berapa keberkahan, bukan amarah apalagi laknat.
Maka sekarang timbul pertanyaan, jika berkah adalah konsep langit yang se-njelimet itu, kenapa manusia ramai-ramai menggunakan Kata "berkah" untuk berbagai macam pencapaian atau rezeki yang dia dapatkan? Dan lebih luar biasa lagi Kata "berkah" ini digunakan di semua Kalangan. I repeat, "SEMUA KALANGAN!".
Saya sebenarnya agak risih bercerita, Namun saat scrolling di sebuah sites pembagian meme lokal zaman dahulu, 1cak.com, pernah ada seorang 1caker (user 1cak) yang membagikan sebuah gambar. Gambar tersebut adalah status Facebook seorang tuna susila, dengan gambar uang bertumpuk. Caption yang ditambahkan bukan main-main, "rezeki anak sholeh malam ini, semoga berkah. Terimakasih om". Dengan background sebuah kamar hotel jika diteruskan, tulisan ini akan menjadi tulisan NSFW.
Tidak hanya cerita tadi, pengusaha minuman keras, atau mereka yang punya anak cabang yang jualan miras, pejabat yang akhirnya terbukti korupsi, maling dan sebangsanya, mereka juga suka menggunakan Kata ini. Kata berkah. Padahal subhanallah, kalau kita tanyakan perilaku mereka pada ahli fiqh, atau kita konsultasikan kepada nurani kita, bisa menjerit-jerit hati saat melihat, membayangkan dan mendengar kelakuan mereka.
Karena sederhananya, darimana keberkahan itu datang saat pembuatan yang dilakukan adalah maksiat dan kejahatan bahkan dilakukan di siang belong?
Ini memberikan kepada kita 2 hal. Hal pertama bahwa Allah sudah memberikan kepada setiap manusia rezeki, dan Masya Allah, seluruh rezeki dari Allah adalah yang diberkahi. Cuman masalahnya, manusia diberikan pilihan untuk memilih, dengan cara apa mereka mengambil rezeki tersebut.
Mau Elon Musk se kaya apa, kita harus meyakini memang dari Allah jatahnya segitu. Dan sebuah syarat mutlak bagi yang muslim untuk meyakini, memang Kuasa Allah berkali-kali lebih besar dari total harta Elon Musk itu. Tinggal dilihat saja, harta sebanyak itu diperoleh dengan cara apa, dan dipergunakan untuk apa. Kira-kira, Allah bakal menurunkan berkah nya tidak.
Hal kedua, adalah benar pernyataan Umar bin Khattab. Kita sebagai manusia harus berani dan selalu, menghisab dan memuhasabah diri. Karena tadi, Allah sudah mengarahkan kepada kita, untuk membuat pilihan yang bijak saat memilih cara memperoleh rezeki yang sudah digariskan.
Bukan berarti juga penulis disini selalu membuat pilihan tepat. No way. Penulis juga manusia, jelas banyak salah dan dosanya. Namun alhamdulillah saja, penulis masih diberikan umur. Semoga bisa digunakan untuk memperbaiki kesalahan pilihan sebelumnya. Kemudian diberikan petunjuk untuk mendapatkan, dan memilih pilihan-pilihan terbaik di kemudian hari.
Saya juga mendoakan, kita semua diberikan kemudahan-kemudahan tersebut.
Kenapa akhirnya kok saya menuliskan cerita seperti ini? Well, dalam waktu yang tidak lama lagi, insya Allah saya dan keluarga akan mengambil langkah berikutnya. Dimulai dengan ujian toefl saya yang akan dilaksanakan 19 February 2022, jika tidak ada halangan. Saya memohon doa pada para pembaca sekalian, semoga langkah yang kami ambil, menjadi berkah bagi saya dan keluarga.
Wallahu 'alam.
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment