Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Monday, July 10, 2017

Karena Kita Manusia


Sumber : http://www.theeventchronicle.com


Karena Kita Manusia
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam

Dikisahkan seorang laki-laki, lulusan salah satu universitas ternama di sebuah negara berhasil masuk dan bekerja di perusahaan multinasional. Pengalamannya di berbagai organisasi kemahasiswaan mempercepat proses adaptasi dengan lingkungan, dan memberikan sedikit pemahaman tentang sikap professional. Orientasi utamanya jelas, memberikan yang tebaik bagi perusahaan, dengan tidak melibatkan hal-hal aneh dalam menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu dia memberikan penghormatan pantas kepada jajaran eksekutif, dan memberi perhatian semestinya kepada staff dibawahnya.

Waktu terus berlalu, interaksi dalam perusahaan pun semakin intens. Beberapa proyek berhasil dia selesaikan bersama tim atau dengan divisi lain. Hingga suatu hari dalam sebuah proyek dia bertemu dengan seorang wanita. Pertemuan itu sangat sederhana, dia hanya membantu membawakan arsip-arsip si wanita menuju kantornya, tidak lebih. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan, laki-laki itu masih menjunjung tinggi professionalitasnya.

Karena berada dalam satu proyek, dan terus menerus berusaha menyelesaikan proyek tersebut, laki-laki itu mulai memperhatikan wanita yang ditolongnya. Pun sang wanita, kejadian seorang laki-laki muda baik hati membantunya membawakan arsip menjadi istimewa. Meskipun mereka tidak pernah terlibat percakapan intim, tetapi si wanita terpesona melihat kecermatan dan kebaikan sang laki-laki. Sang laki-laki pun mulai melihat keanggunan dan ketekunan sang wanita. Tanpa disadari, rasa kagum itu tumbuh dan semakin kuat, semakin kuat, mungkin kamu bisa katakan cinta mulai bersemi antara mereka. 

Selanjutnya silahkan gunakan imajinasi anda, anda bisa mengambil referensi dari manapun. Mungkin dari drama korea, mungkin sang laki-laki akhirnya mendapatkan sang wanita dengan berbagai konflik. Mungkin dari film bolywood dimana setiap saat selalu ada tarian dan nyanyian. Mungkin dari sinetron lokal, dimana setiap 3 bulan sekali muncul tokoh antagonis baik laki-laki maupun wanita. Atau apapun itu.

Karena kita manusia, itu jawabannya. Kisah serupa juga pernah dialami seorang Nabi dan Rasul tampan, Yusuf AS. Justru kisah beliau lebih ekstrim, dimana pada saat itu beliu berstatus sebagai budak, dan Zulaikha sebagai tuan-nya. Allah menegaskan “kalau bukan karena yusuf takut kepada Allah SWT, ya mungkin ceritanya “lain”. Allah SWT sendirilah yang meneguhkan hati Yusuf AS untuk kemudian berlari menghindari perangkap asmara Zulaikha.

Kedua kisah diatas, dari yang umum di tempat kerja hingga kisah yang diceritakan 1400 tahun lalu di dalam Al-Qur’an memberikan bukti dan penegasan tentang status kita sebagai manusia. Manusia, tidak pernah luput dari lupa dan salah siapapun dia. Bahkan Rasulullah SAW pernah ditegur langsung oleh Allah SWT ketika bermuka masam saat ditemui seorang tuna netra (baca surat Abasa, juz 30), padahal beliau Allah jamin sebagai seorang yang ma’shum (terlindungi dari kesalahan). Bandingkan dengan kita, berapa kali kita memasang muka masam bahkan kepada ibu kita sendiri.

Karena kita manusia, bahkan manusia paling mulia yang oleh Michael Heart ditempatkan di nomor satu sebagai orang paling berpengaruh dalam sejarah manusia pernah satu kali ditegur langsung oleh Allah SWT hanya karena muka masam. Padahal beliau tidak pernah berdusta, bahkan lawan politiknya pun masih menggelari beliau sebagai Al-Amin. Bahkan tidak ada satupun kata kasar pernah beliau lontarkan. Bahkan dalam peperangan sekalipun, ummatnya beliau perintahkan untuk tidak memukul musuh di muka-nya! 

Ketinggian ahlak Rasulullah SAW telah membuahkan hasil, dengan munculnya generasi terbaik ummat manusia, yaitu para sahabat beliau. Abu Bakar RA dengan kejujurannya, Umar RA dengan ketegasannya, Usman RA dengan kedermawanannya, dan Ali RA dengan kecerdasannya, keempat khalifah adalah bukti lain bahwa kita manusia. Manusia senantiasa mencari figure untuk diteladani, dan figure tersebut jelas orang dengan status dan atau posisi sosial lebih tinggi darinya.

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari adalah anekdot bangsa Indonesia sejak zaman dahulu untuk perkara ini. Bagaimana orang tua mempengaruhi anaknya, dan lain sebagainya telah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dituangkan dalam berbagai iklan menarik. Semakin tinggi status sosial anda, semakin orang melihat anda, dan semakin banyak pula orang terpengaruh dengan perilaku anda, sesederhana itu.

Jangan katakan berantas korupsi, jika anda sendiri masih korupsi, mungkin seperti itu mudahnya. Karena anda masih manusia, karena kita masih manusia, kita tidak bisa terlepas dari kesalahan. Karena kita manusia, kita hidup berlaku dengan meneladani dan menjadi teladan. Semua hal itu, karena kita hadir di dunia ini sebagai manusia, entah anda percaya kita diciptakan, atau kita hadir karena proses evolusi kebetulan. Kita adalah spesies mahluk hidup bernama manusia, bukan malaikat apalagi jin.

Cukup mengeherankan, jika akhir-akhir ini ada beberapa usaha untuk memalaikatkan segolongan manusia, terutama mereka dari kalangan berkuasa. Mereka berhak berkata kasar di berbagai media tanpa adanya teguran. Mereka bebas memberikan cap setan dan penjahat kepada segolongan lain, sedangkan golongan mereka yang terang misalkan mencuri uang negara, dilindungi sedemikian rupa. Misalkan anda adalah presiden, anda dan keluarga anda adalah panutan seluruh rakyat negara anda, iyakan? Maka sangat wajar jika rakyat anda mengharapkan kebaikan-kebaikan perilaku dari anda dan keluarga anda, ditambah jabatan presiden anda hanya mandat karena sistem demokrasi, bukankah seperti itu?

Tetapi siapapun anda, anda adalah manusia, itu fakta yang tidak terbantahkan. Manusia yang tidak lepas dari salah dan lupa. Manusia yang terkadang menerobos sendiri batasan etika dan moral masyarakat dengan dalih kebebebasan berekspresi. Bahkan dengan ego dan ambisi sebagai manusia, tidak jarang kita menghancurkan hidup orang lain yang tidak sepaham dengan kita. Bisa jadi mengambil pengelihatannya, bahkan mengancam nyawa dengan menggorok lehernya, atau melakukan terror kosong yang menyalahkan segolongan tertentu. 

Semua itu terjadi, karena mungkin kita tidak siap menjadi manusia, atau mungkin kita lupa status kita sebagai manusia. Setiap manusia memiliki kebebasan berekspresi, selama tidak melanggar hak dan kewajiban asasi manusia dan tidak melanggar etika serta aturan legal formal. Cara pandang adalah hak yang dimiliki setiap manusia, selama dia tidak melakukan perbuatan yang terang mencederai hak dan kewajiban manusia lain.

Maka, dalam hak kita sebagai manusia, terdapat hak-hak orang lain yang harus kita perhatikan. Dalam hak kita sebagai manusia, kita perlu mengingat bahwa kita tidak bisa lepas dari lupa dan salah. Bahwa dalam kehidupan kita sebagai manusia, kita tidak bisa lepas dari perilaku teladan dan meneladani.

Sumber : https://pbs.twimg.com/media/BorgxCmIEAATEGL.jpg

Pada akhirnya, tantangan tersisa adalah bagaimana kita sebagai manusia, siapapun kita, mampu menghadapi kenikmatan menjadi manusia. Allah SWT menegaskan, sebuah kemuliaan khusus kita terpilih dan terlahir sebagai manusia, bahkan dahulu seluruh mahluk pernah bersujud di depan kita atas perintah Allah SWT kecuali Iblis, golongan jin yang melanggar perintah Allah SWT. Kenikmatan luar biasa ini, tentu melahirkan konsekuensi besar juga bersamaan dengan tantangan besar yang dia bawa.

Tantangan itu adalah, siapkah jika kita, siapapun kita, dihukumi sebagai manusia? Manusia tidak bisa lepas dari salah dan lupa, maka dia akan selalu mendapat pengingatan dan nasihat. Apakah ini berlaku kepada siapapun kita? Ya, karena semua itu yang menjadikan kita manusia. Nasihat dan pengingatan adalah bentuk usaha menjadi manusia baik, dengan konsep teladan dan meneladani.

Islam menyebut sifat dasar itu sebagai fitrah, sifat dasar menjadi manusia yang segala aturan dan tata kelolanya sudah digariskan oleh Allah SWT. Semakin jauh kita dari sifat dasar dan tata kelola Allah, semakin rentan kita terhadap perilaku merusak. Beberapa faktanya, antara lain semakin merebaknya penyakit seksual selepas manusia mulai melupakan kenapa Allah menciptakan jenis kelamin. Kebutuhan manusia akan kasih sayang semakin tergerus dengan tuntutan dunia kerja, sehingga wajar jika sebuah negara memiliki tingkat bunuh diri tinggi dan tetangganya terancam kehilangan separuh populasinya 50 tahun mendatang.

Maka, bagaimana jika kita menolak nasihat hanya karena kita kebetulan memiliki status sosial lebih tinggi? Bagaimana jika kita selalu menganggap hanya kita pihak yang benar? Anda sudah melihat contohnya, dimana seorang public figure menggunakan narkoba, dia direhab sedangkan orang bisa menggunakan narkoba bisa jadi dia dijatuhi hukuman mati, lucu kan?

Karena kita manusia, tantangannya adalah ketika kita diperlakukan sebagai manusia. Karena, kebijaksanaan dan kemuliaan sebagai manusia akan diuji, saat ada orang yang mengingatkan kita dan mengharapkan kebaikan dari diri kita.

“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu, adalah yang mampu memuliakan orang lain” – Al-Qur’an
“Semua manusia dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal shalih, dan saling nasihat dan menasihati dalam kebenaran dan kesabaran” – Al-Qur’an


Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk artikel menarik lain, silahkan klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/06/ramadhan-dan-keteladanan.html


Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 


No comments:

Post a Comment