Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Monday, June 12, 2017

Retail Modern : Desain Pemasaran



Desain Pemasaran Ritel Modern
Oleh : Muhammad Abdullah ‘Azzam

Mendesain Wajah Perusahaan

Pemasaran tidak ubahnya seperti menentukan seperti apa calon konsumen melihat bisnis kita. Dalam bisnis jual beli apapun, pemasaran menjadi hal urgen karena secanggih apapun kita menyiapkan sumber daya manusia, sistem keuangan dan sistem operasional, kesemuanya akan sia-sia jika kita tidak berhasil menjual satu-pun produk kita. Secara ringkas, pemasaran membuat konsumen memiliki intensi untuk memenuhi kebutuhannya dengan produk-produk yang kita jual. Secara khusus untuk ritel modern, adalah konsumen memilih bisnis ritel kita dibandingkan bisnis ritel lain, karena notabene semua bisnis ritel menawarkan produk sama dan sejenis.

Keunikan pemasaran dalam ritel modern adalah kita menghadapi pasar dengan variansi produk tidak berbeda jauh antar satu ritel dengan ritel yang lain. Bahkan pasar tradisional juga bisa diklasifikasikan sebagai bisnis ritel karena sifat jual-beli produk di dalamnya. Maka, persaingan bisnis ritel sangat luas dan cukup sulit jika bersaing menggunakan keunikan dari produk. Pada tulisan sebelumnya di mempersiapkan operasional ritel modern, penulis sempat mengulas tentang flagship product atau produk unggulan. Meskipun produk unggulan mampu memberikan kontribusi keuntungan dan harus mendapat perhatian khusus, membicarakan bisnis berarti mengusahakan agar bisnis menghasilkan keuntungan 100%. Artinya, kesemua jenis produk yang diperdagangkan harus mampu memberikan kontribusi keuntungan. Secara khusus hal ini dapat dilakukan dengan mendesain sistem pemasaran ritel kita.

Maka sering ditemui, meskipun sebuah toko telah melakukan spesialisasi produk tertentu, tetap diberikan produk pelengkap dan bahkan produk pelengkap tersebut mendapat perlakuan pemasaran sebagaimana mestinya. Perlakuan pemasaran tersebut tentu bertujuan untuk menjaga kestabilan dan eksistensi produk, dan menumbuhkan keuntungan secara umum. Meskipun membicarakan kontribusi keuntungan, soal pemasaran tidak berarti semua produk harus menghasilkan keuntungan. Misalkan dalam sebuah promo, produk B diberikan potongan harga hingga mengalami kerugian 5% dibawah margin keuntungan. Namun semua itu tidak masalah selama produk lain, produk A misal mampu memperoleh keuntungan hingga 15% dari margin. 

Mendesain marketing dalam bisnis ritel memang unik dan menarik, karena sangat banyak aspek yang bisa digali. Membuat konsumen betah berlama-lama di toko juga termasuk poin pemasaran. Diskon dan potongan harga sesuai event pada produk tertentu juga salah satu poin pemasaran juga. Hingga penyediaan fasilitas-fasilitas lain yang mungkin tidak ada hubunggannya dengan bisnis kita bisa menjadi salah satu poin pemasaran. Maka tidak heran selama tahun-tahun kebelakang aspek pemasaran dalam bisnis mengalami gebrakan luar biasa. Dengan perkembangan teknologi baik itu informasi dan terapan, bisnis khususnya ritel memperoleh beragam cara kreatif untuk mendesain wajah-nya.

Lantas bagaimana Semart mempersiapkan wajah bisnis ditengah pasar sasarannya?. Dengan semangat generasi muda tentu kami berusaha menghadirkan hal-hal unik dan mungkin belum diterapkan sebelumnya. Bahkan kami berusaha semaksimal mungkin agar dapat akrab dengan calon pasar kami, masyarakat Keresidenan Surakarta. Berikut ini beberapa catatan bagaimana pengalaman penulis dan tim Semart dalam mendesain wajah bisnis kami. Tentu kami memberikan perhatian khusus pada aspek ini, bahkan kami bebankan kepada divisi lain, karena kami hadir untuk melayani Masyarakat Surakarta dan mungkin Indonesia.


Berbaur dengan Masyarakat dengan Identitas Kita

Judul bahasan ini adalah versi sulit dari “berbaur tapi tidak melebur”, penulis akan coba menggambarkan 3 hal yang bisa dikelola secara mendasar lewat desain pemasaran bisnis. Hal dasar itu adalah “berbaur”, “pasar” dan “identitas”. Dalam mendesain pemasaran kita akan senantiasa berurusan dengan ketiga hal ini. Karena menjadi berbeda bukan berarti “berbeda” dan menjadi unik tidak harus “terasing”.

Banyak pebisnis muda dengan semangat tinggi berusaha menawarkan keunikan kepada pasar, dengan segala macam modelnya. Keunikan bagus karena dia memiliki efek kejut dan dalam waktu singkat dapat menarik simpati pasar. Artinya juga dalam waktu singkat akan ada permintaan besar atas bisnis yang dia mulai. Dan dalam waktu singkat, masyarakat dan pasar akan terheran-heran dengan keunikan tadi.

Masalah dari keunikan dan efek kejut tadi, adalah semuanya berlangsung singkat, sekejap. Tentu masih segar dalam ingatan, bagaimana sebuah makanan pedas dari bahan ketela mampu mengguncang pasar. Bahkan berlomba-lomba muncul peniru dan sejenisnya hingga puncaknya dimanapun kita pergi kita bisa melihat bagaimana berbagai kalangan berlomba-lomba menikmati produk tersebut. Tidak berselang lama, seolah makanan tersebut hilang begitu saja. Hanya sebagian masyarakat yang menikmatinya.

Coba dibandingkan dengan produk bernama “Indomie” yang bahkan di toko-toko umum masyarakat menyebut merek mie instan lain dengan produk tersebut. Atau bandingkan dengan Lumpia yang menjadi kuliner identitas Kota Semarang. Membuat kejutan memang asyik dan menyenangkan, tapi tantangan sesungguhnya adalah bagaimana mempertahankan momen kejutan itu.

Akhirnya, perlahan tren membuat kejutan beralih menjadi bagaimana masyarakat terdekat dari bisnis kita, terbiasa dan membutuhkan bisnis kita. Inilah perubahan momen, dimana kejutan dibangun dengan memulai proses membaurkan bisnis kita dengan masyarakat terdekat kita. Masyarakat terdekat kita harus menyadari bahwa bisnis kita adalah bagian dari mereka, menjadi konsumen kita, dan turut mempromosikan bisnis kita.

Tantangan ini, jika dihadapkan pada bisnis ritel modern, pembauran menjadi lebih mudah karena kita tidak harus membuat produk yang “sesuai” dengan selera masyarakat. Sebagai pebisnis ritel, kita hanya harus memastikan kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat sesuai dan tidak dipandang asing oleh mereka. Maka, melibatkan masyarakat sejak awal saat merintis toko menjadi hal penting, bahkan toko online sekalipun!. Mengapa demikian? Masyarakat sekitar memiliki kapasitas berbicara, mengarahkan kritik dan atau pujian kepada bisnis kita. Artinya, sebelum betul-betul memasuki pasar, penilaian mereka tidak ubahnya seperti penilaian calon pasar sendiri. 

Maka dengan mengenalkan bisnis kita, beserta identitas dan keunikannya kepada masyarakat bisa memunculkan simpati yang kelak akan menjadi pandangan umum atas bisnis kita. Jika pandangan tersebut positif, selamat, anda sudah siap bertempur memperebutkan pasar degan ritel lain. Namun jika masih negtif, lakukan perbaikan berdasarkan pandangan masyarakat, tentu dengan tidak menanggalkan identitas bisnis kita secara keseluruhan.

Dengan demikian, hasil akhir dari sebuah pembauran bisnis ini adalah identitas bisnis kita yang turut menjadi representasi masyarakat di sekitar kita. Identitas inilah yang nanti sangat penting digunakan saat akan melakukan ekspansi, baik level lokal maupun internasional. Contoh paling ringkas adalah, ritel-ritel multinasional yang ada di Indonesia, bisa jadi tidak sama dengan negara asalnya, karena banyaknya penyesuaian dengan kultur masyarakat Indonesia dan lain sebagainya. Namun, budaya kerja dan sebagainya dari ritel-ritel tersebut bisa jadi masih mirip dengan negara asal dan lain-lain.

Karena penulis berbicara ritel modern skala mikro sebagaimana bisnis Semart sendiri, maka Semart memiliki lebih banyak kesempatan untuk membaur lebih dalam dengan masyarakat. Sejak awal penyiapan hingga pelunucuran bahkan desain dari toko Semart sendiri, kami berusaha mengadaptasi budaya jawa khususnya di Kota Surakarta. Memang menimbulkan kritik jika kita berbicara ritel skala makro, namun jika memperhatikan relung pasar, memunculkan versi terbaru dari adaptasi budaya masyarakat bisa menghadirkan keuntungan baik lokal maupun interlokal.

Secara lokal masyarakat merasa tersegarkan dengan adanya adaptasi terbaru dari budaya mereka. Secara interlokal masyarakat umum akan tertarik untuk melihat versi unik dari budaya jawa. Maka grand launching toko dengan mengikutsertakan komunitas hiburan lokal seperti tater dan grup band, produk unggulan yang merupakan trademark masyarakat solo, dan berbagai sarana pendukung yang pantas dipadukan dengan budaya jawa menjadi senjata Semart untuk menghasilkan kesan “Brang New Surakarta”. Memang akan banyak tantangan dimasa mendatang, tapi melihat bagaimana perkembangan masyarakat mendatang, Semart menghadirkan alternative pengalama berbelanja secara modern yang tetap berdampingan dengan budaya lokal. 


Interactive Marketing

Istilah ini penulis belum mencari telah diungkapkan oleh siapa, namun penulis sempat membaca sekilas di buku Marketing Management karangan Kottler bahwa sebaiknya kita berusaha melbatkan konsumen dalam setiap pemasaran yang kita lakukan. Maka, dalam penyusunan desain pemasaran Semart, penulis selaku general manager meminta agar tim pemasaran melibatkan konsumen secara langsung dalam memasarkan Semart.

Secara ringkas, konsumen akan dilibatkan dan diberikan reward atas apa yang mereka lakukan dengan produk-produk semart, dan memberikan kesempatan besar untuk menunjukkan eksistensi diri dengan produk atau toko kami. Maka, kami mendesain toko sedemikian rupa agar calon konsumen mendapat kesempatan melakukan hal-hal tersebut. menghadirkan kesan tradisional, klasik namun elegan menjadi motivasi kami, maka, inilah yang kami lakukan.

Kami mendesain toko sedemikian rupa dengan desain interior maupun eksterior dengan kesan klasik-elegan. Penggunaan material kayu sebagai material penyusun utama toko diharapkan memberikan kesan tersebut. Pemilihan warna-warna pastel serta sistem pencahayaan diharapkan membuat kesan nyaman kepada konsumen. Selain itu, mengkonsep toko sekaligus tempat nongkrong menjadi konsep andalan kami.

Untuk fasilitas toko, kami menghadirkan berbagai mainan klasik seperti mesin ding-dong yang dapat dimainkan setelah memperoleh poin belanja tertentu. Beserta mesin crane dengan produk makanan klasik sebagai hadiahnya, serta internet dan televisi menjadi berbagai hal yang dharapkan membuat konsumen betah berlama-lama di toko kami. Selain itu, lahan parkir, lokasi dan aksesibilitas toko menjadi pertimbangan agar calon konsumen mudah menemukan toko kami.

Berbagai sarana dan hal-hal tadi dipadukan dengan produk unggulan dan pendukung kami, sehingga orang akan merasa pantas jika ingin eksis di toko dan dengan produk kami. Dipadukan dengan karyawan toko yang ramah dan anggun, ya, kami benar-benar berusaha menghadirkan kesan kangen dan membuat konsumen seolah menjadi bagian tidak terpisahkan dari toko kami.

Promo berupa potongan-potongan harga yang kaku tetap kami lakukan, namun itu bukan prioritas. Karyawan yang sinis bukan bagian dari bisnis kami. Karena, konsumen, produk dan karyawan adalah bagian tidak terpisahkan dari bisnis kami. Lantas, bagaimana anda akan mengajak konsumen untuk berbisnis dengan anda? Dengan tulisan promo semata atau berusaha memastikan dia akan mengadakan kunjungan kembali? Silahkan dipilih. 


Efek Kejut dan Diskon
Maksud tetap memasang diskon dan sebagainya adalah disini. Diskon dengan angka-angka seksi potongan 70% misalnya tetap menjadi daya Tarik khususnya bagi masyarakat Indonesia. Namun, memang tidak setiap hari bisa ditemukan hal seperti itu, umumnya musim diskon dilaksanakan saat momen seperti lebaran dan tahun baru. Bersyukur gagasan kami akhirnya mendapat landasan yurispudensi saat tanya alasan perusahaan donat ternama memberikan diskon donat satu lusin 100rb atau 50rb. Maksudnya, pemberian diskon tidak harus menunggu momentum pasar, namun kita sebagai pebisnis memiliki kemampuan untuk membangun momen tersebut.

Pemberian diskon dari perusahaan donat tadi adalah contohnya, dalam waktu sekejap dengan bantuan media sosial ada hysteria dalam masyarakat. Lebih hebatnya lagi perusahaan donat tersebut justru makin menjaga momentum dan eksistensinya di pasar lewat diskon tadi. Maka metode seperti inilah yang semart coba lakukan dengan mengambil momentum 1 Syuro dimana saat itu Semart mengadakan diskon khusus sehari penuh.

Masyarakat sekarang mencari keunikan dan eksistensi, dan jika dipadukan dengan penawaran ekonomi bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Memanfaatkan karyawan dan sarana media sosial, kami berencana membuat “ledakan” lewat diskon besar malam suro ini. Pemberian benefit khusus kepada karyawan saat event diskon, potongan pada produk-produk tertentu, dan lain sebagainya menjadi tawaran-tawaran untuk memeriahkan malam satu suro ini.
 
Dengan keunikan-keunikan yang telah Semart sebutkan, kami berusaha menghadirkan sebuah bisnis ritel yang tidak berjarak dengan masyarakat. Justru sebaliknya, kami berusaha menghadirkan alternative pilihan kepada masyarakat. 

Tentu, semua pilihan desain marketing dikembalikan kepada masing-masing bisnis, namun inilah bagaimana kami mendesain bisnis kami. Dengan teknologi, kita bisa menciptakan momentum. Dengan permainan harga kita bisa menggaransi keuntungan. Namun, menjaga interaksi dengan konsumen tidak bisa diciptakan, dia ditumbuhkan. Dan meminjam pernyataan Kottler, bahwa tugas pemasaran salah satunya adalah menumbuhkan intensi kunjungan kembali konsumen. Lantas, bagaimana anda membuat konsumen mau mengunjungi anda kembali?


Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6




Tulisan ini juga sudah dimuat di selasar.com, untuk membaca bisa klik pranala dibawah ini
https://www.selasar.com/jurnal/36039/Desain-Pemasaran-Ritel-Modern


Untuk seri sebelumnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/retail-modern-mempersiapkan-operasional.html 
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/retail-modern-mempersiapkan-sistem.html

Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 

No comments:

Post a Comment