MANUSIA TANAH BELANDA
GENERASI
MERKANTILIS TERKUAT
Ada yang menarik dengan kompetisi mengenal Belanda ini. Adalah
bagaimana peserta diminta untuk mendeskripsikan sebuah negara nun jauh disana,
yang kadang beberapa peserta mungkin hanya mengenal lewat foto-foto di internet
atau melalui buku-buku. Saya pribadi mengenal Belanda melalui mata pelajaran
yang paling tidak disukai siswa Indonesia, karena menjemukan, panjang dan
terlalu banyak hafalannya. Terutama tanggal, tahun, dan peristiwa serta
tokohnya, yaitu buku- buku sejarah. Buku sejarah sangat menarik menurut saya.
Bagaimana diceritakan kejatuhan sebuah bangsa, kejayaan suatu bangsa. Bagaimana
mereka berinteraksi, bagaimana mereka mengaplikasikan teknologi. Bagaimana
sebuah pertempuran merubah nasib suatu bangsa, bagaimana selembar kertas dapat
menentukan apakah suatu bangsa merdeka atau tidak. Saat membaca buku itulah,
saya mengenal, Belanda adalah sebuah bangsa yang “menghapus” kejayaan nenek
moyang bagsa saya, Indonesia.
Dengan 4 atau 5 kapal jenis caravel, Cornlis De Houtman dengan sekian ratus anak buahnya
membawa sebuah petaka bagi sebuah bangsa besar di asia tenggara. Proses
kolonisasi selama 350 menjadi cerita tersendiri, entah luka lama, atau pelecut
semangat bagi generasi saat ini. pertanyaan muncul di benak saya, seperti apa
mereka saat itu? Mengapa kejayaan dan kemakmuran Banten, Mataram Islam, Aceh,
dan Ternate-Tidore tidak mampu mengalahkan mereka yang bermodalkan baju besi
dan mesiu?. Maka sebuah kebanggaan, bagi saya diberikan kesempatan untuk
menjawab sendiri pertanyaan saya. Tentang Belanda yang tanahnya menghasilkan
manusia luar biasa yang membungkam keperkasaan nenek moyang saya.
Tanah Belanda yang berada di eropa barat, sebagaimana
bagian barat eropa yang lain adalah tanah yang dingin. Melalui empat musim
dalam satu tahun, berbatasan sangat dekat dengan negara-negara lain, dan
tanahnya tidak sesubur tanah kami. Bahkan dalam sebuah novel tulisan Andrea
Hirata, penduduk di tanah-tanah itu sangat individualis. Rumah-rumah berjarak
sangat jauh, sunyi, dan terkesan angkuh. Interaksi yang terbentuk antar mereka
adalah interaksi yang dingin, pragmatis. Untuk manusia seperti saya, yang
tinggal di lingkungan komunal, hal seperti itu merupakan neraka. Tetapi
bagaimanpaun, sejarah mencatat, umat manusia mengetahui, bahwa dari tanah-tanah
itu lahir para penakluk. Bukan hanya sekadar menaklukan, bahkan benar-benar
menguasai. Apa yang membuat mereka berbeda?.
Ada
sebuah kajian menarik mengenai tanah eropa, terutama tanah Belanda. Sejarah
berlanda yang panjang, dengan luas wilayah di dataran eropa yang sangat sempit
membawa dilema tersendiri. Minimnya lahan pertanian, ketidaktersediaan sumber
daya alam, membawa Belanda menuju sebuah negara yang sangat percaya pada
kualitas individu, kualitas SDM nya. Bagaimanpun mungkin masyarakat yang tidak
cerdas bisa membendung lautan dan bahkan membangun ibukota dibawah permukaan
laut?. Pernyataan tersebut menjawab satu pertanyaan, manusia di Belanda tidak
menyerah dengan tanah yang menindas mereka. Tanah Belanda yang keras bahkan
tidak menguntungkan telah mereka taklukan. Mereka kuasai dan dijinakkan dengan
kemampuan manusia mereka. Manusia yang dikarunai oleh tuhan dengan kemapuan
akal, sedangkan menurut beberapa yang lain memperoleh sendiri kemampuan untuk
berlogika.
Tanah Belanda memang sudah jinak, bisa diolah, dan
dikelola. Bahkan tanah tersebut menjadi saksi atas banyak penemuan gemilang,
mulai dari disebarnya buku Galileo Galilei, terdampak revolusi kristen dan panen
besar bunga tulip. Tapi, apakah itu cukup?. Belanda adalah negara yang kecil
memang, akan tetapi, negara kecil ini berpikiran sangat besar. “apa yang saya
miliki di eroap ini tidaklah cukup”. Mungkin demikian yang ada di pikiran orang
Belanda saat itu. Hebatnya, bukan hanya memikirkan, tapi mereka merealisasikan.
Di tengah hiruk pikuk perdagangan spanyol dan koloniasasi massal inggris dan
prancis, Belanda menjelma menjadi kekuatan baru. Kekuatan yang muncul dari
kemampuan mereka dalam mengelola aset-aset kekayaan.
Cukup menarik ketika melihat Belanda dan manusianya dari
perspektif ini. perspektif bagaimana mereka menkalukan dan mengubah tanah
mereka dengan kegemilangan manusianya. Tentunya, kegemilangan ini diabadikan oleh dunia, terutama melalui
permainan digital. Berbagai permainan (game) menggambarkan Belanda sebagai sebuah bangsa yang unik.
Unik, karena keunggulan mereka dalam bidang perdagangan dan pengelolaan
kekayaan. Age of Empire buatan Microsoft
dan Ensemble Studios misalnya, disaat negara lain terfokus pada pengelolaan
perkebunan dan pertambangan untuk memperoleh emas, Belanda telah memiliki bank,
sebagai sumber perolehan emas. Disaat negara lain digambarkan fokus pada armada
perang yang serba besar dan mahal, terutama untuk dominasi perairan, kapal
perang utama Belanda, fluyt digambarkan
memiliki kekuatan seperti frigate
inggris dan lincah seperti kapal-kapal turki. Begitu juga dengan
permainan-permainan lain. bagaimana negara kecil ini, dengan tanah yang sempit
bahkan tidak bernilai, bisa berperan bersar dalam percaturan dunia.
Berikutnya, adalah
bagaimana Belanda merubah tanah koloni mereka menjadi tanah mereka. Tanah
koloni Belanda ada di dua lokasi terpisah. Asia tenggara di Indonesia dan
amerika selatan di guayana dan suriname. Apabila melihat dari persepktif
koloni, koloni Belanda adalah koloni yang sengasara, siperas habis oleh Belanda.
Sebagaimana orang spanyol melakukan hal sama terhadap koloninya. Akan tetapi,
apabila melihat dari perspektif kebutuhan modern, apa yang dilakukan Belanda,
manusianya terhadap koloni sangat elegan. Berusaha tidak terlibat dalam konflik
lokal, mengatur perjanjian-perjanjian yang berat sebelah dengan koloni menjadi
cerita bisnis modern yang amat sangat menguntungkan. Maka, dalam beberapa game,
sekali lagi, Belanda dikenal sebagai bangsa merkantilis terkuat.
Maka, kami akan
menyimpulkan bahwa tanah Belanda menjadi saksi munculnya generasi merkantilis
terkuat sepanjang sejarah. Keberhasilan mengkoloni Indonesia dan wilayah Amerika
Selatan menjadi cerita sukses bangsa Belanda. Meskipun tanah Belanda sangat
tidak adil, kecil, dan tidak produktif, manusia yang besar disana benar-benar
menjelma menjadi kekuatan dunia. Baik dimasa lalu, hingga masa sekarang.
Bagaimana dengan bangsa tanah jelai dan tanah emas Indonesia?.
Referensi
1. HIRATA,Andrea. Edensor. Penerbit Bentang , 2007.
2. SURYANEGARA, Ahmad Mansur. Api Sejarah. Salamandani Pustaka Semesta , 2009.
Referensi Digital
1. Age of Empire III, Board Game. Ensemble Studios and Microsoft Corporation.
2009
2. Rise of Nation, Gold Edition. Big Huge Games and Microsoft Corporation.
2009
My Regards to NVO NESO HWC 2015 that give me a chance to create this articles. succes are upon you.
*
pictures : source from google, michiel de ruyter, dutch admiral
No comments:
Post a Comment