Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Thursday, March 27, 2014

The Chili Refineries 1. The Sign

"kebaikan yang kacau akan kalah oleh kejahatan yang terorganisir"

Imam 'Ali Bin Abi Thalib

sebenarnya ngga ada yang asing sama tamu yang menemui ayahku pada malam itu. perawakan mereka sedang saja, seperti orang lokal kebanyakan, walaupun ada beberapa yang mungkin berasal dari etnis kulit kuning. aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, yang aku tahu, cabai segala jenis yang tersimpan rapih di gudang milik ayah perlahan membusuk, dan di televisi aku melihat sesuatu, cabai busuk di gudang milik ayah adalah sebuah barang yang sekilonya saja dapat membuatku mampu mebeli sepatu merek nike yang aku impikan.

sebuah cerita sederhana, dari ku, yang sekarang tengah santai menulis di hadapan mac book yang akhirnya dapat kubeli, ternyata orang india di ujung jalan humpfrey memang benar-benar baik. pengalamanku bekerja di supplier cabai ketika aku masih SMP di Indonesia benar-benar bernilai mahal disini, di paris. Namaku Alfian, orang Paris biasa menyebutku Mr. Jale karena kepahamanku yang sangat besar tentang dunia cabai dan bagaimana membuat si merah pedas ini berharga ribuan Franc per kilonya, dan orang india itu tahu betul cara memanfaatku.

memandangi stok cabai yang bertumpuk pamfletnya di kamarku, membuatku teringat ketika aku masih SMP, dan masih menjadi barisan pemuda harapan bangsa di tahun 2012. santer kata orang akan ada kiamat tahun itu. aku tidak paham kalau yang mereka maksudkan itu kiamat besar itu, tapi kalau membicarakan kimata cabai di Indonesia, aku sangat paham.

Indonesia, negara agraria dengan tingkat fertilisasi lahan yang luar biasa, mendadak diguncang krisis, bayangkan saja, sebuah negara terbiasa memproduksi daging domba, mendadak harga daging domba melejit hingga 3x lipat, apa yang terjadi, apa sebabnya. itulah yang terjadi, masyarakat Indonesia yang notabene biasa memakai cabai dalam banyak hal, mulai dari upacara adat hingga kuliner, mendadak mendapati kawan seperjuangan itu melonjak harganya hingga 3x lipat, bahkan di pulau yang jauh dari jawa, harga cabai naik sampai 5x lipat. mengapa? apa sebabnya? kalian bertemu orang yang tepat, sebenarnya semua itu berawal dari sebuah pertanda.

ayahku bukan petani cabai, dia hanya mengumpulkan cabai berupa-rupa dari petani yang ada di sekitarnya, karena yah memiliki sebuah colt yang memiliki akses tidak terbatas ke perkotaan, sehingga, petani menitipkan cabainya ke ayah, guna didistribusikan ke kota-kota besar. aku masih kecil ketika muncul isu tanaman 30 juta per pot dan 3 juta per lembar yang dinamai Jenmani, yang membuat ayahku nyaris membantai seorang bocah karena menggores jenmani ayah memakai paku. tapi aku tidak tahu kenapa, dan apa yang mengakibatkan hal itu, karena saat aku beranjak remaja, jenmani ayah hanya menjadi pakan kambing tetangga.

tapi semua berubah malam itu, selepas panen raya di akhir-akhir tahun 2012 yang katanya akan kiamat itu. beberapa mobil mewah memasuki pelataran kami, ingin bertemu ayah katanya. pembicaraan berlangsung lama, diakhiri dengan sebuah kesepakatan, dan kulihat ayah membawa masuk map sebesar kertas folio, masuk ke dalam kamar. entah apa isinya.

lalu esok harinya, aku lihat colt ayah membawa sedikit sekali muatan cabai, padahal baru terjadi panen raya dan stok di gudang menumpuk, sangat menumpuk. kemudian aku melihat heboh di media, di sebuah pasar di jakarta aku lihat cabai menjadi bak emas permata, harga sekilonya menyentih angka 70.000, padahal setahuku, ayah membeli cabai dari petani hanya sebesar 20.000 per kilo, bahkan kurang. dan lebih mengejutkan ketika colt ayah diam diam entah bagaimana melenyapkan cabai yang sudah membusuk dari gudang, dan mendadak juga sebuah mobil mid-class, sebuah televisi yang lebih tipis dari kamus besar bahasa indonesia, nangkring di rumah. bahkan nike air max one yang aku impikan telah tersimpan rapih di lemari baju ketika aku pulang. aku benar benar tidak tahu apa apa saat itu. aku hanya tahu, sebuah tanda telah muncul.

Wallahu 'Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam Mahasiswa S1 Manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta

No comments:

Post a Comment