kemarin malem, jam 18.43, saya mendapat kabar dari seorang teman, bahwa ketua panitia acara saya harus masuk rumah sakit karena serangan janttung, dan saya mohonkan bagi para pembaca sekalian untuk mendoakan kesembuhannya. paginnya, pukul 08.43, seorang senior yang menjadi steering commite a.k.a senior berbicara kepada saya, dan menunjuk sayan untuk menggantikan kawan saya menjadi seorang leader,atau ketua panitia acara tersebut, dengan alasan mengkhawatirkan keselamatan sang ketua. saya menolak hal itu, mengapa? alasan dari hal itu akan coba /saya uraikan disini, alasan mengapa saya tidak mamu mengemban amanah ketua.
adam smith dalam bukunya "the wealth" menyebut adanya tangan-tangan yang tidak terlihat, alias invisible hand yang membuat pasar dapat bergerak, yang kelak akan diterjemahkan sebagai mekanisme pasar (market mechanism). dan itu juga yang menyadari munculnya teori ekonomi liberal yang kemuadian memunculkan argumen, bahwa tanpa adanya regulasi khusus, pasar akan tetap mampu bergerak. dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita sebagai manusia lebih suka menggantungkan segala urusannya dalam satu pihak, yang biasanya merupakan orang yang dianggap leader di dalam suatu komunitas. begitu jaga dalam teori ekonomi pasar, anggapan adam smith, bahwa tiap orang mampu menjadi leader, mampu menjadi pengambil keputusan sendiri, maka dari itu dia berani mengasumsikan teori invisible hand, yang telah dijelaskan sebagaimana diatas, dan ternyata, asumsi ini memunculkan pendapat, bahwa dengan menyerahkan perekonomian pada pasar, maka akan dapat memicu timbulnya persainagn yang memiliki spektrum luas yang pada akhirnya dapat menghasilkan stabilitas pasar dan naiknya kualitas barang, karena masing-masing pihak dapat membuat keputusan dia ingin menjadi yang seperti apa, dan pastinya tiap individu ingin menjadi yang terbaik.
saya tidak akan membahas lebih lanjut tentang teori yang dibahas adam smith, akan tetapi, terlepas dari negatif dan positif dari teori ini, ada satu hal yang ingin saya garis bawahi disini, ketergantungan suatu kelompok atas satu figur, akan berpotensi memadamkaan daya kretifitas dan pengambilan keputuan individu yang terkadang dapat memunculkan variasi pendapat dan hal inilah yang menyebabkan teori ekonomi komando tidak mampu bertahan seperti teori ekonomi liberal dari adam smith. kelompok demikian, yang sangat bergantung pada figuritas individu, dapat jatuh ketika individu yang menjadi figur mereka jatuh, yang dapat diambil contoh adalah pemerintahan model komunis, setelah joseph stalin jatuh, kejayaan soviet turut runtuh bersama dengan kejatuhannya.
kejatuhan seorang pemimpin, seperti yang terjadi pada organisasi saya, tidak akan memberi dampak apa-apa ketika masing-masing individu dalam kelompok menyadari bahhwa mereka bertanggung jawab terhadap kelangsungan organisasi. dan keyakinan inilah yang membuat saya berani menolak jabatan ketua organisasi yang merupakan jabatan strategis yang memberi banyak keuntungan bagi mereka yang berorientasi terhadap jabatan dunia, dan tidak mempertimbangkan pertanggung jawaban kedepan, dikarenakan saya yakin tiap-tiap jiwa adalah pemimpin yang setidaknya mampu memipin dirinya sendiri, mereka bisa dibilang tidak memerlukan sombolisme ketua dan sejenisnya dikarenakan mereka mampu mengarahkan dirinya sendiri, hanya satu hal saja yang mereka butuhkan daripada seorang pemimpin, yaitu sebuah bimbingan dan suri tauladan agar sifat pemimpin yang ada dalam setiap individu itu mampu terwujud dengan optimal, dan tidak saling bertubrukan dan saling merugikan satu sama lain.
intinya, dengan keyakinan bahwa tiap individu mampu menjadi pemimpin, sesungguhnya pemimpin yang bersifat mengarahkan secara total itu tidak diperlukan lagi, yang diperlukan adalah suatu sistem, dimana porsi antara anggota dan pimpinan diterapkan secara seimbang, jadi tidak ada istilah ketergantungan dengan seorang figur, atau kebebasan pendapat yang tidak terbatas, masing masing ada porsinya sendiri. dan itulah yang sesungguuhnya dibutuhkan agar suatu organisasi dapat berjalan dengan baik, seimbang, dan tetap mampu menghasilkan karya yang terbaik.
penulis
muhammad abdullah azzam
mahasiswa s1 manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta
adam smith dalam bukunya "the wealth" menyebut adanya tangan-tangan yang tidak terlihat, alias invisible hand yang membuat pasar dapat bergerak, yang kelak akan diterjemahkan sebagai mekanisme pasar (market mechanism). dan itu juga yang menyadari munculnya teori ekonomi liberal yang kemuadian memunculkan argumen, bahwa tanpa adanya regulasi khusus, pasar akan tetap mampu bergerak. dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita sebagai manusia lebih suka menggantungkan segala urusannya dalam satu pihak, yang biasanya merupakan orang yang dianggap leader di dalam suatu komunitas. begitu jaga dalam teori ekonomi pasar, anggapan adam smith, bahwa tiap orang mampu menjadi leader, mampu menjadi pengambil keputusan sendiri, maka dari itu dia berani mengasumsikan teori invisible hand, yang telah dijelaskan sebagaimana diatas, dan ternyata, asumsi ini memunculkan pendapat, bahwa dengan menyerahkan perekonomian pada pasar, maka akan dapat memicu timbulnya persainagn yang memiliki spektrum luas yang pada akhirnya dapat menghasilkan stabilitas pasar dan naiknya kualitas barang, karena masing-masing pihak dapat membuat keputusan dia ingin menjadi yang seperti apa, dan pastinya tiap individu ingin menjadi yang terbaik.
saya tidak akan membahas lebih lanjut tentang teori yang dibahas adam smith, akan tetapi, terlepas dari negatif dan positif dari teori ini, ada satu hal yang ingin saya garis bawahi disini, ketergantungan suatu kelompok atas satu figur, akan berpotensi memadamkaan daya kretifitas dan pengambilan keputuan individu yang terkadang dapat memunculkan variasi pendapat dan hal inilah yang menyebabkan teori ekonomi komando tidak mampu bertahan seperti teori ekonomi liberal dari adam smith. kelompok demikian, yang sangat bergantung pada figuritas individu, dapat jatuh ketika individu yang menjadi figur mereka jatuh, yang dapat diambil contoh adalah pemerintahan model komunis, setelah joseph stalin jatuh, kejayaan soviet turut runtuh bersama dengan kejatuhannya.
kejatuhan seorang pemimpin, seperti yang terjadi pada organisasi saya, tidak akan memberi dampak apa-apa ketika masing-masing individu dalam kelompok menyadari bahhwa mereka bertanggung jawab terhadap kelangsungan organisasi. dan keyakinan inilah yang membuat saya berani menolak jabatan ketua organisasi yang merupakan jabatan strategis yang memberi banyak keuntungan bagi mereka yang berorientasi terhadap jabatan dunia, dan tidak mempertimbangkan pertanggung jawaban kedepan, dikarenakan saya yakin tiap-tiap jiwa adalah pemimpin yang setidaknya mampu memipin dirinya sendiri, mereka bisa dibilang tidak memerlukan sombolisme ketua dan sejenisnya dikarenakan mereka mampu mengarahkan dirinya sendiri, hanya satu hal saja yang mereka butuhkan daripada seorang pemimpin, yaitu sebuah bimbingan dan suri tauladan agar sifat pemimpin yang ada dalam setiap individu itu mampu terwujud dengan optimal, dan tidak saling bertubrukan dan saling merugikan satu sama lain.
intinya, dengan keyakinan bahwa tiap individu mampu menjadi pemimpin, sesungguhnya pemimpin yang bersifat mengarahkan secara total itu tidak diperlukan lagi, yang diperlukan adalah suatu sistem, dimana porsi antara anggota dan pimpinan diterapkan secara seimbang, jadi tidak ada istilah ketergantungan dengan seorang figur, atau kebebasan pendapat yang tidak terbatas, masing masing ada porsinya sendiri. dan itulah yang sesungguuhnya dibutuhkan agar suatu organisasi dapat berjalan dengan baik, seimbang, dan tetap mampu menghasilkan karya yang terbaik.
penulis
muhammad abdullah azzam
mahasiswa s1 manajemen FEB Universitas Sebelas Maret Surakarta
No comments:
Post a Comment