Sumber Gambar: https://www.kompas.com/homey/read/2020/12/31/162600776/tanaman-alami-kebusukan-akar-begini-cara-mengatasinya?page=all |
Tulisan ini
bukan tulisan popular, karena kalau melihat spektrum pembahasan ummat islam,
yang seringkali terjadi pada satu sisi akan benci betul pada islam. Mending
hilangkan saja islam, ajaran serta ummatnya dari muka bumi ini, dan bukan hanya
itu, berlomba-lomba bagaimana caranya biar tidak hanya khalayak ramai, tapi
ummat islam sendiri takut terhadap islam. Sedangkan di sisi lain akan ditemui
orang-orang yang sangat-sangat optimistic. Pokok e islam pernah jaya dan akan
jaya lagi, dunia akan Kembali kepada pangkuan islam, dan akan jaya dengan
nilai-nilai islam. Al-Fatih holic, Shalahuddin Al Ayyubi fans club, masuk
kesini semua, Islam is de best! Serta berbagai pendapat lain yang akan
membentang dari sisi ini, hingga sisi yang satunya lagi. Itulah, kenapa bahasan-bahasan
soal islam bukan sebagai agama, tapi sebagai peradaban adalah bahasan yang
sangat tricky. Sangat mudah bagi orang, siapapun dia untuk mengambil keuntungan
daripada luasnya bahasan tentang islam. Tapi, sebenarnya bagaimana sih?
Maka tidak ada
salahnya kita melihat sudut pandang pesimistis-realis, yaitu orang-orang yang
sangat-sangat rendah ekspektasinya terhadap masa depan, dan diperparah dengan
bukti-bukti nyata, entah kondisi di lapangan saat ini, naskah-naskah
peninggalan masa lalu, hingga proyeksi di masa mendatang. Orang-orang pesimis
ini adalah salah satu alasan, kenapa setelah lebih dari 20 tahun reformasi,
negeri ini masih begini-begini saja. Inilah cara pandang yang jika disimpulkan
akan membentuk diksi semacam ini “Ya karena memang kondisinya begini, ayatnya
begini, dan kedepan akan seperti ini, ya kita cuman bisa begini saja”. Tetapi
tidak ada salahnya loh, coba kita saksikan saja, apa-apa yang sedang terjadi
dan bagaimana sejatinya prospek masa depan ummat di tengah kondisi yang semacam
ini.
Ummat
islam dan buih di lautan
Bayangkan
jika dalam naskah agama, yang levelnya dibawah kitab suci, sudah dinyatakan
bahwa ummat islam selepas Nabi Muhammad SAW, akan mengalami masa dimana
jumlahnya banyak namun tidak memiliki arti. Ya, baik buih di lautan. Ini tentu
adalah kondisi yang luar biasa tidak mengenakkan, karena posisinya, bukan lagi
jumlah, bukan lagi kekuatan kolektif ummat. Tetapi memang, di masa itu ummat
islam tidak berarti, hanya dipermainkan oleh lautan saja, dan tidak hanya itu,
tercerai berai. Dalam konteks kehidupan dunia, maknanya sangat sedikit.
Kiranya,
bagaimana kondisi ummat islam saat ini? Jika kita diminta untuk melakukan list,
masalah-masalah keuamatan, wah luar biasa. Akan ada banyak fakta yang
menunjukkan, ya memang benar, jumlah ummat islam sebanyak lebih dari 2 milyar
penduduk, dari total 7 milyar penduduk bumi, nyaris tidak memberikan arti
signifikan. Jangankan merubah peta kekuatan dunia, untuk melindungi sesame
muslim dari manusia lain saja, ummat islam tidak mampu. Bila boleh kita
bandingkan, saksikan apa yang terjadi saat Russia menyerang Ukraina di awal
tahun 2022 lalu. Negara-negara barat dengan faham kapitalisme-liberlisme
mereka, berbondong-bondong merubah peta dunia, sehingga gimana caranya Russia
bisa kena hukum, perang di Ukraina menjadi neraka dunia bagi pasukan Russia,
dan ya, itu yang terjadi. Sekarang, dalam tulisan ini, saya tidak akan
menyebutkan kronologi kejadian, tapi hanya nama-nama saja. Kira-kira apa yang
dilakukan ummat islam, saat Palestina, Kashmir, Afghanistan, Rohingya, Pattani,
Mindanao, Christchruch New Zealand, Somalia, Sudan, Iraq, Yaman, Suriah, Libya,
Alburqueque Amerika Serikat, London Inggris, dan tempat-tempat lain, mengalami
apa yang dialami Ukraina Saat ini?
Adakah peta
dunia yang berubah? No. Negara dengan
jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, elit politiknya masih sibuk korupsi,
negara-negara jazirah arab saling berkelahi sesamanya, bahkan negara pelayang 2
kota suci, malah sibuk lempar-lempar bom ke tetangganya sendiri, Yaman.
Tidak hanya
buih di lautan, ummat islam global berperilaku sebagaimana ummat tidak beradab,
tidak tahu siapa kawan siapa lawan. Sibuk mencari selamat dan keuntungan atas
dirinya sendiri. Jangankan merubah peta dunia, membuat agar dunia islam masih
dianggap relevan saja, ummat muslim kelabakan. Jika bukan karena kuasa Allah,
seperti yang terjadi di Afghanistan dimana para pejuang disana berulang-ulang
berdoa “Sungguh yang melempar peluru ini adalah Allah”, sebuah peluru home made
untuk senapan AK-47 home made, bisa menembus dinding pelindung helicopter baik
Chinook Amerika maupun Mi-4 Hind Uni Soviet. Ya, Ketika ada golongan ummat
islam yang menang, itu bukan karena ummat islam dunia, itu karena kekuatan
kolektif mereka sendiri, perjuangan mereka sendiri, dan Rahmat Allah yang
akhirnya turun, karena segelintir ummat islam itu masih teguh mengejar
syarat-syarat kemenangan.
Dan ini
terbukti, tidak peduli apa yang terjadi di Afghanistan, apa yang terjadi di
Turkiye, ummat islam Indonesia misalkan, masih geger hanya karena beda ormas,
beda mazhab fiqih. Padahal jelas, kemenangan-kemenangan itu diperoleh dari persatuan,
kesatuan visi. Jadi hampir tidak ada pengaruhnya pencapaian-pencapaian yang diperoleh
ummat islam, karena ummat islam yang lain tidak hanya acuh-tak acuh dengannya,
mereka masih betah dengan bubble masing-masing. Masih betah terombang-ambing, dan
membuat friksi-friksi tidak perlu dengan sesamanya.
Ummat Islam
dan Al-Mahdi
Kapan masa
kejayaan ummat, yang seluruh naskah-naskah agama islam, termasuk syarah atasnya
bersepakat? Ya. Kehadiran Imam Al-Mahdi di akhir zaman, yang akan Kembali membawa
persatuan, kesatuan, semangat jihad, dan kebangkitan dalam berbagai aspek. Dibai’at
di dekat Ka’bah, kehadiran Al-Mahdi ditandai dengan peristiwa Ajaib, hilang
ditelan bumi-nya pasukan yang dikirim oleh penguasa islam untuk membunuh
Al-Mahdi tersebut. Jika terjadi demikian, sebuah garansi bahwa betul yang dibaiat
saat itu adalah Imam Al-Mahdi. Setelah itu barulah mulai, proses penaklukan Kembali,
membawa Kembali cahaya islam ke seluruh penjuru dunia. Tidak peduli apakah itu
Hind, apakah itu Negara Timur Jauh, atau bahkan Tanah Romawi. Semua akan
merasakan Kembali, kemuliaan islam.
Pertanyaannya
adalah, kapan kiranya Imam Al-Mahdi hadir ke bumi ini? Jika kita melihat dalam
perspektif permasalahan ummat islam modern, yang dihadapi saat ini adalah
kondisi krusial, dimana dari semua sisi ummat islam sudah dikepung dalam berbagai
permasalahan. Persekusi dari semua sisi, ditambah dengan kelemahan internal
ummat yang dimulai dari terpecah belah-nya ummat islam. Kondisi ini sudah
sangat membutuhkan, seorang tokoh mythical, tokoh legendaris untuk segera menyelesaikan
permasalahan ummat, dan percaya tidak percaya, banyak kalangan dari ummat
islam yang hanya mengandalkan solusi dari sang tokoh legendaris.
Bisa dipahami
dimana permasalahannya? Akhirnya masih ada Sebagian besar ummat islam, yang
berhenti mencari solusi dan pasrah saja menunggu sang Ratu Adil. Familiar bukan
dengan istilah Ratu Adil? Ya! Juru selamat akhir zaman ini dianggap mampu
menjadi solusi, dan benar nubuwahnya seperti itu. Tetapi sekali lagi ini bukan
alasan untuk ummat islam berhenti mencari solusi atas
permasalahan-permasahalannya saat ini. Tetapi apa boleh buat? Apa yang bisa
dilakukan manusia biasa untuk menjawab ratusan permasalahan yang dihadapi ummat
islam saat ini? Jika Allah SWT sudah menjanjikan kehadiran Al-Mahdi, apa boleh
buat? Kita tinggal menunggu saja bukan?
Ummat
Islam dan Keselamatan Personal
Apa yang
terjadi, Ketika seorang manusia sudah tidak mampu lagi, bertarung habis-habisan
dengan berbagai permasalahan yang dia hadapi hari demi hari? Kalau pertanyaan
ini ditanyakan kepada penulis, jawabannya sangat sederhana. Kira-kira, apa yang
bisa saya lakukan agar saya dan keluarga dekat saya selamat dari permasalahan
itu. Dan ya! Inti dari sudut pandang pesimistis-realis adalah demikian. Masalah
terlalu banya, we fricked up already, lebih baik saya menemukan keselamatan
untuk diri saya sendiri.
Silahkan saja
saksikan, ada berapa banyak perumahan-perumahan eksklusif yang diisi oleh ummat
islam yang taat, dengan argumentasi agar mereka memperoleh tempat ibadah yang
aman dan nyaman, terhindar dari azab. Ada berapa majelis yang akhirnya,
mereka-mereka yang duduk terdepan bukan lagi mereka yang benar-benar belum tahu
islam, tetapi hanya sosok-sosok manusia yang dipandang “lebih mulia” dari
manusia lain. Dan Ketika ditanya kenapa mereka duduk terdepan? Jawabannya sederhana,
saya mau diri saya jadi lebih sholih. Serta berbagai realitas lain, yang
akhirnya menunjukkan, semakin jarang disaksikan usaha-usaha untuk menjawab
permasalahan ummat. Baik dari faktor-faktor social, saintek, politik hingga
militer. Ummat islam memilih zona nyaman masing-masing, dan ya! Tidak ada
salahnya disitu!.
Dari
penjabaran ringkas ini, jika kita melihat dari kacamata pesimistis-realis,
kebangkikan ummat islam tidak lain hanyalah konsep kosong. Tidak ada
bukti-bukti empiric yang mendukung, bahwa kebangkitan ini akan terjadi. Mengapa
demikian? Karena itulah kenyataannya. Baik dari sudut pandang global, hingga
sudut pandang internal ummat, islam selalu menjadi bulan-bulanan. Di persekusi
oleh orang lain, dan di bully oleh ummat sendiri, dan ya, kedua hal ini
bukanlah sesuatu yang mengenakkan bagi siapapun juga. Maka, masihkan kita
memandang kebangkitan ummat, dari sudut pandang se-sempit ini saja?
Wallahu ‘Alam
Muhammad Abdullah 'Azzam, M.M.
Lulusan program Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Alumni penerima manfaat beasiswa baktinusa angkatan 6.
Email: skripsiazzam@gmail.com
Untuk tulisan lain, silahkan kunjungi pranala dibawah ini:
http://fellofello.blogspot.com/2022/09/kenapa-naik.html
http://fellofello.blogspot.com/2022/07/good-corporate-governance.html?m=1
Mampir di Kompasiana
: https://www.kompasiana.com/azzamabdullah
follow me on insta @Azzam_Abdul4
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment