PPNK Territorial Map
Well hello old project!
Like seriously, ane terakhi kali nulis bab cerita terakhir
pada tahun 2018 :D My God what a Fraud I am.
Ane nulis bagian ini kira-kira 2 tahun setelah bab sebelum
ini, ya mau gimana, studi dan kesehatan
ane perlu di urus dulu. Intinya ane bakal lanjutin kisah ini cuman kalau ada
bahasa dan gaya yang ngga sama kayak dulu, ane mohon maaf. Cuman ane tetep
bakal berusaha buat membuat serial ini lucu kayak biasanya, dan damn, ane baca
chapter terakhir isinya emang agak serius ya, cuman ya begitulah, hidup di PPNK
emang ngga selalu lucu.
Di bagian ini ane akan bahas soal
tertitorial PPNK, ada alasan kenapa ane baru bahas sekarang. Pertama, PPNK is
gede banget, serius, ini pondok udah kek kelurahan sendiri. Dengan minima 2500
penghuni disini, ustadz dan ustadzah, santri-santriwati dari seluruh Indonesia
dan jangkauan kegiatan nya yang bisa mencapai seluruh kota, banyak tempat yang
bakal dibahas disini. Kedua, karena luasnya, baru bulan ke 3 ane ngeh di tempat
ini ada apa aja, dan ya, ini baru lingkungan sekitar PPNK aja. Kalian semua
siap? Oke kita mulai.
Secara umum, bangunan di PPNK dibagi
menjadi 3 bangunan. Bangunan asrama, bangunan kelas dan bangunan-bangunan
penunjang. Tentu ya pembagian bangunan tadi berdasarkan fungsinya. Asrama untuk
kita tidur dan beraktifitas sehai-hari, bangunan penunjang untuk mengurus aspek
tambahan misal makan, kesehatan dan keuangan, sedangkan bangunan ruang belajar
buat kita tidur dan lari dari tekanan sosial-masyarakat di asrama, itu fungsi
utamanya selain dipake belajar mengajar.
Dari asrama, PPNK memilki kompleks
asrama buat santri dan santriwati. Tipikal asrama ini mirip sama mess dan barak
militer, dengan tembok keliling setinggi 3 meter dengan diperkuat pecahan kaca
dan kawat berduri. Kenapa demikian? Selain untuk melindungi maling, aspek
dominan dari tembok ini ya biar santri ngga kabur, I mean, 24 jam 7 hari
bertahun-tahun di pondok, siapa yang tahan? Dari kondisi asrama yang demikian,
wajar jika santri-santri menggelari PPNK sebagai Pure Jail (Penjara Suci)
karena kehidupan di asrama dan kondisi isolasi yang demikian emang mirip sama
penjara.
Asrama-asrama ini ngga cuman satu,
tetapi banyak dan dibagi per-angkatan. Ngga ada cerita beda angkatan di campur,
karena, you know, banyak masalah kalau lintas angkatan dicampur dalam 1
kompleks asrama. Anak-anak baru kayak ane, semua menempati gedung K, gedung ini
terletak paling dengan gerbang masuk pondok. Jika kami berhasil melompati pagar
keliling kami, kami merdeka, redemption! Oleh karenanya, banyak kakak tingkat
kami yang berlomba-lomba mendekati para anak baru, biar jalur kabur mereka
lewat asrama ini ngga ketahuan.
Kok bisa? Well, pertama santri PPNK
urat kewarasan dan rasionalnya udah banyak yang putus. Kedua, tembok 3 meter di
gedung K, sebenarnya ngga 3 meter banget. Tepat di area jemuran yang terbuat
dari besi cor, entah jenius siapa yang membuat jemuran setinggi 180 cm ini
diposisikan sangat dekat dengan pagar. Artinya, pagar di gedung K ini dari sisi
pondok cuman setinggi 120 cm aja, ngga tinggi-tinggi banget. Meskipun di sisi
sebelahnya masih 3 meter, well, you can literally overcome anything can you?
Konon di beberapa titik kakak kelas gila sebelum kami sudah mendesain tumpukan
kasur dan bantal yang terhitung aman buat jatuh-jatuhan dari pager.
Kakak tingkat yang lebih tua setahun
dari kami dapat tinggal di gedung H, gedung ini sangat dekat dengan masjid dan
lapangan basket. Lantas apakah ini membuat mereka jadi sholih dan atletis? Heck
no. Mereka justru sial karena 1, tembok di belakang asrama mereka, yang
berbatasan langsung dengan lapangan bola pondok, memiliki tinggi tidak normal.
3 meter ditambah dengan bebatuan fondasi yang menunjang lapangan. Tembok ini
tembok yang paling tinggi di pondok, setinggi kira-kira 5 meter. Selain itu,
karena masih harus berhadapan dengan lapangan luas dan tembok lagi yang
mengelilingi lapangan ini, rute kabur disini bukan rute kabur yang
menyenangkan. Tapi, setelah maling yang coba mencuri di pondok nekat menjebol
salah satu tembok keliling yang melindungi lapangan ini, well, semua berubah.
Bertetangga dengan kakak tingkat kami
pas satu tahun diatas kami, adalah anak-anak tahun ke 5. Merek tinggal secara
eksklusif di gedung U, maklum, bentar lagi mereka menjadi pengurus OSNK. The
best place are for them. Mereka juga punya tembok keliling, cuman bedanya,
tembok ini membatasi mereka bukan dengan dunia luar, tapi alam mahluk astral,
alam alien. Yap, kalau kamu jantan dan nekat, dengan melompati tembok ini kamu
akan langsung disambut dengan tempat istirahat para bidadari. Yeah.
Ada 2 gedung lag, yaitu gedung Q sama
gedung B. gedung Q ini semacam gedung baru yang lagi dibangun. Lokasinya pas di
lapangan luas dibelakang gedung H, karena lagi dibangun banyak tukang disana.
Konon kalau pinter mengambil hati tukangnya, santri bisa kabur dengan mudah
lewat bantuan para tukang. Sedang gedung B, umm, ini gedung yang isinya kakak
tahun ke 4 dan ke 6, dan mereka adalah representasi masalah kalau dalam 1
asrama lain angkatan dicampur. Asrama ini bertetangga dengan asrama anak baru,
artinya mereka deket banget sama gerbang. Dan kedua, anak-anakmenjemur sempak
juga didekat gerbang pondok, tanpa perlu dijelasin, ini memperburuk citra 100%.
Ngga mungkin kan kita promosi “pondok ini bersih” cuman begitu calon wali santr
mau masuk gerbang disambut sempak longgar bolong-bolong yang udah 2 bulan ngga
dicuci?
Selain asrama-asrama ini ada kurang
lebih 6 asrama perempuan yang ane ngga tahu namanya. Konon dari luar,
asrama-asrama ini lebih bersih dari asrama putra karena ngga mungkin santriwati
njemur daleman mereka secara bebas merdeka. Cuman konon di dalem kamar, well,
pas ane kelas satu ada wabah di sekitar pondok ane yang namanya Kaki Gajah. Ini
terjadi gara-gara nyamuk. Santri cowok, yang kena penyakit ini cuman 5% dari
populasi, santri cewek 35%. Jadi bisa dibilang nyamuk betah hinggap kamar
santriwati dari santri. Ane yakin bukan hanya karena konon darah cewek manis
dan cowok asem ya, cuman kamar cewe “lebih mendukung” buat nyamuk tinggal
lama-lama.
Asrama tadi dilengkapi dengan
kompleks gedung tempat belajar mengajar. Secara umum dibagi jadi tempat belajr
anak-anak SMP, tahun 1-3 dan anak-anak SMA tahun 4-6. Gedung-gedung ini
megah-megah bahkan ada yang sampe dibangun 3 laintai, kondisinya juga lebih
bersih dibanding asrama karena emang ada petugas yang membersihkan. Karena
itulah fungsi gedung ini ngga hanya buat sekolah aja, cuman jadi tempat tidur
tambahan bagi para santri. Maksudku, kegiatan asrama dan pesantren itu kadang
ampe tengah malem, jadi jangan salahkan kami kalau di kelas mengantuk.
Untuk membuat santri betah pondok
konon juga meng-install beberapa fasilitas, seperti laboratorium computer,
laboratorium bahasa, laboratorium IPA, perpustakaan dan kantin-kantin plus
koperasi. Masing masing tempat ini termasuk pusat informasi berhak dapet
chapter ceritanya sendiri karena ditambah satu tempat legendaris yang kita
sebut saja “pendopo”, malah menyimpan porsi indah dan hebat dari kehidupan
menjadi santri. Begitu juga dengan masjid, klinik dan seluruh jaringan toilet
dan septic tank yang punya romansa sendiri. Jujur aja, di pondok ini kotoran
manusia punya ceritanya sendiri, 3000 lebih manusia, hidup dalam satu kompleks
dengan septic tank terintegrasi? Itu baru mantap.
Terakhir sebenarnya nama dari PPNK
sendiri sih, meskipun nama pondok ini terpampang jelas di gerbang masuk selamat
datang, cuman ane sendiri baru ngeh maksudnya apa. Kepanjangan dari PPNK adalah
Pondok Pesantren Ndek Kono, emang tertulis dalam bahasa jawa yang artinya
Pondok Pesantren Di Sana. Ane sendiri ngga ngerti kenapa dinamai Ndek Kono,
pake bahasa jawa, padahal jelas-jelas ini pondok ngga di daerah orang berbahasa
jawa. Yang artinya, membuat program dan organisasi yang udah ane ceritain
sebelumnya (POS-NK dan OSNK) memiliki kepanjangan “Pekan Orientasi Santri- Ndek
Kono” dan “Organisasi Santri Ndek Kono”. Aneh kan? Inilah kenapa ane baru
cerita setelah sepanjang ini, well emang bener sih karena masa orientasi juga
baru selesai, cuman ada satu filosofi dibalik nama “Ndek Kono” ini.
Konon harapan dari para pendiri yang
mbabat alas daerah yang konon disebut hutan keramat ini adalah agar disana,
orang belajar agama. Agar disana, orang bisa menjadi manusia yang bermanfaat
bagi nusa bangsa dan alam semester. Inilah konon rute sungai yang kami tempuh
adalah napak tilas pendahulu-pendahulu kami yang membuka psantren ini dengan
mengajak para petani yang tinggal di sekitar jalur irigasi. Ndek Kono, inilah
nama yang melekat terus kepada kami, santri-santri disana yang belajar biar
jadi pribadi yang lebih baik.
Cerita kami emang ngga sempurna,
penuh dengan air mentah, toilet yang mampet atau cengkrama bar-bar ala orang
rantau. Cuman ane rasa cita-cita luhur para pendiri Pondok Pesantren Ndek Kono
ini, perlu diceritain biar ngga disangka cita-cita awal pendirian tempat ini
adalah membuat manusia yang tidak mengenal istilah centong nasi. Bahwa
cita-cita semakin mulia, tantangannya semakin besar.
Apalah
Nama PPNK cuman nama samara bikinan
penulis. Cukup ane ngibulnya. Dibuatin nama samaran karena emang ini cerita
isinya AIB SEMUA. Udah sono gausah dipikir ini cerita tentang pondok mana.
Kalau mau nyari kehidupan santri yang mulia ada buku namanya N*geri * Menara,
baca aja itu, buku ini isinya kegilaan santri-santri yang nyata, ngga wajar dan
didramatisir sedikit.
Lanjutkan ceritanya! Ini baru bulan
pertama, masih ada bulan-bulan lain yang ngga miskin cerita. So endure this you
people that actually had a time to read this crap-ter-piece. Kalian luar biasa.
(masih) kuliah di UNS. Mencoba Menulis dan Menggambar.
follow @azzam_abdul4 on Instagram. or sent me email on : felloloffee@gmail.com
Untuk seri sebelumnya bisa tengok disini :
Thank you for Support!
Share, Follow and Comment!!
No comments:
Post a Comment