Teori Ekspektasi
A Review from Miner Chapter 6
This Text are written in Bahasa
Teori ini berbeda dengan teori sebelumnya dimana
pendekatan ekspektansi kepada karyawan tidak bisa diasosiasikan dengan individu
tunggal. Percobaan pertama dilakukan kepada binatang sejak 1912 namun baru
memasuki studi perilaku organisasi pada 1950an dengan banyaknya dilakukan
penelitian oleh para sarjana yang membuat beberapa dari mereka menjadi
terkenal. Namun, penerimaan dari para praktisi tidak sebaik perkembangan
teorinya. Dari semua formula, rancangan Atkinson (1977) menjadi yang paling
dekat dengan pendekatan ekspektansi. Meskipun dia tidak melabeli formulanya
dengan “ekspektansi”, namun dengan adanya kombinasi kata seperti ekspektansi,
valensi, jalan, dan tujuan, menunjukkan relevansi antara formulanya dengan
pendekatan ekspektansi.
Pendapat Teoritis
yang Diterapkan dalam Motivasi Bekerja
Ada 4 teori yang dijadikan pembahasan dalam buku
ini, terkait dengan teori ekspektansi. Karena tidak ada klaim yang jelas yang
mana merupakan teori ekspektansi.
Hipotesis
Georgopoulos, Mahones dan Jones
Ada 3 variabel yang dirumuskan oleh mereka bertiga
dalam pernyataan teoritis mereka, yaitu sebagai berikut :
1.
Kebutuhan
individual direfleksikan dari tujuan yang ditetapkan/terlihat
2.
Persepsi
individual kegunaan relative dari perilaku produksi (tinggi atau rendah), yang
artinya berusaha menyesuaikan tujuan-tujuan yang diinginkan.
3.
Jumlah dalam
kebebasan dari faktor-faktor mengikat yang dimiliki individu dalam mengikuti
jalan yang dia inginkan.
Variable-variabel motivasi diatas dan kaitannya
dengan performa dimoderasi dengan banyaknya jumlah kebebasan dalam bertindak.
Jika kebebasan tersebut tinggi, maka motivasi akan muncul dalam produktifitas.
Teori Kerja dan
Motivasi Vroom
Teori ini baru diformalkan oleh Vroom pada 1964
dengan dia menyebutkan “teori ekspektansi dari pekerjaan dan motivasi”. Gagasan
dasar dari teori ini adalah orang-orang lebih memilih tujuan atau outcome yang
pasti dibandingkan dengan yang lain. Dari gagasan itu, Vroom menyatakan bahwa
aspek valensi, bermain pada outcome spesifik dalam pandangan individu, dimana
hal tersebut membuat valensi atas suatu outcome tergantung kepada bagaimana
arti valensi tersebut bagi outcome yang lain, serta valensi dari outcome yang
lain. Sebagai tambahan dan variable sentral dalam gagasan Vroom adalah
ekspektansi. Dimana orang mengembangkan harapan berbeda-beda atas tujuan dan
metodenya. Gagasan itu ditutup dengan hasil akhir berupa aksi yang dilakukan
tidak dipengaruhi oleh outcome yang tidak memiliki valensi atau tidak memiliki
hubungan apapun dengan aksi yang dilakukan.
Pengembangan
oleh Galbraith dan Cumming
Pengembangan ini memperjelas beberapa gagasan yang
tidak dikembangkan secara lengkap oleh Vroom
.
Model diatas adalah hasil dari skema yang disusun
oleh Galbraith dan Cumming. Dimana dalam model ini outcome fokus seperti
tingkat performa pada outcome level pertama. Sedangkan bayaran, benefit,
dukungan dari rekan kerja, menjadi outcome yang muncul secara signifikan
dikarenakan ada outcome fokus level pertama, performa.
Model
Porter/Lowler
Model yang dibuat oleh Porter mendasarkan pada
konsep yang ditawarkan Vroom, namun dia mendobrak keterbatasan konsep
motivasional kepada performa secara keseluruhan. Model tersebut adalah sebagai
berikut :
Porter mengajukan 9 variabel dalam gagasan yang
diajukan, kesembilan variable itu adalah : nilai dari penghargaan, probabilitas
usaha-penghargaan, usaha, kemampuan dan cara, persepsi peran, performa,
penghargaan, melihat penghargaan yang setara, dan kepuasan.
Modifikasi Graen
Yang menarik dalam modifikasi Graen ini terjadi
antara kekuatan dan outcome level pertama, dia mengenalkan konsep peran dalam
pekerjaan, dengan definisi kumpulan perilaku yang diharapkan oleh organisasi
dan dianggap sesuai oleh orang pada posisi incumbent di organisasi. Model
tampilan pekerjaan efektif yang diajukan Graen adalah sebagai berikut :
Penelitian yang Mendukung
Beragam Teori
Teori yang disebutkan diatas, merupakan hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh orang-orang tersebut, berikut ini beberapa
penilitian serta apa yang diteliti didalamnya.
Penelitian
tentang Produktifitas dari Georgopoulos, Mahoney dan Jones
Studi yang dilakukan disini adalah hubungan antara
motivasi dan performa.
Penelitian Vroom
tentang Pilihan Orgaisasional
Penelitian ini hanya terkait dengan bagian pertama
dari proposisi dasarnya, karena hal ini tidak berkaitan dengan ekspektansi, dan
hanya berurusan dengan pilihan pertanyaan berkaitan dengan kedudukan dalam
pekerjaan, tidak dengan kepuasan kerja atau atau performa dalam pekerjaan.
Studi tentang
Produktivitas Galbraith dan Cumming
Penelitian ini melibatkan 32 orang pekerja
perusahaan alat berat. Gambaran produktifitas yang dilakukan oleh perusahaan
dihubungkan untuk diukur valensi, instrumental, dan keterlibatan ego-nya.
Perhitungan berikutnya melibatkan internalisasi atau sifat alamiah intrinsic
dari motivasi.
Penelitian
Porter/Lawler
Penelitian ini adalah penelitian dengan eloborasi
paling mendalam dari konsep teori ekspektansi. Secara umum studi-studi yang
mereka lakukan diusahakan untuk memberikan dukungan yang bisa dipertimbangkan
bagi teori ekspektansi. Namun Porter/Lawler dengan pendekatan ekspektansi
tersebut masih dipusingkan dengan rendahnya hubungan antar variabelnya.
Studi Simulasi
Graen
Penelitian yang dilakukan Graen sama seperti
penelitan awal dari teori kesetaraan, dengan menerapkan pendekatan yang berbeda
dari 2 kelompok pekerja wanita. Hasil dari penelitian disimpulkan peneliti,
mendukung dan sangat baik bagi teori ekspektansi.
Evaluasi Empirik
dan Logis
Dikarenakan penelitian-penelitian awal tentang teori
ekspektasi tidak secara merata mendukung teori tersebut, muncullah beberapa
evaluasi baik empiric maupun logis dari teori tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan
Filosofis dan Logis
Beberapa pertanyaan dalam aspek ini, diungkapkan
oleh Locke dimana dia membenturkan konsep ekspektansi dengan hedonism, dimana
tidak ada hubungan antara kepuasan yang diharapkan dengan definisi variable
valensi tidak bisa dipertahankan. Kemudian muncul juga pertanyaan tentang
kemampuan manusia bersaing dengan aspek kognitif dalam teori tersebut, serta
beberapa pertanyaan lain. Selain itu ada juga pertanyaan dimana teori
ekspektansi tidak bisa memenuhi semua uji dari teori pengambilan keputusan. Dan
juga beberapa pertanyaan lain tentang teori ekspektansi yang disandingkan
dengan teori pengambilan keputusan.
Penelitian yang
Berhubungan dengan Performa dan Kepuasan
Ada beberapa penelitian yang dilakukan berkaitan
dengan performa dan kepuasan.
Keandalan dari Alat Pengukuran. Pada penelitian awal
beberapa peneliti mencoba menguji alat pengukuran yang pas bagi variable teori
ekspektansi.
Meotde-metode untuk mengumpulkan outcome. Secara
sederhana penelitian ini mengumpulkan daftar-daftar outcome yang mungkin disebut
outcome, serta cara mendapatkannya.
Masalah yang ada di dalam diri orang. Adanya
kekuatan yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu baik positif atau
negative, terwujud dalam bentuk pengambilan pilihan yang akhirnya menjadi
indikasi untuk melihat perilaku individu.
Penetapan dari batas-batas kondisional. Penelitian
ini menerapkan batasan-batasan kondisi dari teori ekspektansi.
Penelitian yang
Berhubungan dengan Pilihan-pilihan terkait Jabatan
Hanya Vroom yang pada penelitian awalnya meneliti
hal ini. Kemudian para peneliti mulai meneliti hal ini, dan bisa dikatakan
hasil yang muncul berkaitan dengan penelitian ini tidak kalah baik dengan
penelitian performa dan kepuasan.
Hubungan Antara
Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Dari teori ekspektansi terutama yang diajukan oleh
Galbraith dan Cummings adalah adanya pembedaan eksplisit antara outcome
intrinsic dan ekstrinsik dan spesifikasi dari hubungan aditif antara valensi
dari kedua outcome tersebut. Dalam hal ini beberapa ahli mengeluarkan beberapa
pendapat, misalkan DeCharms menyebutkan bahwa dengan adanya motivasi eksentrik
misalkan bayaran, dia bisa menurunkan kualitas dari motivasi intrinsic. Akhirnya
beberapa penelitian pun dilakukan untuk menguji hal ini.
Hasil yang bisa dilihat diantaranya munculnya kritik
berkaitan ditemukannya pengaruh negative dari motivasi ekstrinsik atas motivasi
intrinsic. Muncul juga beberapa aplikasi terapan dari hal ini misalkan
pendekatan kafetaria, meskipun memperoleh tentangan dari karyawan. Dan hal-hal
lain.
Kesimpulan
Tujuan Saintifik
Ada 2 poin menarik dari tujuan saintifik dalam teori
ini. Poin pertama adalah keterbatasan dari teori ini. Ditemukan beberapa
keterbatasan dalam teori ini, misalkan bahwa teori ekspektansi ini terhitung
sebagai teori hedonis, teori yang memaksimalkan. Selain itu, dampak substraktif
dari konsep motivasi ektrinsik dan intrinsic juga menjadi keterbatasan yang
lain. Teori ekspektansi juga gagal menangani asumsi-asumsi yang muncul dari
teori pengambilan keputusan formal. Poin kedua adalah bagaimana teori ekspektansi
bisa bersanding dengan teori kesetaraan, dimana dalam hal ini teori kesetaraan
bisa dioperasikan dengan kerangkan lebih besar dari teori ekspektansi. Memang
kedua teori berbeda, namun bisa dikatakan kedua teori ini memiliki sisi-sisi
yang saling bersebrangan.
Tujuan
Manajerial
Dalam aspek manajerial teori ekspektansi memberikan
sebuah wawasan rasional untuk sistem birokrasi ideal dari teori organisasional.
Dikarenakan teori ini melihat pada aspek rasional mana motivasi karyawan bisa
diukur, dilihat dan diperkirakan.
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment