Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

Sunday, April 8, 2018

Expectancy Theory : A Review



Teori Ekspektasi
A Review from Miner Chapter 6
This Text are written in Bahasa

Teori ini berbeda dengan teori sebelumnya dimana pendekatan ekspektansi kepada karyawan tidak bisa diasosiasikan dengan individu tunggal. Percobaan pertama dilakukan kepada binatang sejak 1912 namun baru memasuki studi perilaku organisasi pada 1950an dengan banyaknya dilakukan penelitian oleh para sarjana yang membuat beberapa dari mereka menjadi terkenal. Namun, penerimaan dari para praktisi tidak sebaik perkembangan teorinya. Dari semua formula, rancangan Atkinson (1977) menjadi yang paling dekat dengan pendekatan ekspektansi. Meskipun dia tidak melabeli formulanya dengan “ekspektansi”, namun dengan adanya kombinasi kata seperti ekspektansi, valensi, jalan, dan tujuan, menunjukkan relevansi antara formulanya dengan pendekatan ekspektansi.
Pendapat Teoritis yang Diterapkan dalam Motivasi Bekerja
Ada 4 teori yang dijadikan pembahasan dalam buku ini, terkait dengan teori ekspektansi. Karena tidak ada klaim yang jelas yang mana merupakan teori ekspektansi.
Hipotesis Georgopoulos, Mahones dan Jones
Ada 3 variabel yang dirumuskan oleh mereka bertiga dalam pernyataan teoritis mereka, yaitu sebagai berikut :
1.      Kebutuhan individual direfleksikan dari tujuan yang ditetapkan/terlihat
2.      Persepsi individual kegunaan relative dari perilaku produksi (tinggi atau rendah), yang artinya berusaha menyesuaikan tujuan-tujuan yang diinginkan.
3.      Jumlah dalam kebebasan dari faktor-faktor mengikat yang dimiliki individu dalam mengikuti jalan yang dia inginkan.
Variable-variabel motivasi diatas dan kaitannya dengan performa dimoderasi dengan banyaknya jumlah kebebasan dalam bertindak. Jika kebebasan tersebut tinggi, maka motivasi akan muncul dalam produktifitas.
Teori Kerja dan Motivasi Vroom
Teori ini baru diformalkan oleh Vroom pada 1964 dengan dia menyebutkan “teori ekspektansi dari pekerjaan dan motivasi”. Gagasan dasar dari teori ini adalah orang-orang lebih memilih tujuan atau outcome yang pasti dibandingkan dengan yang lain. Dari gagasan itu, Vroom menyatakan bahwa aspek valensi, bermain pada outcome spesifik dalam pandangan individu, dimana hal tersebut membuat valensi atas suatu outcome tergantung kepada bagaimana arti valensi tersebut bagi outcome yang lain, serta valensi dari outcome yang lain. Sebagai tambahan dan variable sentral dalam gagasan Vroom adalah ekspektansi. Dimana orang mengembangkan harapan berbeda-beda atas tujuan dan metodenya. Gagasan itu ditutup dengan hasil akhir berupa aksi yang dilakukan tidak dipengaruhi oleh outcome yang tidak memiliki valensi atau tidak memiliki hubungan apapun dengan aksi yang dilakukan.
Pengembangan oleh Galbraith dan Cumming
Pengembangan ini memperjelas beberapa gagasan yang tidak dikembangkan secara lengkap oleh Vroom
.

Model diatas adalah hasil dari skema yang disusun oleh Galbraith dan Cumming. Dimana dalam model ini outcome fokus seperti tingkat performa pada outcome level pertama. Sedangkan bayaran, benefit, dukungan dari rekan kerja, menjadi outcome yang muncul secara signifikan dikarenakan ada outcome fokus level pertama, performa.
Model Porter/Lowler
Model yang dibuat oleh Porter mendasarkan pada konsep yang ditawarkan Vroom, namun dia mendobrak keterbatasan konsep motivasional kepada performa secara keseluruhan. Model tersebut adalah sebagai berikut :

Porter mengajukan 9 variabel dalam gagasan yang diajukan, kesembilan variable itu adalah : nilai dari penghargaan, probabilitas usaha-penghargaan, usaha, kemampuan dan cara, persepsi peran, performa, penghargaan, melihat penghargaan yang setara, dan kepuasan.
Modifikasi Graen
Yang menarik dalam modifikasi Graen ini terjadi antara kekuatan dan outcome level pertama, dia mengenalkan konsep peran dalam pekerjaan, dengan definisi kumpulan perilaku yang diharapkan oleh organisasi dan dianggap sesuai oleh orang pada posisi incumbent di organisasi. Model tampilan pekerjaan efektif yang diajukan Graen adalah sebagai berikut :

Penelitian yang Mendukung Beragam Teori
Teori yang disebutkan diatas, merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh orang-orang tersebut, berikut ini beberapa penilitian serta apa yang diteliti didalamnya.
Penelitian tentang Produktifitas dari Georgopoulos, Mahoney dan Jones
Studi yang dilakukan disini adalah hubungan antara motivasi dan performa.
Penelitian Vroom tentang Pilihan Orgaisasional
Penelitian ini hanya terkait dengan bagian pertama dari proposisi dasarnya, karena hal ini tidak berkaitan dengan ekspektansi, dan hanya berurusan dengan pilihan pertanyaan berkaitan dengan kedudukan dalam pekerjaan, tidak dengan kepuasan kerja atau atau performa dalam pekerjaan.
Studi tentang Produktivitas Galbraith dan Cumming
Penelitian ini melibatkan 32 orang pekerja perusahaan alat berat. Gambaran produktifitas yang dilakukan oleh perusahaan dihubungkan untuk diukur valensi, instrumental, dan keterlibatan ego-nya. Perhitungan berikutnya melibatkan internalisasi atau sifat alamiah intrinsic dari motivasi.
Penelitian Porter/Lawler
Penelitian ini adalah penelitian dengan eloborasi paling mendalam dari konsep teori ekspektansi. Secara umum studi-studi yang mereka lakukan diusahakan untuk memberikan dukungan yang bisa dipertimbangkan bagi teori ekspektansi. Namun Porter/Lawler dengan pendekatan ekspektansi tersebut masih dipusingkan dengan rendahnya hubungan antar variabelnya.
Studi Simulasi Graen
Penelitian yang dilakukan Graen sama seperti penelitan awal dari teori kesetaraan, dengan menerapkan pendekatan yang berbeda dari 2 kelompok pekerja wanita. Hasil dari penelitian disimpulkan peneliti, mendukung dan sangat baik bagi teori ekspektansi.
Evaluasi Empirik dan Logis
Dikarenakan penelitian-penelitian awal tentang teori ekspektasi tidak secara merata mendukung teori tersebut, muncullah beberapa evaluasi baik empiric maupun logis dari teori tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan Filosofis dan Logis  
Beberapa pertanyaan dalam aspek ini, diungkapkan oleh Locke dimana dia membenturkan konsep ekspektansi dengan hedonism, dimana tidak ada hubungan antara kepuasan yang diharapkan dengan definisi variable valensi tidak bisa dipertahankan. Kemudian muncul juga pertanyaan tentang kemampuan manusia bersaing dengan aspek kognitif dalam teori tersebut, serta beberapa pertanyaan lain. Selain itu ada juga pertanyaan dimana teori ekspektansi tidak bisa memenuhi semua uji dari teori pengambilan keputusan. Dan juga beberapa pertanyaan lain tentang teori ekspektansi yang disandingkan dengan teori pengambilan keputusan.
Penelitian yang Berhubungan dengan Performa dan Kepuasan
Ada beberapa penelitian yang dilakukan berkaitan dengan performa dan kepuasan.
Keandalan dari Alat Pengukuran. Pada penelitian awal beberapa peneliti mencoba menguji alat pengukuran yang pas bagi variable teori ekspektansi.
Meotde-metode untuk mengumpulkan outcome. Secara sederhana penelitian ini mengumpulkan daftar-daftar outcome yang mungkin disebut outcome, serta cara mendapatkannya.
Masalah yang ada di dalam diri orang. Adanya kekuatan yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu baik positif atau negative, terwujud dalam bentuk pengambilan pilihan yang akhirnya menjadi indikasi untuk melihat perilaku individu.
Penetapan dari batas-batas kondisional. Penelitian ini menerapkan batasan-batasan kondisi dari teori ekspektansi.
Penelitian yang Berhubungan dengan Pilihan-pilihan terkait Jabatan
Hanya Vroom yang pada penelitian awalnya meneliti hal ini. Kemudian para peneliti mulai meneliti hal ini, dan bisa dikatakan hasil yang muncul berkaitan dengan penelitian ini tidak kalah baik dengan penelitian performa dan kepuasan.
Hubungan Antara Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Dari teori ekspektansi terutama yang diajukan oleh Galbraith dan Cummings adalah adanya pembedaan eksplisit antara outcome intrinsic dan ekstrinsik dan spesifikasi dari hubungan aditif antara valensi dari kedua outcome tersebut. Dalam hal ini beberapa ahli mengeluarkan beberapa pendapat, misalkan DeCharms menyebutkan bahwa dengan adanya motivasi eksentrik misalkan bayaran, dia bisa menurunkan kualitas dari motivasi intrinsic. Akhirnya beberapa penelitian pun dilakukan untuk menguji hal ini.
Hasil yang bisa dilihat diantaranya munculnya kritik berkaitan ditemukannya pengaruh negative dari motivasi ekstrinsik atas motivasi intrinsic. Muncul juga beberapa aplikasi terapan dari hal ini misalkan pendekatan kafetaria, meskipun memperoleh tentangan dari karyawan. Dan hal-hal lain.
Kesimpulan
Tujuan Saintifik
Ada 2 poin menarik dari tujuan saintifik dalam teori ini. Poin pertama adalah keterbatasan dari teori ini. Ditemukan beberapa keterbatasan dalam teori ini, misalkan bahwa teori ekspektansi ini terhitung sebagai teori hedonis, teori yang memaksimalkan. Selain itu, dampak substraktif dari konsep motivasi ektrinsik dan intrinsic juga menjadi keterbatasan yang lain. Teori ekspektansi juga gagal menangani asumsi-asumsi yang muncul dari teori pengambilan keputusan formal. Poin kedua adalah bagaimana teori ekspektansi bisa bersanding dengan teori kesetaraan, dimana dalam hal ini teori kesetaraan bisa dioperasikan dengan kerangkan lebih besar dari teori ekspektansi. Memang kedua teori berbeda, namun bisa dikatakan kedua teori ini memiliki sisi-sisi yang saling bersebrangan.
Tujuan Manajerial
Dalam aspek manajerial teori ekspektansi memberikan sebuah wawasan rasional untuk sistem birokrasi ideal dari teori organisasional. Dikarenakan teori ini melihat pada aspek rasional mana motivasi karyawan bisa diukur, dilihat dan diperkirakan.


Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or skripsiazzam@gmail.com
Alumni Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6

Untuk tulisan lain berkaitan dengan manajemen, silahkan kunjungi pranala dibawah ini

Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya 



No comments:

Post a Comment