Sumber : http://study.com/cimages/videopreview/affect_112739.jpg |
Teori Kejadian Afektif : Diskusi
Teoritis tentang Struktur, Sebab dan Konsekuensi dari Pengalaman Afektif di
Tempat Kerja
Halaman
: 1-36
Review
jurnal Howard M. Weiss dan Russel Cropanzano
Pendahuluan
Meskipun
kepuasan kerja telah diterima sebagai sesuatu yang “mempengaruhi”, masih sangat
minim diketahui penyebab dan pengaruh dari pengalaman afektif sesungguhnya
dalam latar kerja. Bekerja dari literasi datar soal emosi dan mood, kami
memperkenalkan teori kejadian afektif, yang menekankan peran dalam kejadian
kerja sebagai penyebab proksimal dari reaksi afektif. Kita mendiskusikan
struktur dari pengalaman afektif, penyebab situasional dan disposisional serta
dampaknya dalam performa dan kepuasan kerja.
Masalah
dari konstruksi dan sebab musabab bukan masalah paling rumit dalam definisi
ini. Yang paling sulit adalah fakta bahwa kepuasan kerja bukanlah reaksi
afektif atau emosional, atau setidaknya bukan aspek yang umum dipelajari dan
digunakan. Berdasarkan sifat alamiahnya, bisa disimpulkan sementara bahwa
kepuasan kerja adalah evaluasi penentuan
putusan positif atau negative dari sebuah pekerjaan atau situasi pekerjaan.
Kemudian,
kapan terjadi hubungan antara afektif dengan kepuasan? Jawaban dari pertanyaan
ini jelas menyembunyikan sebab dan dampak. Karena hakikatnya penentuan kepuasan
kinerja adalah sebuah “produk jadi” dari hasil evaluasi dan penentuan putusan.
Memperlakukan
kepuasan kerja sebagai sebuah simpulan evaluasi dari kedua faktor baik afektif
maupun anteseden kepercayaan sepertinya lebih konsisten dengan posisi saat ini
ataupun formasi perilaku. Meskipun telah lama diketahui, namun baru saat ini
pemahaman ini tengah mulai menemukan bentuk.
Membuat
perbedaan bahwa kepuasan adalah hasil penetapan putusan, dan afektif sebagai
hal yang menyebabkan putusan membawa pada titik terang secara cepat pada
keismpulan bahwa kepuasan dan afektif harus diperlakukan sebagaimana dua
fenomena berbeda. Dalam hal ini, mensugesti peran penting mempelajari reaksi
afektif dalam independensi kerja dari kepuasan kerja.
Juga
akan dijelaskan secara ringkas, hal kecil tentang nilai emosi dan mood dalam
kepuasan kinerja pada paper ini.
Tiga Pendekatan Teoritis untuk Kepuasan
Kerja
Pada
bagian ini akan dipaparkan ringkas mengenai beberapa teori umum yang dilakukan
berdasarkan pada kepuasan kerja. Teori-teori dibawah ini menyinggung beberapa
bahasan tentang kejadian afektif. Diskusi tentang elemen-elemen ini akan
menghindari evaluasi dari literature penelitian disebabkan adanya review yang
bagus di suatu tempat (Arvey, Carter, & Buerke 1991, Locke, 1976).
1.
Pendekatan Penghukuman Kognitif
Merupakan teori yang mendominasi seluruh lanskap
teoritis.
Dalam teori ini secara umum, memiliki beberapa
konstruksi particular, dimana konstruksi umum ada sebagaimana gambar diatas.
Dalam struktur umum ini digambarkan lingkungan kerja sebagai sebagai susunan
dari fitur-fitur abstrak seperti karakteristik kerja dan peluang promosi.
Dominasi dari pendekatan ini dimungkinkan karena
kemampuannya untuk menyelesaikan dan menjawab beberapa asumsi. Sebagian besar
dari asumsi diatas tidak dilandasi dari kepentingan logis. Tapi lebih kepada
karakteristik dan kepenulisan dari tradisi ini.
Dengan pendekatan pengukuman kognitif, struktur
dimensional dari kepuasan telah berevolusi dalam bentuk fokus kepada atribut
dan fitur dari lingkungan. Tetapi, kita harus menyelidiki reaksi afektif dari
struktur fenomenalnya sendiri. Kemudian, fokus pada evaluasi seringkali acuh
dengan apa yang terjadi di tempat kerja. Kemudian pertanyaan sedehana, dimana
emosi atas kepuasan kerja?
2.
Pendekatan Pengaruh Sosial
Dasar gagasan dari pendekatan pengaruh sosial adalah
bahwa lingkungan sosial memiliki dampak langsung maupun tidak langsung terhadap
keputusan orang dalam menilai suatu pekerjaan. Ilmuwan mengalami perjuangan
menyakitkan untuk membuktikan bahwa teori ini adalah alternative dari teori
sebelumnya (penghukuman kognitif/cognitive
judgement). Apa yang terjadi jika sumber dari pendekatan pengaruh sosial
dan penghakiman kognitif memiliki sumber yang saling bertolak belakang?.
Dalam argument kami, masalah pertama adalah
ketidaktepatan interpretasi dari segi bahasa. Masalah kedua, keberadaan kata
seperti need fulfillment menjadi
masalah tersendiri karena hal tersebut menjadi kritik atas pemahaman dasar
kebutuhan.
Kontroversi ini tidak akan dibahas lebih lanjut, dan
kami tidak akan berusaha memecahkan masalah ini. Bisa kita lihat sekilas
gambaran dari teori pendekatan pengaruh sosial pada gambar dibawa ini dan bisa
kita jadikan representasi cara kerja teori ini.
Kami hanya menggunakan pemikiran saat ini tentang
perilaku memberikan tambahan bobot pada gagasan bahwa perilaku tidak disimpan
dipanggil kembali, namun berada pada tataran konstruksi atas permintaan (Wilson
& Hodges, 1992). Social information bisa dipahami mudah sebagai informasi
kontekstual penting.
3.
Pendekatan Disposisional
Gagasan dasar dari pendekatan disposisional adalah
orang-orang pada tingkatan tertentu kepuasan kerja seseorang ditentukan
tendensi umum dia terhadap apa yang dia rasa baik atau buruk dalam hidupnya,
dan tendensi ini bersifat tidak bergantung kepada sifat alamiah dari sebuah
pekerjaan, fitur positif atau negatifnya.
Dalam pendekatan ini ada dua kajian yang umum
dilakukan dalam lingkup teori pendekatan disposisional, yaitu :
a.
Determinasi
personal dari kepuasan disposisional
Hampir semuapenelitian
terbaru tentang kepribadian dan kepuasan kerja telah melihat kepada kedua
kecendurungan kepribadian, afektifitas positif dan afektifitas negative. Karakteristik
dasar positif lebih cenderung pada perilaku bersosial dan bahagia. Sedangkan
negative cenderung pada perilaku anti-sosial dan stress.
Sebagaimana kepuasan
kerja, keberadaan afektofitas didalamnya memiliki kecendurungan sendiri seperti
perilaku. Dan tendensi ini diperlihatkan memiliki kaitan dengan kepuasan kerja.
Temuan ini memang tidak semenarik prediksinya karena pada dasarnya kita hanya
mengetahui bagaimana orang dengan kecenderungan apa akan berlaku/memiliki
kepuasan seperti apa. Namun, temuan ini membuat kita bisa menggaris bawahi
beberapa hal tertentu tentang perilaku dan afektifitas.
b.
Pengaruh
genetika dalam kepuasan disposisional
Hal ini menunjukkan
adanya perilaku ilmiah genetic, terhadap kepuasan yang dirasakan secara berbeda
oleh masing-masing individu. Sayangnya temuan ini tidak menawarkan terlalu
banyak dalam sudut pandang psikologis. Namun poin ini bisa memberikan arah yang
produktif jika dikaji secara hati-hati.
Arah yang lebih berguna
adalah dengan memberikan proses psikologis yang bisa memberikan dukungan dan
bekerjasama dengan temuan secara genetic ini, tentu juga konsekuensi
psikologis. Artinya, temuan masa mendatang tidak bisa memandang remeh temuan
ini. Temuan ini bisa memberikan sokongan pada kepuasan kinerja namun bukan
sebagai “hereditas”, namun dia bisa berlaku sebagaimana gejala kepada sebab
psikologis yang proksimal.
Teori Kejadian Afektif : Sebuah
Pandangan Umum
Pembahasan
dari posisi dan teori sebelumnya membawa kami pada simpulan tentang keberadaan
afektif event, dan kami akan memberikan pandangan umum tentang posisi kami.
Teori kejadian afektif (Affective Event Theory) adalah pandangan kami, dan kami
akan mendiskusikan beberapa perbedaan antara teori ini dengan metode
sebelumnya.
Pertama,
teori ini fokus kepada struktur, sebab dan konsekuensi pengalaman afektif di
dalam pekerjaan. Kedua, teori ini mengarahkan perhatian jauh dari fitur
lingkungan, tapi kepada kejadian sebagai sebab proksimal dari reakasi afektif.
Kemudian, teori ini juga memasukkan waktu sebagai parameter penting ketika
menguji pengaruh dan kepuasan.
Selain
itu, teori ini memberikan perhatian pada rekasi afektif sepanjang waktu adalah
perbedaan mendasar dengan teori tradisional. Karena pada teori tradisional,
memberikan landasan waktu untuk kepuasan kerja sama sekali tidak memiliki
kepentingan teoritis. Kemudian terakhir, teori ini mempertimbangkan struktur
dari reaksi afektif sama pentingnya dengan fitur-fitur lingkungan.
Riset Sebelumnya yang Konsisten
dengan Affective Events Theory (AET)
Tidak
pernah ada klaim dari kami bahwa tidak ada penelitian sebelumnya yang berfokus
kepada AET. Kenyataannya beberapa penelitian ditemukan konsisten dengan teori
AET. Berikut dua teori yang kebetulan sudah jarang dibahas oleh kalangan
akademisi.
1.
Hersey (1932)
Pada 1932 Roxford Hersey mempublikasikan jurnal
berjudul Emosi Pekerja di Toko dan Rumah.
Riset dari Hersey sudah hampir dilupakan, namun dia masih memberikan potongan
penting dalam konteks rekasi emosi didalam pekerjaan. Posisi teoritis Hersey
berfakus pada krisis kehidupan. Dia berargumen bahwa kehidupan sebagaimana
tempat kerja memiliki beberapa krisis, yang memerlukan penyesuaian.
Diagram diatas adalah temuan Hersey tentang
bagaimana pengaruh posisi emosi atas produktifitas.
2.
Herzberg, Mausner dan Snyderman
Herzberg mengungkapkan bahwa kepuasan dan
ketidakpuasan tidak terpaku pada 1 dimensi berulang, namun terbagi pada beragam
dimensi. Respon dilapangan menjawab dengan “artefak metodologis”, “kebingungan
antara agen dan kejadian”, dan “proses-proses atribusional”.
Kami akan mencari keunikan dan hubungan antara AET
dengan teori Herzberg, terlepas dari teori 2 faktornya. Pertama Herzberg
menyadari adanya perilaku tempat kerja. Untuk Herzberg, penyebab utama kepuasan
dan ketidakpuasan adalah kejadian pekerjaan. Menariknya, setelah Herzberg
menyadari hal ini, dia tidak berhenti disini, namun mengembangkan kepada
deskripsi dari lingkungan yang memfasilitasi kejadian tersebut.
Apabila kita menjaga perbedaan antara kejadian dan
fitur, serta rekasi afektif dan evaluasi keseluruhan, kontroversi perbedaan
antara teori 1 faktor dan 2 faktor semakin terlihat inkonseuensial, tidak
logis.
Sifat Alami Emosi dan Mood
Disini
kami akan coba merangkum riset-riset sebelumnya tentang 2 faktor yang mendasari
AET. Kami tidak berusaha memberikan perbedaan antara satu dengan yang lain,
namun hanya berusaha memberikan gambaran tentang bagaimana koherensi 2 faktor
ini dengan AET.
1.
Mendefinisikan Emosi
Mendefinisikan emosi menjadi sulit karena emosi
terdiri bukan hanya dari 1 faktor tunggal, namun lebih kepada beragam reaksi.
Namun, Frijida (1993), emosi senantiasa memiliki
objek atas sesuatu, misalkan dia marah atas sesuatu, suka akan sesuatu. Namun
pada akhirnya, meskipun kita menyadari beragam komponen dari pengalaman
psikologis, (pengaruh, psikologi, dan sejenisnya), ditemukan bahwa
pengalaman-lah faktor yang penting.
2.
Mendefinsikan Mood
Dari pendapat para ahli, kami berkesimpulan bahwa
kami setuju bahwa mood memiliki dampak beragam. Namun kami juga akan
berhati-hati bahwa perbedaan antara emosi dan mood bisa diambil terlalu jauh. Apabila
benar bahwa dampak dari emosi bisa disebabkan dari sumber emosi, mereka juga
bisa jadi menggeneralisir dampak perilaku yang dimediasi oleh aktifasi atau
tingkat ketertarikan.
Lebih aman jika kita mengatakan, bahwa dampak dari
mood sedikit lebih bergantung kepada sifat alamiah penyebab dari mood. Hal ini
konsisten dengan gagasan bahwa penyebab bukan bagian dari pengalaman fenomenal.
3.
Struktur dari Emosi
a.
Implikasi untuk
AET
Implikasi psikologis
belum dapat dilakukan karena masih ada masalah dalam mendefinisikan emosi.
Namun, penelitian hari ini telah memberikan fondasi yang bagus untuk memproses
hal ini.
Pertama, semua peneliti
setuju bahwa emosi disepakat dapat diorganisir menuju keluarga. Kedua, semua
pihak sependapat bahwa kondisi emosional tertentu betul-betul nyata. Ketiga,
beberapa kondisi emosi cenderung spesifik, sedangkan beberapa yang lain
bersifat umum. Kesemuanya ini memiliki dampak dalam hal memprediksi tingkah
laku.
4.
Struktur dari Mood
Peneliti berusaha untuk memberikan penegasan dan
penjelasan sistematis mengenai mood. Karena cukup sulit jika kita membedakan
mood hanya berdasarkan pada afektifitas negative dan positif saja. Berikut ini
beberapa usaha peneliti untuk membangun struktur dari mood.
a.
Afektifitas
Negatif dan Positif
b.
Intensitas dan
Nada Hedonis
c.
Mengapa ada
kebingungan dalam struktur faktor
d.
Ketangguhan
dalam operasional berganda
e.
Deskripsi
konseptual
f.
Masalah dari
gangguan variansi
g.
Masalah dari
kerangka waktu
h.
Integrasi dengan
riset yang lain
Gambar diatas adalah bagaimana
peneliti menggambarkan mood, pengaruh serta kategorinya.
Dampak dari Kejadian dalam Emosi
dan Mood
1.
Emosi membangun Event
Teori kami memberikan penekanan kepada peran
kejadian sebagai penyebab proksimal dari rekasi afektif dan sebagaimana
penyebab lebih lanjut dari tingkah dan perilaku melalui mediasi afektif. Beberapa,
namun bukan berarti semua afektif memiliki signifikansi dalam mempengaruhi
pembangun reaksi emosional dan perubahan mood pada orang-orang. Sepertinya
proses pendatangan emosi umum menjadi inti dari teori penilaian kognitif.
Secara umum penilaian tersebut dibagi menjadi 2,
yaitu penilaian primer dan penilaian sekunder.
a.
Penilaian primer
Merupakan sebuah inti
dasar pemutusan individu atas sesuatu, yang mana merupkana dasar fondasi dari
munculnya reaksi emosi.
b.
Penilaian
sekunder
Penilaian sekunder
merupakan penilaian yang secara umum mengikuti penilaian primer.
2.
Mood membangun Event
Dibawah ini adalah gambar yang menjelaskan bagaimana
mood bisa membawa pengaruh pada kejadian-kejadian tertentu. Untuk detailnya
bisa merujuk pada Cropanzano, 1996, pg. 35-37.
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk artikel menarik lainnya silahkan kunjungi pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/10/kualitas-dari-penelitian-kualitatif.html
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/10/dimensi-anteseden-dan-konsekuensi.html
Thanks for your support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment