Mempersiapkan Operasional Ritel Modern
Oleh :
Muhammad Abdullah ‘Azzam
Penyiapan Operasional
Penentu
apakah bisnis ritel benar-benar bisa menghasilkan uang, adalah pengelolaan
operasional. Berbeda dari sistim pengelolaan sumber daya manusia ataupun
keuangan, operasional melingkupi aspek lebih besar. Kabar buruknya, aspek ini
riil, dan tidak sekadar berbicara pada tataran konsep. Mungkin dalam bidang
sumber daya manusia, kita bisa rumuskan budaya perusahaan kita seperti apa dan
berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk itu. Dalam keuangan, awal mula ritel
kita belum menggunakan standar akuntansi, tidak apa-apa, masih merintis. Namun,
jika anda salah dalam menentukan desain toko, atau memilih supplier, saat itu
juga angan-angan bisnis anda selesai.
Usaha ritel
bisa dibilang adalah cabang bisnis yang harus cermat betul memperhitungkan
aspek operasional. Karena berbeda dengan sector jasa, ritel bersinggungan
dengan produk barang dan tentu industri-industri besar pemasok barang. Katakanlah
dalam sebuah kantor cabang Bank, diperlukan setidaknya 3 Taller, satu Customer
Service, seorang kepala cabang dan seorang sekuriti, dan mereka ditarget dalam
sehari sekian produk perbankan terjual. Tetapi daam ritel modern, sebuah toko
yang dikelola satu orang memiliki tanggung jawab menjual barang, dengan
tanggung jawab seperti kesemua pegawai bank tadi. Apa itu? Memastikan tokonya
tetap hidup dan keluarganya bisa makan dengan enak pada hari itu. Tidak adil
bukan?
Berikutnya,
seperti sector keuangan, operasional sangat dipengaruhi oleh pengalaman sang
pengusaha. Seperti sector SDM, operasional bisa sangat terbantu jika kita
selaku pengusaha telah membangun beragam relasi dari berbagai latar belakang. Menyiapkan
sistem pendukung untuk toko, pencarian distributor, penetapan harga hingga
pengelolaan barang tidak habis dijual bahkan tempat parkir, semuanya berujung
pada operasional. Dan ya, semua hal tadi adalah bagian dari sistem operasional
suatu ritel. Sistem yang nantinya akan menghasilkan uang untuk dikelola kembali
oleh keuangan, dan menjamin kesejahteraan karyawan maupun diri anda sendiri.
Sistem ini
sangat mendetail, sehingga salah satu syarat memulai bisnis ini, dan berurusan
dengan operasional ritel modern, anda harus menjadi orang yang ribet dan
memiliki pola pikir mendetail. Begitu menurut beberapa ahli, dan dalam
praktiknya memang benar. Lenskap sebuah toko bukan didesain serampangan, namun
sangat menyesuaikan dengan kondisi calon konsumen. Sebuah ritel di Surakarta yang
berlokasi di sebelah rumah sakit, menata Buah Segar dan segala jenis roti di
bagian depan. Kenapa? Orang rumah sakit tidak mungkin diizinkan minum minuman
keras atau pun minuman bersoda. Minuman pun dideretkan sedemikian rupa, dimana
brand Coca Cola selalu berada di tempat paling strategis. Kenapa? Coca cola
menyuplai kulkas sendiri dan semua orang waras tahu, hakikatnya Coca cola bukan
minuman menyehatkan dengan kandungan gula dan sejenisnya.
Begitulah beberapa
contoh keunikan dan bagaimana operasional ritel modern begitu menantang untuk
dipelajari. Each level has it own learning condition, setiap level memiiki
pembelajaran yang berbeda. Retail superstore seperti Wal Mart tidak bisa
disandingkan dengan Indomaret atau 7/11. Pada tulisan kali ini, penulis akan
membahas sistem operasional di level paling rendah, Communal Market, atau biasa
kita sebut Mini Market. Dan jujur saja, membahas aspek operasional satu ini
tidak cukup dalam satu tulisan. Maka, tulisan kali ini akan membahas secara
garis besar bagaimana menyiapkan sistem operasional dalam ritel modern dengan
ringkas dan sederhana.
Detail, detail dan detail
Sempat
disinggung bahwa mendetail adalah kata kunci penyiapan sistem operasi. Dan itu
benar, baik konseptual ataupun aplikasi. Operasi dalam ritel modern mencakup
bagaimana barang diperoleh, bagaimana barang ditawarkan dan berakhir saat
konsumen pulang membawa barang tersebut, secara ringkasnya. Tugas utama ritel
adalah memastikan produk sampai ke tangan konsumen, dan konsumen menikmatinya,
selesai. Tetapi, proses sederhana ini membutuhkan hal “sederhana lainnya”.
Kata “bagaimana”
menjadi pertanda bahwa menjawab pertanyaan tadi akan memunculkan beragam opsi
jawaba, dan tidak berlebihan jika penulis mengatakan sebagai pelaku usaha ritel
kita harus mempersiapkan “semua opsi” jawaban tadi. Karena beban tanggung jawab
tadi, lebih baik jika masing-masing opsi memiliki penanggungjawab sendiri, atau
minimal tidak boleh satu orang staff, menerima beban untuk menjawab 3
pertanyaan “bagaimana” tadi. Karena mungkin anda harus merogoh tambahan biaya
perawatan untuk staff anda di Zaal Batu.
Dalam merencanakan
sistem operasional, pertanyaan bagaimana tadi sangat dianjurkan untuk
menjabarkan dan ditulis rapi untuk setiap opsinya. Setiap produk yang ingin
kita tawarkan kepada konsumen sangat lebih baik jika kita dokumentasikan satu
persatu. Harga beli dan harga jual, serta margin keuntungan masing-masing
produk sebaiknya betul-betul tertulis dan terdata dengan rapi. Margin keuntungan
akumulasi golongan produk tertentu sebaiknya tertulis dan terbagi tanggung
jawabnya secara proporsional kepada masing-masing produk. Semua transaksi
dengan supplier baiknya tercatat, dan segala macam hal lain.
Penjabaran sistem
operasi ini bisa jadi jauh lebih merepotkan dari pengelolaan sistem keuangan. Kenapa?
Sistem keuangan pun bekerja berdasarkan dari data-data operasi. Maka, sebaiknya
jangan menciptakan superhero dalam pengelolaan operasi, perlu dibangun tim-tim
yang secara mendetail mengurusi fokus tertentu, dan individu-individu yang
secara rinci mengelola aspek tertentu.
Semart
dalam hal ini mengkasifikasikan operasional Semart menjadi operasional toko,
dan operasional produk. Operasional toko bertugas mempersiapkan, mengelola dan
mengevaluasi fungsi dan kondisi toko agar selalu sesuai dengan kebutuhan pasar.
Operasional produk bertugas untuk memperoleh, mengelola dan mengevaluasi
produk-produk yang kelak akan diperdagangkan oleh Semart.
Setelah dibagi
2 tadi, masing-masing individu di bidang tersebut memiliki tanggung jawab
utama, setidaknya sampai toko berdiri. 2 orang staff operasional toko, salah
satunya berfungsi sebagai desainer, sedangkan satunya bertanggung jawab sebagai
mandor lapangan. Untuk operasional produk yang dalam hal ini beranggotakan 3
perempuan, dibagi tanggung jawabnya menjadi pengelola Flag-product,
Perlengkapan rumah tangga, dan produk pendukung.
Untuk bisnis
skala mikro, dengan jumlah anggota terbatas, pembagian mendetail tadi secara
maksimal hanya bisa seperti itu. Untuk memudahkan kinerja anggota, Semart
mempersiapkan job desk mendetail untuk masing-masing tim operasional. Misalkan,
staff operasional bagian desain toko, berfokus pada desain fisik toko, namun
tidak bertanggung jawab untuk pencarian dan penyiapan material. Sedangkan mandor
lapangan bertugas untuk mencari dan mempersiapkan material pembangun atau
renovasi toko.
Dalam kehidupan
sehari-hari, sebenarnya kita sudah terbiasa melakukan ini. Namun, dalam bisnis
ini kita harus lebih bersabar untuk mampu membedah hingga bagian terdalam. Tetapi
jangan salah konteks, kita harus tetap bekerja sembari terus membedah. Mempelajari
operasional dan bagaimana mendetailkan kebutuhan operasional ritel modern akan
berbeda tergantung pengalaman masing-masing pengusaha. So, tetaplah bekerja
sembari terus belajar.
Membangun Toko
Perkembangan
teknologi, terutama internet membuat pembicaraan soal toko dan penggudangan
belakangan ini ditertawakan oleh banyak pebisnis muda. Bisnis online, toko
online, dan apa-apa online membuat banyak pengusaha ritel muda mencurahkan
perhatiannya pada bidang ini, dan mengesampingkan sektor offline. Bahkan beberapa
ahli ekonomi pun mulai menggalakkan online sebagai kandidat ekonomi masa depan.
Pada satu
sisi, penulis bersepakat dengan itu semua, bahwa online suatu saat akan menjadi
tulang belakang utama bisnis dan perekonomian. Namun, satu hal, selama kita
sebagai manusia masih makan nasi, bukan daging sapi asap semu plankton dalam
serial Spngebob, selama itu pula toko dan properti tidak bisa kita pisahkan.
Bahasan ini
akan penulis bahas lebih jauh dalam tulisan mendatang, namun disini penulis
akan coba menyampaikan pandangan penulis soal toko. Toko sebaiknya jangan
dipahami hanya sebagai tempat berjualan dan mesdisplay barang. Di zaman
menggilanya harga properti seperti sekarang berpikiran seperti itu akan menutup
pintu rezeki. Yang perlu dicatat, kepimilikan atas property, berarti kita
memiliki 12.000 meter kebawah inti bumi, dan 22.000 meter keluar angkasa. Artinya,
anda memiliki beragam peluang dalam mengelola property anda, dalam hal ini,
toko anda.
Toko bisa
memiliki fungsi ekonomi lain diluar fungsi aslinya, dengan sentuhan artistic dan
teknologi modern. Diluar negeri misalkan, beberapa minimarket dewasa ini
bertransformasi menjadi restaurant kaki lima dengan beragam makanan instan. Orang
duduk disana, menikmati akses internet gratis/murah, tergoda dengan produk, dan
melakukan pembelian berulang selama dia menyelesaikan tugas kuliah atau hanya bermain game. Dengan fitur tambahan
seperti meja, kursi, didampingi fitur wajib berupa air conditioner, membuat
minimarket sering menjadi opsi orang-orang menghabiskan waktu. Menarik bukan? Dan
lebih menarik lagi anda tidak perlu menunggu orang untuk memesan barang
dagangan anda, anda hanya cukup menggoda mereka dengan “promo”.
Dalam hal
ini Semart berusaha menghasilkan suasana toko yang berbeda. Mengusung tema
sebagai Minimart-Traditional Resto, Semart menghasilkan Minimarket bernuansa
kafe yang memang didesain untuk anda menghabiskan waktu dan mencicipi Flag-Product
Semart yang nanti akan kami bahas. Dengan melihat lingkungan sekitar Semart,
dengan hotel-hotel dan kedekatannya dengan Stasiun, rencana Minimart Kafe ini
dipandang logis dan membawa tim Semart memenangkan penghargaan Best Concept dan
menjadi Best Team dalam Praktik Simulasi Manajerial FEB UNS 2016.
Maka,
penulis sangat menyarankan anda sekalian sebagai calon pengusaha ritel modern
untuk tetap mempertimbangkan pendirian toko. Toko bisa menjadi asset garis
terakhir jika anda membicarakan likuiditas. Karena sifat toko sebagai property,
dia memang tidak semudah saham untuk dicairkan, namun satu hal yang pasti property
nilainya selalu bertambah, tidak seperti emas yang hanya stagnan. Maka, untuk
memiliki sebuah toko, yang tentu menolong perkembangan bisnis anda, ada
beberapa saran yang penulis rangkum
1. Semakin dekat dengan tempat orang tinggal
semakin bagus
2. Kalau bisa,
buat kontrak sewa yang bisa dikonversi menjadi kontrak kepemilikan selamanya
3. Sesuai pangsa.
Jika menginginkan pangsa pasar lebih luas, ambil di pinggir jalan umum. Jika ingin
bersifat komunal, silahkan nyamankan di pemukiman
4. Stick on
the plan, but, adapt with condition. Selalu bisa bereaksi cepat untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan
5. Produk utama
anda menentukan bagaimana bentuk toko anda
Flagship-Product, Menumpukan Harapan
Belakangan,
banyak pengusaha ritel modern fokus menghadirkan keunikan tunggal yang membuat
mereka lain dari yang lain. Sesuai dengan teori keunggulan kompetitif, baiknya
memang masing-masing bisnis memiliki sesuatu sebagai identitas utama. Sesuatu itu
bisa salah satu dari 4 P, Place (tempat), Price (harga), Product (produk) dan
Promotion (Promo). Tetapi untuk hal ini, penulis akan lebih membahas soal tren
akhir-akhir ini, penyiapan Flagship Product.
Flagship product
dalam artian bebas adalah produk andalan. Diambil dari Flagship yang berarti
kapal komando, produk yang dikategorikan flagship diharapkan mampu menembus
pangsa pasar lebih dalam dan lebih luas dari produk yang lain, atau bahkan dari
produk sejenis. Tren ini ramai dibidang gadget, dimana vendor-vendor berlomba
memunculkan produk sejenis, namun selalu ada produk yang paling ditunjulkan di
dalam jenisnya itu.
Berbicara soal
ritel, kita tidak hanya membicarakan satu jenis produk saja. Sebagai peritel
kita bisa mengklaim produk andalan kita hingga dalam bentuk kategori. Misalkan,
minimarket ringkas seperti indomaret akan menumpukan harapan besarnya pada
kategori makanan dan minuman. Sedangkan peritel grosi seperti giant bisa
menumpukan harapan di makanan segar dan peralatan sehari-hari. Cara menemukan
apakah suatu produk atau kategori produk termasuk andalan atau bukan bisa
dilihat dari bagaimana ritel merawat produk tersebut.
Flagship biasanya
dibekali dengan amunisi promosi tidak biasa. Contoh amunisinya adalah adanya snack attack untuk kategori Ready to Eat
makanan dan minuman (contoh yang ada di KFC) atau potongan harga besar-besaran
menjelang siang untuk kategori makanan segar. Flagship product sangat
ditentukan oleh rencana kita untuk bisnis. Maka, sebelum menentukan produk
andalan kita alangkah baiknya dipertimbangkan masak-masak dengan kondisi pasar
kita. Baru, setelah itu disiapkan amunisi-amunisi promosi, sehingga produk
andalan kita tadi benar-benar bisa diandalkan untuk menumpukan harapan kita.
Matur Nuwun
Muhammad Abdullah 'Azzam, Bachelor Students of Management Study, Faculty of Economy and Business, Sebelas Maret University, Surakarta.
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk seri sebelumnya, bisa klik pranala dibawah ini
For further information contact me in felloloffee@gmail.com or azzamabdullah@student.uns.ac.id
Penerima Manfaat Beasiswa Aktifis Nusantara Dompet Dhuafa Angkatan 6
Untuk seri sebelumnya, bisa klik pranala dibawah ini
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/05/ritel-modern-mempersiapkan-sumber-daya.html
Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
Thank you for support!
Follow dan Komen untuk artikel-artikel menarik lainya
No comments:
Post a Comment