Beberapa jam disini, aku sudah
mengalami banyak hal. Rasanya seperti jiwaku tercerabut dari akalnya. Aku harus
tetap tenang, lagipula, semua disekitarku adalah anak-anak baru. Aku pun turun
sambil membawa handuk dan alat mandi. Asrama tempatku tinggal adalah bangunan
dua lantai, dengan toilet dan kamar mandi berjejer di belakang. Pertama kalinya
aku mengantri hanya untuk urusan mandi, dan antrinya tidak main-main. Didepanku
sudah ada 5 orang, mereka antri.
Iseng aku edarkan pandangan, sial,
seharusnya aku diam saja. Seorang anak laki-laki dengan badan sedikit besar,
mengantri hanya dengan memakai handuk yang ditutupkan di badanya. Harusnya aku
menunduk saja, dalam waktu singkat mataku sudah tercemar banyak hal. Oya, aku
sama sekali belum membuka percakapan dengan orang sekitarku, kecuali seorang
anak laki-laki dan orangtuanya dari karawang, tetangga ranjangku. Jadi bisa
dikatakan, aku belum memahami lingkungan sekitarku.
“eh, ente udah mulai mandi? Ngantri
sejak kapan?”
“iya nih, ane belum dapet giliran
juga nih..”
Tanpa sengaja telingaku mendengar
kata-kata itu. Ane-ente, kata pengganti untuk mengidentifikasi aku-kamu/aku-koe
(jawa). Aku pernah mendengarnya beberapa kali lewat stasiun televisi, tapi aku
merasa ane-ente hanya sebuah lawakan basi, semacam symbol penghinaan untuk
orang arab. Karena di film-film orang yang memakai ane ente kadang orang-orang
aneh. Tapi bolehlah, setidaknya itulah bahasa umum di PPNK, aku akan coba
menggunakannya.
“eh bro, giliran ente mandi nih..”
Seseorang menepuk dari belakang..
“oh iya, makasih udah ngingetin
ane…”
Hemm, ane-ente, lumayan juga,
terkesan akrab, tidak formal, mudah, dan tentu saja semi bahasa asing. Ane…
ente.. ane.. ente… luar biasa, emang pondok kelas nasional, mempersatukan orang
dengan bahasa asing, lumayan juga. Mulai sekarang aku akan menggunakan “ane”
untuk mendefinisikan “aku”. Ane mulai sekarang.
Baju dibuka, celana dibuka, handuk
diletakkan pada tempatnya. Mandi pertama bukan di rumah orang tua, sepertinya
menarik. Memejamkan mata, menikmati sejuknya air pegunungan. Tetapi kenikmatan
mandi itu segera terusik..
“eh lu gimana kabarnya? Lu masuk
sini juga..?”
“anjir ketemu lagi sama elu,
hahaha.. gimane? Sehat lu..?”
“eh tu dua orang, buset dah,,
baik-baik aja lu? Masih idup..?”
“anjrit anduk gue ketinggalaaan….”
Belum ada 24 jam ane disini, kuping
ane udah keracunan banyak hal. Lupakanlah keindahan ane-ente yang barusan, ya
gimanapun namanya tempat umum. Suku-suku dari seluruh Indonesia juga kumpul
disini, wajar lah banyak bahasa tercampur-campur dan terdengar dimana-mana.
Baiklah, dengan kata-kata setengah kasar barusan, akan ane ikutin arus aliran
luar biasa ini..
“kampret”
-Continued
Azzam Abdullah Artwork/Azzam Abdullah
(masih) kuliah di UNS. Mencoba Menulis dan Menggambar.
follow @azzam_abdul4 on Instagram. or sent me email on : felloloffee@gmail.com
Untuk seri sebelumnya bisa tengok disini
No comments:
Post a Comment