Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Thursday, December 22, 2016

Kakurenbo #12

Tokyo, Red Light District

laki-laki paruh baya itu menatap puas dengan apa yang dia lihat. lembaran berwarna coklat tersebut berasal dari Jakarta, dia bersyukur agen yang dia kirim mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. tugasnya memang sepele, tapi dia yakin hal ini sangat penting untuk dilakukan. laki-laki itu yakin siapapun yang dia lihat bersama wanita itu, bukanlah orang biasa. laki-laki itu sadar betul, meskipun dia memiliki kekuatan yang bahkan mampu melengserkan perdana menteri Jepang, namun menghadapi perusahaan sekuat Mitsubasha tidak semudah mengerjai orang-orang elit di pemerintahan. dia sadar betul, 50 Juta yen hanyalah umpang kecil yang ditawarkan Mitsubasha untuk memperkeruh suasana. laki-laki itu memejamkan matanya, dia mengetahui, sebentar lagi waktu akan berjalan seperti iblis, dan malaikat maut berkeliaran dimana-mana.

dia berdiri, membenahi jas-nya. saat yang tepat, untuk menunjukkan untuk tidak bermain-bermain dengan yakuza. waktu yang tepat untuk memulai pertumpahan darah, untuk memperbaiki citra dan membawa kematian kepada orang yang tepat. dia memandang jauh, menara tokyo terlihat jelas di depan kamarnya. tanganya meraba sakunya, terasa sebuah Glock Ar-18 masih tersimpan disana. kemudian dia meraba luka yang menyayat pipinya, sangat dalam, sampai dia tidak lagi bisa mengandalkan riasan untuk menyembunyikannya. luka 10 tahun lalu, kenangan pahit 10 tahun lalu menghujani pikirannya.

"Argk!!!!"
teriakan keras memecah keheningan ruangan tersebut. dengan marah dia menarik Glock-nya dengan keras, mengokang dengan terburu-buru, dan memuntahkan peluru menghujani sebuah gambar. terlihat amarah menyala di matanya, dia tersenyum sinis, waktu sebentar lagi akan menjawab, kebencian akan terbalaskan.

Asakusa, di waktu yang sama

"Kamu.... Ichijou.. Ichijou yang itu...?"
setengah tidak percaya aku bertanya, entah kenapa aku bisa sebodoh itu. perasaan aneh aku pernah melihat yuko ternyata benar. beberapa kali aku melihat fotonya terpajang di koran-koran ternama Jepang. putri tunggal pemilik Mitsubasha ini, bukan wanita biasa. dengan akses yang dimiliki orang tuanya, dia benar-benar berkesempatan mencoba banyak hal. aku pernah membaca artikel, yukarin ini pernah memiliki gelar juara nasional karate hingga lomba desain tokoh anime yang diadakan aniplex. aku meratapi betapa bodohnya diriku, aku mengenal dia jauh lebih lama tapi entah kenapa aku baru menyadarinya sekarang.

"menurutmu aku siapa.. ahmad bodoh.. :)"
dia tersenyum manis melihat ekspresi bersalah yang kubuat, aku mengakui anak ini senyumannya manis sekali.

"aku sengaja menghilang ahmad. kau tahu, aku seperti laki-laki jika harus berhadapan dengan ayahku. meskipun akupun bisa lebih diandalkan dari laki-laki manapun, namuna ku tetap seorang wanita"
seperti mengeluh, namun aku sama sekali tidak melihat kesedihan dan kekhawairan di mata-nya. dia seolah mengenal dirinya dengan sangat baik. dan aku tidak lain hanyalah laki-laki sial yang harus berhadapn dengan ratu seperti dia..

"lantas,, kenapa kamu disini? kenapa kamu sangat kumuh dulu..?"
aku bertanya, berusaha mengejar informasi sebanyak banyaknya

"itu... semua karena... hemh.. arman temanmu tahu banyak ceritanya, dan memang, aku kesal sekali.. tapi bagaimana lagi... :)"
lagi-lagi dia tersenyum, lebih lebar dari sebelumnya,,,,,

"nee.. ahmad.. islam itu.., indah bukan..?"
aku terdiam, entah kenapa pertanyaan itu seperti membangkitkan sesuatu yang kukubur sangat dalam selama 2 tahun ini. aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa sangat pusing..

"gara-gara dia.. meninggalkanku mendadak selama 3 tahun ini, aku hilang arah dan kebingungan, tapi aku bersyukur aku berkunjung ke narita 2 tahun lalu dan melihatmu. :) ahmad-kun"

"eh..?"
aku menatapnya bingung, pasti ada sesuatu yang salah disini...

Toko Ikan, Pusat Perbelanjaan Asakusa

Tora terlihat panik, dia menggenggam telepon rumahnya erat. entah kenapa, air mukanya menunjukkan ini seharusnya tidak terjadi secepat ini.
dia memijit tuts keyboard telepon dengan terburu-buru, entah apa yang dia hubungi, namun selepas itu, dia segera menutup pintu-pintu tokonya dengan rapat.

dia turun kebawah, menuju ruang basement yang disembunyikan dibalik meja kasir. entah tetapi dia sudah tidak pernah lagi melihat isi ruang basement tersebut, dan dia berdoa dia tidak perlu melihat ruang basement terkutuk itu lagi, namun kondisi sudah berubah. pergerakan Shueei-gumi sudah tidak bisa lagi ditolerir.

dia menengok, ruangan tersebut berbau tengik seperti biasa, dikondisikan seperti itu agar orang tidak menyangka apa yang ada disana. dengan tenang tora memasuki ruangan tersebut. sebuah AK terpajang di tengah tengah ruangan, namun dia tahu itu hanyalah imitasi, karena yang asli tersembunyi di sekitar ruangan itu.

Tora menyeringai, sepertinya dia harus kembali kepada mood sebelumnya. sederhana,keluarga Tora juga bukan keluarga bersih, persiangan antar keluarga telah meembuat dia tumbuh dan memiliki insting membunuh yang kuat. tora menggenggam sebuah desert eagle, mengisi ulang pelurunya, dan kembali mengunci ruangan basement tersebut. dia sempat melihat sekilas ruangan itu lagi, terlihat berjejer senapan serbu berbagai jenis, tergelatak disembarang tempat peluru dengan berbagai kaliber, kemudian seringainya berubah menjadi senyum kebencian. sudah saatnya



-Continued

No comments:

Post a Comment