"Begitu? Baiklah.."
"aku kenal kamu, anak indonesia. aku tidak mengerti apa yang ada di pikiranmu..?"
Tora bersungut-sungut, sembari membernahi tatanan cumi goreng di meja kasir
"kau mendengarku, hei orang Indonesia. tidak-kah kau tau apa yang kau perbuat?"
Tora berkacak pinggang, matanya menatap Arman tajam.
Arman berbalik, menatap Tora dari atas kebawah, seolah sedang mengukur sesuatu.
"sejak kapan tuan penjual ikan tahu kalau Ahmad tinggal dengan wanita itu?"
Arman menatap Tora serius, tora hanya mengerenyitkan dai, kemudian kembali tenang seperti biasanya.
"sepertinya kau memang tahu sesuatu, orang Indonesia. seperti yang kuduga dari pekerja kelas atas di perusahaan ternama.."
Tora kembali berbicara,
"aku mendengar rumor ada seorang murid SMA Perempuan. Dia senantiasa mengintai dan berkeliling di daerah ini.sudah sebulan semenja rumor itu menyebar, namun, lima hari lalu, saat Kuro bertemu dan membawa wanita itu ke rumah-nya, rumor itu berhenti menyebar. masalah selesai.. "
Tora menatap jauh, pikirannnya menerawang entah kemana.
Arman menatap Tora serius, kemudian dia mengambil sebuah kursi dan duduk berhadapan dengan Tora..
"aku, bekerja di Mitsubasha sejak 2 Bulan lalu. Kau tau kan, perusahaan itu berjarak cukup jauh dari kota ini. sekitar 15 kilometer. semenjak aku masuk, aku mendengar rumor bahwa anak pemilik perusahaan menghilang saat menghadiri kunjungan di salah satu kantor cabang di sekitar asakusa'
Tora membelalakkan mata, menatap Arman tajam..
"kamu, tidak mengada-ada kan..? maksudmu, Kuro saat ini sedang..."
arman membekap mulut Tora, dan berbisik..
"kecilkan suaramu, aku tau apa maksudmu. itu yang aku khawatirkan, itulah yang menjadi alasan kenapa aku melacak keberadaan ahmad selama 2 hari terakhir.."
arman menutup mata dan menghela nafas..
"kondisi ini.. sangat buruk.." arman dan tora, keduanya menunduk dalam..
"masalahnya bukan di perusahaan-mu. aku tau perusahaan besar itu bisa jadi sangat kejam jika berurusan dengan orang-orang semacam itu, tapi, mereka masih taat hukum"
tora memulai pembicaraan sambil membuka lembaran koran..
"paman loper koran dari mesir itu menandai bagian ini..."
tora menunjuk sebuah kolom, arman membaca nya dengan seksama. selesai membacam arman pucat pasi..
"ini,, serius? apakah berita semacaim ini bisa dipercaya?"
"untuk menjaga stabilitas kota, memang ini yang disyaratkan oleh polisi setempat. meskipun mereka organisasi kriminal yang rapi dan tertata, mereka juga berpolitik. itu alasan mengapa, meskipun mereka "tersembunyi", kami tau mereka ada dimana, dan apa yang mereka lakukan.. dan tentu kau tau kan?"
Tora melipat koran, memasang muka serius, dan menatap tajam kepada arman..
arman memahami maksud tatapan tora, dan menjawab..
"bahkan aku tidak bisa memakai lambang perusahaan terbaik di seluruh jepang itu, di daerah ini.. itukah maksudmu?"
arman bertanya, bukan sebuah pertanyaan karena dia tahu maksud dari perkataan tora..
"dan mereka mendengar rumor yang kemungkina bocor entah dimana, mereka pasti mulai bergerak.."
judul tulisan di kolom itu adalah..
"kami, Shuuei-Gumi, mengumumkan kami akan bergerak malam ini"
Suatu tempat di Indonesia
orang berjas hitam itu terihat puas. dia telah memperoleh apa yang dia iginkan, dan apa yang diyakini penting oleh atasannya. perjalanan berjam-jam menggunakan pesawat dan terjabk dalam buruknya lalu lintas di negara ini nyaris membuatnya gila. namun, profesionalitas adalah segalaya. kegagalan dari tugas tidak bisa diterima karena bisa berarti kematian. dia membenahi dasi dan setelan jas yang dia gunakan. pekerjaanya sudah selesai, mungkin pekerjaan ini adalah pekerjaan yang sangat mudah tapi entah kenapa uang yang dia peroleh cukup untuk berpesta pora dengan barang-barang berkualitas tinggi yang dijual murah di negara ini. dia bergegesa kembali ke hotel, saatnya berpesta.
Kediaman Ahmad, Asakusa.
"kenapa kau diam semenjak aku menarik-mu keluar dari toko?" Yuko memulai pembicaraan, terlihat mukanya ditekuk sedemikian rupa,
aku hanya menerawang jauh menembus batas cakrawala, kejadian barusan berlalu cepat seolah-olah sebauh memori buruk yang diputar paksa dalam kepala-ku. aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi, namun instingku berkata, mungkin seuatu yang buruk tengah mengintaiku sedemikian rupa,
aku menatap yuko, dengan tatapan ku yang paling tajam. hari ini aku sama sekali tidak mendengar suara yuki yang berisik dan selalu menganggu-ku. aku membenahi posisi duduk-ku, berusaha menatap jauh lebih dalam kepada kelopak mata indah milik yuko.
"yuko, sebenarnrnya.. kamu siapa?" kata-kata itu mengalir dengan ringan, seolah itu adalah beban yang aku tanggung dan aku lepaskan..
kulihat yuko tersenyum, dan menunduk..
seolah aku melihat dia berkata dalam hati.. "oh begitu? baiklah..."
kemudian dia menatapku, dengan senyum mengemgang di wajah-nya..
"baiklah, aku mengerti. mungkin saatnya bagimu untuk mengerti, siapa aku..."
air mata yang mengalir ringan di pipi-nya, senyum indah yang seolah dipaksakan, pipinya yang memerah karena menahan sesuatu, serta suara merdu ya yang bergetar dalam. aku.. terdiam dan terkesiap..
-Continued
"aku kenal kamu, anak indonesia. aku tidak mengerti apa yang ada di pikiranmu..?"
Tora bersungut-sungut, sembari membernahi tatanan cumi goreng di meja kasir
"kau mendengarku, hei orang Indonesia. tidak-kah kau tau apa yang kau perbuat?"
Tora berkacak pinggang, matanya menatap Arman tajam.
Arman berbalik, menatap Tora dari atas kebawah, seolah sedang mengukur sesuatu.
"sejak kapan tuan penjual ikan tahu kalau Ahmad tinggal dengan wanita itu?"
Arman menatap Tora serius, tora hanya mengerenyitkan dai, kemudian kembali tenang seperti biasanya.
"sepertinya kau memang tahu sesuatu, orang Indonesia. seperti yang kuduga dari pekerja kelas atas di perusahaan ternama.."
Tora kembali berbicara,
"aku mendengar rumor ada seorang murid SMA Perempuan. Dia senantiasa mengintai dan berkeliling di daerah ini.sudah sebulan semenja rumor itu menyebar, namun, lima hari lalu, saat Kuro bertemu dan membawa wanita itu ke rumah-nya, rumor itu berhenti menyebar. masalah selesai.. "
Tora menatap jauh, pikirannnya menerawang entah kemana.
Arman menatap Tora serius, kemudian dia mengambil sebuah kursi dan duduk berhadapan dengan Tora..
"aku, bekerja di Mitsubasha sejak 2 Bulan lalu. Kau tau kan, perusahaan itu berjarak cukup jauh dari kota ini. sekitar 15 kilometer. semenjak aku masuk, aku mendengar rumor bahwa anak pemilik perusahaan menghilang saat menghadiri kunjungan di salah satu kantor cabang di sekitar asakusa'
Tora membelalakkan mata, menatap Arman tajam..
"kamu, tidak mengada-ada kan..? maksudmu, Kuro saat ini sedang..."
arman membekap mulut Tora, dan berbisik..
"kecilkan suaramu, aku tau apa maksudmu. itu yang aku khawatirkan, itulah yang menjadi alasan kenapa aku melacak keberadaan ahmad selama 2 hari terakhir.."
arman menutup mata dan menghela nafas..
"kondisi ini.. sangat buruk.." arman dan tora, keduanya menunduk dalam..
"masalahnya bukan di perusahaan-mu. aku tau perusahaan besar itu bisa jadi sangat kejam jika berurusan dengan orang-orang semacam itu, tapi, mereka masih taat hukum"
tora memulai pembicaraan sambil membuka lembaran koran..
"paman loper koran dari mesir itu menandai bagian ini..."
tora menunjuk sebuah kolom, arman membaca nya dengan seksama. selesai membacam arman pucat pasi..
"ini,, serius? apakah berita semacaim ini bisa dipercaya?"
"untuk menjaga stabilitas kota, memang ini yang disyaratkan oleh polisi setempat. meskipun mereka organisasi kriminal yang rapi dan tertata, mereka juga berpolitik. itu alasan mengapa, meskipun mereka "tersembunyi", kami tau mereka ada dimana, dan apa yang mereka lakukan.. dan tentu kau tau kan?"
Tora melipat koran, memasang muka serius, dan menatap tajam kepada arman..
arman memahami maksud tatapan tora, dan menjawab..
"bahkan aku tidak bisa memakai lambang perusahaan terbaik di seluruh jepang itu, di daerah ini.. itukah maksudmu?"
arman bertanya, bukan sebuah pertanyaan karena dia tahu maksud dari perkataan tora..
"dan mereka mendengar rumor yang kemungkina bocor entah dimana, mereka pasti mulai bergerak.."
judul tulisan di kolom itu adalah..
"kami, Shuuei-Gumi, mengumumkan kami akan bergerak malam ini"
Suatu tempat di Indonesia
orang berjas hitam itu terihat puas. dia telah memperoleh apa yang dia iginkan, dan apa yang diyakini penting oleh atasannya. perjalanan berjam-jam menggunakan pesawat dan terjabk dalam buruknya lalu lintas di negara ini nyaris membuatnya gila. namun, profesionalitas adalah segalaya. kegagalan dari tugas tidak bisa diterima karena bisa berarti kematian. dia membenahi dasi dan setelan jas yang dia gunakan. pekerjaanya sudah selesai, mungkin pekerjaan ini adalah pekerjaan yang sangat mudah tapi entah kenapa uang yang dia peroleh cukup untuk berpesta pora dengan barang-barang berkualitas tinggi yang dijual murah di negara ini. dia bergegesa kembali ke hotel, saatnya berpesta.
Kediaman Ahmad, Asakusa.
"kenapa kau diam semenjak aku menarik-mu keluar dari toko?" Yuko memulai pembicaraan, terlihat mukanya ditekuk sedemikian rupa,
aku hanya menerawang jauh menembus batas cakrawala, kejadian barusan berlalu cepat seolah-olah sebauh memori buruk yang diputar paksa dalam kepala-ku. aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi, namun instingku berkata, mungkin seuatu yang buruk tengah mengintaiku sedemikian rupa,
aku menatap yuko, dengan tatapan ku yang paling tajam. hari ini aku sama sekali tidak mendengar suara yuki yang berisik dan selalu menganggu-ku. aku membenahi posisi duduk-ku, berusaha menatap jauh lebih dalam kepada kelopak mata indah milik yuko.
"yuko, sebenarnrnya.. kamu siapa?" kata-kata itu mengalir dengan ringan, seolah itu adalah beban yang aku tanggung dan aku lepaskan..
kulihat yuko tersenyum, dan menunduk..
seolah aku melihat dia berkata dalam hati.. "oh begitu? baiklah..."
kemudian dia menatapku, dengan senyum mengemgang di wajah-nya..
"baiklah, aku mengerti. mungkin saatnya bagimu untuk mengerti, siapa aku..."
air mata yang mengalir ringan di pipi-nya, senyum indah yang seolah dipaksakan, pipinya yang memerah karena menahan sesuatu, serta suara merdu ya yang bergetar dalam. aku.. terdiam dan terkesiap..
-Continued
No comments:
Post a Comment