ANALISA
DAN PEMBAHASAN
DENGAN
MENYEBUT NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
“Dan
sungguh kami telah meneguhkan kedudukan mereka yang belum pernah kami berikan
kepada kamu dan kami telah memberikan kepada mereka pendengaran,pengelihatan,
dan hati. Tetapi pendengaran,pengelihatan dan hati mereka itu tidak berguna
sedikitpun bagi mereka karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah,dan
adzab yang dahulu mereka perolok-olokkan telah mengepung mereka. (Al-Ahqaf,
ayat 26)
Majapahit,Sriwijaya,Kesultanan
Malaka,Kerajaan Aceh, adalah segelintir memori,secuil mozaik mozaik emas yang
mewarnai sejarah kehidupan Nusantara dengn tinta emas. Disegani oleh warga luar
negeri, Dicintai oleh rakyat sendiri. Kemakmuran yang terbagi rata, struktur
masyrakat yang rapi dan penuh dengan toleransi, perdagangan dan kegiatan
produksi yang ramai, lagi melimpah, adalah hal yang biasa, kedigdaayaan
militer, baik laut maupun darat adalah sebuah keniscayaan, dan keadilan dalam
berkehidupan adalah fondasi dalam system kemasyarakatan. Itulah secuil
keagungan suatu bangsa di masalalu, secuil cerita yang serupa mimpi bagi anak
keturunan mereka di masa sekarang, sekuntum bunga yang dulu mekar indah, yang
kini hanya mampu dinikmati oleh anak penerus sebagai fossil. Itulah realita
Negara kita, realita Bangsa Indonesia di masa lalu, yang diakui oleh dunia,
bahkan oleh Negara-negara yang kita sebut sekarang sebagai Negara maju. Itulah
kehebatan leluhur kita di masa lalu. Pertanyaannya, apa yang membuta bangsa
yang begitu besar, kuat, dan kokoh itu hanya tinggal menjadi ebuah cerita,
hanya menjadi sebuag serpihan-serpihan dalam suatu catatan yang kita sebut
sebagai sejarah?
Kegagalan dan ketamakan dalam
politik dan ekonomi karena hilangnya figure pemimpin hingga demoralisasi,
persaingan antar Negara,ketimpangan social adalah secuil sebab yang
mengakibatkan kegagahan bangsa kita di masa lalu sirna. Akan tetapi ada satu
hal, yang membuat kita benar-benar jatuh dalam liang kehancuran, sesuatu yang
saya pahami setelah membaca buku ini (Negara Paripurna Pancasila)
“hegemoni
kekuatan dagang Eropa khususnya Belanda membuka pintu bagi
kolonialisme-imperialisme itu berkombinasi dengan kemunculan Negara-negara
ansoluris prinumi sebagai ikutan dari bangkitnya semacam kapitasme monarki
(monarchy capitalism)”(Yudi Latif,2012)
Penyebab
hilangnya kekuatan kita, diakarenakan sebuah penetrasi ideology hingga ekonomi
yanhg dilakukan oleh bangsa bangsa pendatang, terutama eropa yang menginginkan
kelimpahan kekayaan dan sumberdaya yang ada di bumi nusantara, yang didukung
oleh hasrat para penguasa local, yang menginginkan kemewahan hidup yang
ditunjukkan dan dipamerkan oleh bangsa pendatang tersebut, yang pada akhirnya
menghilangkan nilai-nilai kearifan local, yang sebelumnya mampu membawa bangsa
kita, menjadi bangsa kuat yang mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain
di dunia,dan hal itu berlanjut terus, hingga kita mampu memperolah kemerdekaan
350 tahun kemudian. Merupakan sebuah interval yang sangat lama dalam memperolah
suatu kesempatan untuk comeback.
Selama
masa 350 tahun itu, Bangsa Indonesia
tidak berdiam diri menhadapi kemerosotan kedudukan mereka di mata dunia
internasional. Dalam statusnya sebagai bangsa terjajah, yang dieksploitasi
habis-habisan oleh imperialis asing, baik Belanda, sebagai actor utama, dan
Negara eropa lain, sebagai pemain figuran, bangsa Indonesia berusaha
mengembalikan derajat mereka, baik melalui jalur senjata maupun jalur
diplomatic. Sejarah mencatat perjuangan Pangeran Diponegoro, Teuku Umar,
Patimura, sebagai para pahlawan yang mengangkat senjata guna mengusir penjajah,
sejarah juga mencatat nama-nama seperti Mohammad Hatta, Ir. Soekarno, Mohammad
Yamin, Tan Malaka, dan sebagainya, juga sebagai pahlawan-pahlawan bangsa, akan
tetapi perjuangan mereka tidak dengan cara mengangkat senjata, tapi menggerakan
dan menggunakan kemampuan berorganisasi, melobi dan juga pengetahuan, jadi
secara mental, mereka mampu membangkitkan semangat perjuangan yang lebih
berintelek, sehingga mampu menghasilkan apa yang disebut pancasila.
Dalam
perjalanannya, tokoh-tokoh yang muncul sebagai intelektualis bangsa, akan muncul sebagai tokoh utama yang kelak
akan merumuskan Negara Indonesia, dikarenakan wawasan intelektualitas mereka
yang luas, walaupun, terkadang terjadi konflik diantara mereka. Menyangkut soal
keadilan social, wacana mengenai apa itu keadilan dan apa itu kesejahteraan
saja sudah muncul berbagai macam pendapat yang sebenaranya saling bertentangan,
yang dikarenakan karena keberagaman ideology yang dianut oleh para leluhur
kita, yang ideology itu tak lepas darri organisasi-organisasi pergerakan
nasional yang para leluhur kita ikuti.
No comments:
Post a Comment